Terpaksa Menikah Bos Muda Lumpuh

Bastian mendengarkan apa yang Chacha dan bik Maryam bicarakan. Tanpa ia sadari, sebuah senyum manis terlukis di bibirnya. Ada rasa kagum dalam hati Bastian pada Chacha.

Bastian cepat-cepat meninggalkan dapur agar dia tidak ketahuan sedang menguping pembicaraan Chacha dengan bik Maryam. Dalam hatinya tidak sabar menunggu hasil dari masakan yang Chacha buat.

Dua puluh menit kemudian, beberapa menu makan siang tersedia dengan rapi di atas meja makan.

"Wuah, baunya wangi banget. Pasti enak nih rasanya," kata bik Maryam sambil membantu Chacha menyiapkan piring.

"Bibi bisa aja. Belum nyoba udah ngomong enak."

"Sudah pasti enak nona bos. Bisa di jamin. Soalnya, yang masak cantik. Masaknya dengan hati lagi."

"Bibi ada-ada saja. Oh ya, jangan bilang Bastian kalau masakan hari ini aku yang masak ya bik."

"Lho, kenapa nona bos? Bukannya bagus kalau bos muda tahu nona bos yang masak. Soalnya, biar bos muda tahu kalau nona bos itu perempuan yang luar biasa."

"Bik Maryam ini terlalu berlebihan. Bisa masak doang tidak bisa dikatakan luar biasa kali, bik. Masih banyak di luar sana perempuan yang bisa masak, juga punya kelebihan yang lainnya."

"Yang penting, yang ada dalam rumah ini, nona bos."

Chacha hanya bisa senyum sambil geleng-geleng kepala saja. Ia tidak ingin berdebat banyak dengan bik Maryam. Karena bik Maryam saja aja dengan Bastian. Kalau diajak berdebat, selalu punya banyak bahan untuk melawan.

Tepat saat Bastian sedang duduk di meja makan, Danu pulang ke rumah.

"Wuah, pas banget," ucap Danu sambil berjalan mendekat ke meja makan.

"Makan sekalian, Danu," ucap Chacha yang sedang menyediakan nasi buat Bastian.

"Itu pasti nona bos," kata Danu sambil duduk di salah satu kursi.

"Tidak!" Bastian tiba-tiba melarangnya.

"Lho, kenapa tidak bos muda?" tanya Danu bingung.

"Kamu makan di luar aja. Aku transfer uangnya."

"Lho, kenapa bisa aku makan di luar? Biasanya juga aku makan di sini bos muda," kata Danu semakin bingung.

"Lagi pula, makanannya banyak, bos muda. Cukup buat makan kita semua," kata Danu lagi.

"Aku bilang makan di luar, ya makan di luar saja. Jangan banyak omong, lakukan saja," kata Bastian.

Chacha yang juga heran dengan tingkah Bastian kali ini, angkat bicara.

"Kamu kok larang Danu makan sih. Kenapa?"

"Bukan urusan kamu. Ini antara aku dengan dia," kata Bastian sambil melihat Danu.

Pada akhirnya, Danu harus tetap mengalah. Ia makan di luar karena Bastian tidak mengizinkan dirinya makan di rumah.

Sorenya, Danu yang merasa heran dengan tingkah Bastian, ngobrol dengan bik Maryam yang kebetulan sedang merawat taman.

"Bik, aku heran dengan sikap bos muda tadi siang. Entah apa sebabnya, dia tidak mengizinkan aku makan siang di rumah hari ini," kata Danu yang sedang duduk di kursi tak jauh dari bik Maryam.

"Apa? Bos muda tidak mengizinkan kamu makan siang bersama?"

"Iya, bik. Aku jadi bingung dengan sikap bos muda. Biasanya juga kan, aku makan di rumah sama-sama dia."

"Apa karena masakan nona bos ya?" tanya bik Maryam bicara kecil. Sebenarnya, dia bertanya pada dirinya sendiri. Tapi, Danu mendengar dengan jelas apa yang ia katakan.

"Apa bik? Hari ini nona bos yang masak?" tanya Danu kaget.

"Iya. Hari ini bukan bibi yang masak. Tapi nona bos. Tapi, bos muda tidak tahu kalau itu masakan nona bos, karena nona bos melarang bibi ngomong pada bos muda."

"Apa bos muda tahu ya, kalo yang masak siang ini nona bos?" tanya bik Maryam lagi.

"Pantas saja bos muda melarang aku makan di rumah kalo gitu. Dia tidak ingin aku makan masakan bos muda."

"Bisa jadi," kata bik Maryam membenarkan.

"Bos muda bos muda," ucap Danu sambil geleng-geleng kepala.

_______

"Bos muda, ini semua hasil penyelidikan tentang nona bos," kata Danu sambil menyerahkan map coklat pada Bastian.

"Letakkan saja di atas meja itu, nanti aku lihat," ucap Bastian tanpa melihat Danu sedikitpun.

"Maaf bos muda, sebaiknya, bos muda lihat terlebih dahulu hasil penyelidikannya. Biar bos muda tahu siapa nona bos sebenarnya."

Bastian mendengarkan apa yang Danu katakan. Ia meletakkan laptop di atas meja, lalu mengambil map yang sebelumnya Danu letakkan di atas meja.

Bastian membuka map itu segera. Ia membaca semua tentang Chacha yang tertulis lengkap di atas kertas putih. Mulai dari nama lengkap, umur, dan juga semua kehidupan yang telah Chacha lalui, semuanya tertulis jelas di atas kertas itu. Detektif pencari info memang sangat teliti dan bisa di percaya.

"Ternyata, dia anak yang di buang oleh keluarga Raditya," kata Bastian bergumam setelah melihat map tersebut.

"Apakah kita perlu membuat perhitungan dengan keluarga Raditya bos muda?" tanya Danu kesal.

"Untuk sekarang, belum."

"Lalu, bagaimana dengan nona bos?"

"Dia urusanku."