NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

malam sunyi

Di dalam mobil yang terparkir di tepi jalan, Leon menatap layar handphone-nya. Nama "Zelena 💍" muncul di layar yang terus bergetar. Ia menarik napas panjang, lalu berkata pelan dengan nada berat,

"Maaf, Zelena... untuk sekarang, aku tidak bisa menerima teleponmu."

Ia mematikan handphonenya.

Duduk di kursi kemudi, Alex melirik ke arah Leon.

"Siapa? Kenapa kau menatap layar terus?" tanyanya, mencurigai sesuatu.

Leon menghela napas pelan. "Zelena," jawabnya lirih.

Alex menegang. Wajahnya berubah serius.

"Ingat, dalam rencana ini kau hanya akan menikah dengannya. Setelah itu... kau harus membunuh dia. Tak peduli apapun yang terjadi."

Leon menunduk, tatapannya kosong. Ada keraguan yang jelas tergambar di matanya. Hatinya menolak, tapi pikirannya terikat oleh dendam yang diwariskan.

Waktu ia tertangkap dulu, itu bukan kebetulan. Ia dan Alex sudah merancang semuanya. Bahkan saat itu ia bisa melarikan diri, Leon memilih untuk pura-pura tertangkap demi membuat semuanya terlihat nyata di mata Ahmad, rencana mereka bukan hanya untuk balas dendam atas kematian Aryanto, tetapi Alex dan Leon berencana menghabisi keluarga Ahmad, termasuk Zelena dan Kenzo,

Alex kembali menatapnya curiga.

"Kau terlihat lesu. Jangan bilang perasaanmu berubah?"

Alex sudah merasakan keanehan pada sikap Leon sejak awal mereka memulai rencana ini, karena dimata Leon, Zelena adalah gadis cantik yang pernah ia temui, dan ia ingin jatuh cinta untuk sekali lagi,

Leon tidak menjawab. Matanya tajam menatap keluar jendela. Di antara pejalan kaki, ia melihat seorang pria dengan gerak-gerik mencurigakan. Cara jalan, cara menoleh, semuanya terasa familiar.

"Paman... target kita di depan." Suara Leon terdengar dalam dan tegas.

Alex langsung siaga.

"Ingat, jangan sampai polisi ikut campur. Kalau mereka muncul, semua rencana kita hancur!"

Tapi Leon tidak peduli. Ia membuka pintu mobil dan mengikuti pria mencurigakan itu hingga mereka sampai ke sebuah gang sempit, gelap, dan sepi. Suara kendaraan perlahan menghilang di kejauhan.

Tanpa peringatan, Leon menembak kaki pria itu. Darah menyembur, dan pria itu terjatuh sambil mengerang kesakitan.

"Gila kau, Leon! Aku sudah bilang, jangan sampai ada keributan!" seru Alex panik, berlari menghampiri.

Leon berjalan perlahan mendekati si pria yang merintih kesakitan. Matanya dingin, penuh amarah.

"Luka itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang Zelena rasakan," gumamnya.

Alex terkejut.

"Zelena hanya pingsan karena bius, sementara kau menembak orang hidup-hidup?"

" Pingsan karena bius juga menyakitkan paman, aku sudah peringatan kepada siapapun, jangan berani menyentuh Zelena " tatapan Leon seperti haus darah,

Alex merasa panik, karena suara tembakan mungkin saja salah satu warga melapor, " kau ini kenapa? Bisa sedikit fokus tidak? Ini bukan rencana kita " menahan Leon yang ingin mendekati pelaku,

Leon menghempas tanggan nya " paman, dia sudah berada di depan kita, kita bisa membunuhnya, atau bahkan membuang nya kan? "

" Leon! Sadar, kau sudah tidak lagi pada jalur nya, kita tidak boleh terlibat dengan polisi paha? "

Leon sama sekali tidak mendengar apa yang Alex katakan, larangan dan semua nya, tidak ia hiraukan,

ia malah berjalan, lalu berjongkok, meraih kerah baju pria itu dan menariknya kasar.

"Siapa kau? Dan apa yang sedang kau rencanakan?"

Pria itu hanya tersenyum meski berdarah. "Aku hanya menerima uang. Tak peduli siapa pemberinya."

Sebuah pukulan keras mendarat di wajahnya.

"Katakan! Siapa yang memberimu uang itu?"

"Siapa lagi kalau bukan salah satu dari kalian," jawab pria itu, tertawa mengejek. "Dia... orang yang sangat dekat dengan Zelena."

BRAK! Leon memukul lagi, kali ini ke bibirnya.

"Jangan sebut namanya dengan mulut kotor itu. Katakan sekarang, atau nyawamu taruhannya!"

Namun pria itu malah tertawa keras.

"Hahaha..."

NIU... NIU...

Sirene polisi mulai terdengar dari kejauhan.

Alex panik. Ia menarik Leon dengan paksa.

"Ayo! Kalau mereka lihat kita di sini, kita mati!"

Mereka berlari menyusuri gang gelap, menghilang dalam bayang-bayang malam, mereka terhenti di gang kecil, antara gedung-gedung besar,

" sudah ku katakan, jalan ini bukanlah yang terbaik, pasti dia sudah merencanakan sesuatu makanya dia muncul di hadapan kita " Alex dengan nafas yang sulit di atur,

Leon mengepal tanggan nya, seolah marah pada diri sendiri karena tidak bisa menangkap pelaku itu " siapa yang melapor ke polisi? Tidak mungkin jika warga setempat, aku yakin ini sudah di rencanakan "

" bukankah sudah jelas? Dia mengatakan bahwa pelaku nya adalah orang yang dekat dengan Zelena, ini membuat semua nya menjadi mudah, kita bisa menemukan pelaku nya, dan menghabisi keluarga Ahmad "

" tidak sekarang paman, aku harus mencari pelaku nya, bukan untuk membawa nya pada Ahmad, tetapi untuk melindungi Zelena "

*

*

*

Di Teras Rumah Ahmad

Langit malam tampak tenang, tapi hati Zelena tidak. Ia berdiri di teras rumah, mengenakan sweater tebal. Matanya menatap kosong ke langit, penuh gelisah.

Kenzo keluar dari dalam rumah, heran melihat adiknya masih berdiri di luar.

"Zel, kenapa masih di luar? Besok kan sekolah?"

Zelena menoleh perlahan. Matanya memerah karena cemas.

"Kak, Leon kapan pulang? Katanya cuma satu hari urusannya... Dia aman, kan?" Zelena tidak bisa bohong, saat ini dia cemas dengan keadaan Leon,

Kenzo mengangkat alis. "Kamu jatuh cinta sama dia, ya?"

Zelena tidak menjawab. Ia menunduk, seolah menyembunyikan raut wajah nya, agar tidak bisa di baca oleh kakak nya,

Dan, Itu sudah cukup menjadi jawaban untuk Kenzo, siapa yang mengenal Zelena lebih baik dari pada dirinya,

Kenzo mendekat, suaranya berat namun lembut.

"Cegah rasa itu, Zel... atau tanam dalam-dalam. Jangan sampai cinta itu merusak rencana ayah dan kakak."

Zelena mengerutkan kening.

"Rencana apa maksud kakak? Aku gak mungkin jatuh cinta sama anak musuh ayah. Itu yang selalu kalian bilang, kan?"

Kenzo tersenyum pahit.

"Mungkin mulutmu berkata lain, tapi matamu... dan kekhawatiranmu malam ini—itu sudah lebih dari cukup. Kau mencintainya, Zel."

"Rasa apa? Siapa yang jatuh cinta pada siapa?" tanya Arman, yang baru datang membawa tas kecil.

Kenzo cepat-cepat mengalihkan topik.

"Bukan apa-apa, Man. Kenapa datang malam-malam?"

"Ini... mau kasih barang-barang yang harus Zelena bawa besok ke sekolah." Ia menyerahkan bungkusan kecil ke tangan Zelena.

Zelena menerimanya, lalu menunduk.

"Terima kasih, Arman."

"Masuk, kamu. Tidur. Besok sekolah." perintah Kenzo tegas.

Zelena berjalan masuk ke rumah dengan langkah pelan. Tatapannya kosong, pikirannya penuh dengan kalimat-kalimat Kenzo yang menusuk.

Arman memandangi punggung Zelena yang menghilang ke dalam rumah.

"Kenapa Zelena?" tanyanya.

Kenzo menghela napas.

"Entahlah. Mungkin pusing karena tugas sekolah." jawabnya, lalu ikut masuk ke dalam rumah.

Hai teman-teman, selamat membaca karya aku ya, semoga kalian suka dan enjoy, jangan lupa like kalau kalian suka sama cerita nya, share juga ke teman-teman kalian yang suka membaca novel, dan nantikan setiap bab yang bakal terus update,

salam hangat author, Untuk lebih lanjut lagi, kalian bisa ke Ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!