Takdir Cinta Sang Penari

Sudah seminggu lamanya sejak hari Jumat lalu, Friday masih tak sadarkan diri. Masih dalam koma, Dokter mengatakan telah angkat tangan. Tapi keluarga Friday terlebih kakaknya memutuskan agar Friday di rawat hingga sadar. Uang tak masalah bagi mereka. 

Nyonya April yaitu Mamanya Friday dan Tante July masih berada di sel tahanan sementara. Sedangkan Monday masih melakukan rutinitasnya menjadi penari jalanan dan kuli panggul. Semakin lama semakin berat dirasa jika harus menjadi kuli panggul. Dia memutuskan untuk berhenti dan mencari pekerjaan lain. Mungkin saja penyanyi di kafe atau pesta pernikahan.

Di datanginya kafe-kafe sepanjang jalan di kota. Ada satu yang sepertinya tertarik dan membutuhkan penyanyi

"Nanti  malam jam 7 datang kemari. Kita coba di hari pertama ya. Kalau penampilan kamu bagus dan banyak yang suka. Kamu bisa bernyanyi lagi disini," ucap pemilik Kafe

"Baik terimakasih Om," jawab Monday

"Iya, sama-sama. Kebetulan Saya juga sedang mencari penyanyi yang cocok,"

"Saya akan melakukan yang terbaik , Saya permisi Om,"

Siang itu, Monday sedikit senang, jika diterima di kafe yang besar itu. Bayarannya pun lumayan besar. Gadis itu harus belajar lagu-lagu baru jika nanti ada yang ingin meminta lagu yang mereka inginkan.

Sebelum pulang ke rumah. Monday ingin melihat Friday di rumah sakit. Seperti biasa dengan menaiki Bus Kota yang sangat hemat tarifnya. Monday turun tepat di depan halte dekat rumah sakit.

Di depan rumah sakit ada sebuah taman yang seru dengan berbagai macam permainan dan juga penjual-penjual keliling. Monday melihat anak-anak yang berlarian senang tanpa beban tapi secara tak sengaja, Monday malah melihat Tegar sedang menikmati es krim bersama seorang wanita.

Dada Monday tiba-tiba merasa sakit sesaat. Perubahan perasaan ini mendadak terasa aneh.

"Oh mungkin ini alasannya kenapa Kak Tegar menjauhi Monday, rupanya dia baru punya pacar dan mungkin saja dia tidak ingin aku mendekatinya," ucap Monday yang menerkanya dalam hati.

Monday lalu mempercepat langkahnya  menuju gerbang rumah sakit. Dari kejauhan Tegar juga melihat monday. Tegar bertanya-tanya dalam hati.

"Kenapa Monday ke rumah sakit, siapa yang sakit?" tanya Tegar.

"Nisa. Aku ke rumah sakit dulu ya, tiba-tiba aku ingat ada teman yang di rawat. Nanti kita calling-callingan lagi,"   sahut Tegar pada perempuan bernama Nisa.

"Ok ," balas Nisa singkat. Sambil melambaikan tangan tanda salam perpisahan.

Tegar mengikuti Monday, dia juga berlari kecil menyamakan langkah Monday, agar tidak ketinggalan.

Gadis itu berhenti di depan ruang ICU, melihat sosok Friday dari seberang kaca, yang terbaring lemah dengan infus dan alat monitor detak jantung serta bantuan oksigen pernafasan.

Tak semua orang bisa keluar masuk seenaknya. ada jam berkunjung dan harus atas ijin suster jika memasuki ruangan itu.

Tegar mengintip dari kejauhan. Ketika ada suster datang, Tegar bertanya.

"Sus kalau boleh tau, gadis itu melihat pasien yang bernama siapa. ?"

"Oh yang di ruang ICU, kebetulan Hanya satu orang yang menempati. Pasien itu bernama Friday, dia koma dari hari Jumat yang lalu. Kalau untuk menjenguk tidak boleh dahulu selain keluarga. Saat ini jam berkunjung sudah habis. Dibuka kembali nanti jam 5 sore sampai 7 malam. Saya permisi." jelas suster itu kemudian pergi.

"Astaga selama ini aku salah menilai Monday, lalu siapa yang membalas pesannya Jumat lalu mengatakan dia sedang di hotel." Tegar berkata pada dirinya sendiri.

Kring kring

Handphone Tegar berbunyi. Tegar segera mengangkat telephone, Elisabeth yang menelepon.

"Hallo Elisabeth." Sapa Tegar

"Hallo mister Tegar, saya cuma memastikan apakah Monday jadi ikut bersama kalian. Karena Monday janji akan memberi kan keputusan tentang keberangkatannya hari ini. Saya sudah menelpon tapi tidak ada jawaban. Jadi saya menelpon anda,"

"Apa? Monday belum tanda tangan  saat itu? baik saya akan menanyakan dan segera akan saya kabari, terimakasih Elis," Ucap Tegar

Dia sangat terkejut Monday melepaskan peluang yang dapat merubah nasibnya. Apa yang di fikirkan gadis ini. Apakah demi menjaga Friday?

Tegar ingin mendekati Monday namun dia ragu setelah apa yang dia lakukan pada Monday. Tetapi itu pun karena pesan yang dikirim Monday untuk tidak mendekatinya lagi.

"Sebaiknya aku tanyakan soal pesan yang ia kirim tempo hari," batin Tegar.

Tegar pulang. Dia tak berani mendekati Monday. Dia pun mencoba SMS

"Monday , Elisabeth tadi menghubungiku. Dia minta kejelasan apakah kamu jadi berangkat atau tidak . Tolong di balas segera,"

Monday menerima pesan yang bergetar. Di lihatnya riwayat beberapa panggilan tak terjawab dari Elisabeth, dia telepon saat Monday berada di Bus Kota. Sehingga tidak terdengar getarannya. Lalu dibukanya lagi. Dari seseorang yang mengacuhkannya, Tegar.

"Kalau beneran penting seharusnya temuin aku. Jangan SMS seperti itu pengecut. Kemarin mengacuhkan ku, sekarang mencariku, apa maunya," ucap Monday Kesal.

Bahkan dia tidak sadar kalau dia berkata sangat keras. Ya lorong rumah sakit itu sangat sepi hingga suara sedikit saja akan terjadi gema .

"Ya Mon. Maaf Aku emang pengecut " jawab Tegar dari belakang Monday. Monday tak menyangka Tegar sudah berada di belakangnya .

Monday berbalik dan melihat kak Tegar yang rapi dengan menggunakan Jas hitam. Entah kenapa saat menatap Tegar, jantung Monday berdegup sangat kencang, dia bahkan tak pernah merasakan detak sekencang ini. Mungkin karena tadi dia berbicara buruk padanya dan ketika orangnya muncul, gadis itu sangat terkejut.

"Mon Kak Tegar minta maaf , karena sempat salah paham," ucapnya tulus.

"Salah paham ? Apa Maksudnya,,?" Tanya Monday

"Seminggu yang lalu saat Aku mau balikin tempat makan, kamu gak ada di rumah. Kamu membalasnya dan bilang kamu sedang bercinta di hotel dengan Friday. Barulah ku tahu hari ini. Friday sudah koma selama seminggu. Selain itu kamu juga menyuruhku untuk tidak mendekatimu lagi,"

Tegar tiba-tiba menggenggam tangan Monday dan berkata, "Maafkan aku Mon, sudah menganggapmu sebagai wanita murahan. Dan juga mengacuhkanmu, sesuai keinginanmu,"

Monday makin sedih. Memang benar dia seperti wanita karena dirinya sudah tidak suci lagi. Ingin sekali Monday mengatakan hal ini. Monday pun mengumpulkan kekuatan.

"Aku tidak pernah mengirim pesan jika aku dihotel. ataupun menyuruh kak tegar untuk menjauhiku. Tapi Kak tegar benar kok soal aku wanita murahan," kata Monday dengan tersenyum tipis dan melepaskan genggaman tangannya dari Tegar

"Maksud kamu?" ucap Tegar.

Monday terdiam kemudian melanjutkan "Semua terjadi begitu cepat . Aku bahkan mengingat hari dan jam itu, Kamis jam 10 malam itu. Friday ke rumahku, dia mabuk berat. Jadi ku suruh masuk dan tidur di sofa. Karena tidak mungkin bisa menyetir saat mabuk. Tapi malah Friday menarik ku dan menyuruhku ikut minum dengannya. Aku tidak mau tetapi dia memaksa. Minuman itu terpaksa masuk ke tenggorokanku karena dia terus meminumkan air memabukkan dari botol itu ke mulutku. Setelah itu aku pingsan karena mabuk dan tidak ingat apapun lagi," Monday terdiam dia takut mengakuinya kemudian ditariknya napas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Laki-laki yang terbaring koma itu mengambil kesucianku. Dan keesokan paginya, aku membaca surat yang ku temukan di meja. Surat bahwa Friday memutuskan hubungan ini begitu saja. Dia bahkan pergi menghilang tak ada kejelasan setelahnya. Aku stress aku panik.. aku bahkan menangis dijalan. Seketika Elisabeth bertemu denganku dan memberi kabar gembira. Aibku terlupakan begitu saja. Aku pun menemui mu dan sedikit terhibur dengan canda tawa mu Kak. Malam hari itu juga Siti menelpon memberitahu ku bahwa Friday koma," Ucap Monday

"Aku menunggunya disini karena tidak ada keluarga yang menjaganya, meskipun dia koma tetapi dia perlu sebuah dukungan dan doa untuk kesembuhannya. Dia memperlakukanku sangat baik kemudian memperlakukanku sangat buruk. Aku tak bisa membalasnya dengan keburukan terus-menerus, memang sulit memaafkannya. Tapi bukankah manusia harus saling memaafkan? Aku tidak akan kembali padanya, Aku hanya ingin tahu alasan dia memperlakukanku seperti itu. Dan saat ini aku disini sebagai teman yang peduli padanya," ucap Monday

Tegar terkejut mendengar pernyataan Monday. Dia bingung harus bersikap seperti apa. Gadis yang berdiri di hadapannya sedang menunggu seseorang yang telah berlalu buruk padanya.

Tegar sungguh terkejut mendengarnya. Bahkan tanpa di sadari Tegar ikut menitikkan air mata. Tegar merasa dirinya sangatlah jahat. Menyudutkan Monday dengan satu kesalahan yang mana semua itu bukanlah kesalahannya.

Seharusnya Dia berada di barisan paling depan sebagai pelindung wanita yang dia cintai. Entah apakah wanita itu masih suci atau tidak. Cinta tetaplah cinta, itu yang disesalkan.

"Sekarang kak Tegar pulang aja. Aku terlalu menjijikan untuk di dekati bahkan untuk menjadi teman, "

"Maafin aku, Mon." Tegar meneteskan air mata

"Hey kak Tegar ikutan nangis kenapa. Di sini aku yang harusnya nangis,"

"Gak apa-apa , biar mata kita sama-sama bengkak," mendengar jawabannya Monday malah tertawa.

"Seharusnya aku menyemangati kamu. Bukan menghindari kamu. Maaf kan aku,"

"Mau sampai berapa kali minta maaf? Aku udah maafin Kak Tegar, kalau kak tegar mau menghindari Aku silahkan itu haknya kak Tegar kok, " kata Monday.

Monday menatap Tegar, Tegar pun menatap Monday.

"Aku gak jadi ambil kesempatan ke Singapura itu. Aku mau menunggu Friday sampai sadar. Sampai aku jelas kenapa aku di putuskan setelah kehormatanku direnggut,"

Tegar menggenggam tangan Monday "Terimakasih udah maafin Kak Tegar. Monday Aku boleh saran? Aku tahu kamu tidak terima diperlakukan seperti itu. Tapi pria itu adalah penghambat kesuksesan mu jika kamu masih disini memikirkan kesembuhannya. Kesempatan jarang datang dua kali. Kamu pernah bilang ingin sukses. Tangga kesuksesan itu dijemput oleh pikiran kita sendiri. Orang yang sukses akan menghargai waktu dan menghabiskan waktu dengan bijak. Sekarang Telepon Elisabeth dan katakan kamu akan ikut bersamanya, kemudian kamu tanda tangan kontrak. Setelah itu kita bisa berlatih bersama di sanggar tari Kakak. Bekerja keras, berusaha memberikan yang terbaik. Ayo raih sukses mu itu Monday!" Kata-kata penyemangat Kak Tegar membangkitkan semangat Monday.

Monday terdiam, "Kak Tegar benar, untuk apa aku masih disini. Kak Tegar gak akan mengacuhkan ku lagi kan?" Tanya Monday

Tegar menggelengkan kepalanya, "Tidak akan lagi, Aku janji,"

"Terimakasih Kakak ku," ucap Monday

"Sama-sama adek ku," Tegar tersenyum dan sedikit sakit karena Monday hanya menganggapnya kakak.

Monday segera menghubungi Elisabeth. Elisabeth menunggunya di Gallery saat itu juga. Tegar siap mengantar Monday ke Gallery Elisabeth.

Kontrak kerja sudah ditanda tangani. Masih tersisa 3 Minggu lagi , Monday masih ada waktu berlatih bersama Tegar dan kawan-kawan. Dan  malam nanti Monday memulai dengan pekerjaan barunya

****