Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia, adalah artis cantik A-class. Semua project film, drama,iklan bahkan reality show nya selalu sukses dan terkenal. Namun, menjadi terkenal tidak selalu menyenangkan. Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya. Maka dari itu ketika mendapatkan kesempatan terlahir kembali, Cassia mulai menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis. Ia ingin menikmati hidup yang dulu tak sempat ia lewatkan, dengan caranya sendiri. Bonusnya, menemukan cinta yang menyembuhkan dari CEO tampan, si sponsor utama dalam karirnya.
Ayo klik dan baca sekarang. Ikuti terus kisah Cassia, si aktris kuat ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28 - A Man With Manner and Respect
...Enjoy the story...
...🌻🌻🌻...
Di kamar mewah keluarga Dalton, Max masih terhubung dengan seseorang di panggilan telepon.
"Untuk Cassia? Sepertinya semua sesuai seperti yang saya bilang, ya." tanya Gala, di seberang telepon.
Diam-diam, rasa respect Max bertambah pada kolega seniornya itu. Gala pernah menyarankan untuk menyiapkan seseorang yang bisa menjaga Cassia.
Saran yang dulu Max tolak halus, karena belum merasa membutuhkannya.
“Ya,” jawab Max tenang. “Saya butuh seseorang yang bisa menjaganya. Tidak mencolok, tapi efektif. Seseorang yang bisa menyelesaikan masalah sebelum sampai padaku.”
Hening sejenak. Tak lama terdengar suara tarikan dan hembusan napas kasar dari seberang telepon.
Sepertinya kolega seniornya ini sedang mengangkat telepon sambil merokok, tebak Max dalam hati.
“Tentu,” suara itu akhirnya terdengar. "Saya tidak pernah sembarang kirim orang. Apalagi untuk case kalian. Sudah kubilang… saya dan istri hanya berniat membantu.”
Terdengar tawa rendah, khas pria yang dijuluki CEO Monster —karena reputasinya yang luar biasa di bisnis underground dan management keamanan
Max tidak ikut tertawa, karena terlalu banyak yang memenuhi pikirannya.
“Satu orang yang paling kupercaya sudah cukup, kan?” Gala tidak meminta konfirmasi sebenarnya, lebih ke memberitahukan informasi saja ke Max.
Max mengeraskan rahangnya. “Pastikan dia orang yang tidak akan tunduk pada ancaman… atau uang.”
“Tenang saja. Kalau saya kirim dia, bukan hanya Cassia yang akan terlindungi,” balasnya pelan. “Tapi reputasi anda juga.”
Ada jeda—senyap yang dipenuhi oleh rasa saling memahami. Gelap, elegan, dan mirip persaudaraan bagi dua pria yang jarang mempercayai siapa pun.
“Satu hal lagi,” suara Max merendah. “Biarkan dia menjaga dari jarak aman. Saya tidak ingin Cassia merasa dia sedang diawasi. Keamanannya penting… tapi kenyamanannya tetap prioritas.”
"Okay,” Gala menjawab singkat, diselingi tawa khasnya lagi. “Dia akan mulai sebelum siang.”
Telepon terputus.
Max menatap layar yang gelap, napasnya keluar perlahan—bukan lega, tapi menahan sesuatu di dadanya.
“Cassia, biarkan aku menjagamu dari jauh dulu.... hanya sampai kamu bisa menerimaku lalu aku bisa melindungimu secara langsung.”
Di waktu yang sama.
Cassia terbangun dengan kepala berat dan tubuh menggigil. Ruangan terasa berputar saat ia mencoba duduk di headboard ranjang.
Akh, pasti karena kehujanan dan melewatkan makan malam kemarin, keluh Cassia dalam hati.
Namun ia rasa ini bukan hanya sakit flu biasa.
Pikiran Cassia memang bisa dia kontrol dengan stabil, namun tubuhnya jauh lebih jujur.
Cassia sakit—mungkin efek dari guncangan psikologis akan kebenaran menyakitkan yang ia proses semalam.
Penghianatan Felix dan Maura.
Ia melihat termometer, layarnya menunjukan suhu tubuhnya demam hingga 38.9 derajat. Belum lagi rasa sakit yang menjalar di perutnya.
Tidak ada yang bisa kuhubungi, pikir Cassia.
Namun entah kenapa, nama Max muncul begitu saja di kepalanya. Suara bariton pria itu menggema di kepalanya.
"Kamu bisa meminta tolong sesuai porsi yang kamu mau." (Max, bab 17 - Klarifikasi)
Cassia memejamkan mata. Sejenak, ia ingin melanggar janji pada diri sendiri untuk hanya mengandalkan diri sendiri.
Tapi ia menggeleng lemah.
Tidak, Cassia. Jangan bergantung pada siapa pun lagi.
Sepertinya pengkhianatan Maura dan Felix berhasil membuat Cassia trauma terhadap semua orang, setidaknya untuk saat ini.
Setelah menarik napas panjang, Cassia menyalakan ponselnya. Ia memilih fokus kepada agenda pekerjaan keartisannya saja saat ini.
Lalu membuka grup chat yang berisi dirinya, Maura, dan Silvia.
^^^From Cassia:^^^
^^^"Guys, agenda hari ini apa ya? Sepertinya aku kurang enak badan. Ingin istirahat di rumah aja, bisa?"^^^
Silvia langsung membalas, cepat seperti biasanya.
From Silvia:
"Kak Sia sakit? Tuh kan, karena kemarin belum makan ya. Untuk jadwal hari ini biar aku cek dulu sama kak Maura. Kakak istirahat aja dulu ya."
Tak lama bubble chat, muncul lagi.
From Silvia:
"Makan dulu kak."
Diiringi emoticon berwajah sedih di akhir kalimatnya.
Cassia tersenyum, ia bisa membayangkan Silvia mengetik sambil panik, wajahnya tegang dan hampir mau nangis.
From Cassia:
"Iyaaa, Sisil. Makasih ya."
Tak lupa Cassia juga ikut menyisipkan emoticon wajah tersenyum dan hati di akhir kalimatnya.
Akhirnya Maura online, dan membalas pesan grup.
From Maura:
"Jadwal hari ini hanya after party event acara amal kemarin. Kamu tidak beli apa apa kan, Sia. Jadi kalau kamu tidak datang tidak apa apa. Seminggu kedepan juga kamu kosong. Istirahat saja ya. Get well soon aktris cantik kami."
Maura ikut ikutan memakai emoticon hati, yang tidak pernah ia gunakan sebelumnya. Pasti ia meniru Cassia lagi.
Cassia memutar bola matanya dengan malas, "Hah. Bikin makin mual saja."
Kata kata manisnya palsu, pantas saja cocok dengan Felix, sindir Cassia dalam hati.
Setelah menahan untuk mengetik kata kata kasar, akhirnya Cassia menjawab pesan Maura.
^^^From Cassia:^^^
^^^"Okay. Makasih kak Maura yang cantik juga :) Kalau begitu aku ingin hibernasi. Mode jangan di ganggu. Bilang pada Felix untuk berhenti meneleponku dulu ya kak."^^^
Cassia sengaja membawa nama Felix agar Maura terpancing. Ia ingin tahu bagaimana respon managernya itu.
Tak perlu lama menunggu, balasan langsung diterima.
From Maura:
Okay, tenang saja. Take a rest ya~ Tapi bukannya semalam kalian sudah baikan?
Ternyata respon Maura sesuai prediksinya. Maura bahkan tahu kalau Felix menemuinya semalam untuk meminta kesempatan.
"Gila. Sejauh mana mereka menusukku sebenarnya?" ucap Cassia sambil tertawa getir.
Cassia memutuskan tidak menjawab pesan terakhir itu. Membiarkan Maura merasa kesal dan gelisah.
Di saat ingin keluar dari ruang pesan, Cassia menyadari ada satu pesan baru yang belum sempat dibacanya dari semalam.
Ternyata, itu pesan dari Max. Refleks jemarinya langsung membuka pesan itu, dan membacanya.
Dan saat Cassia membacanya seketika hatinya menghangat...dan kacau lagi.
Cassia goyah.
Ia menggigit bibir, membaca kata demi kata dari Max yang sesederhana itu… tapi rasanya menyentuh.
Max tahu ada sesuatu yang tidak beres semalam. Pria itu pasti sadar Felix mengganggu Cassia lagi. Tapi yang membuat Cassia benar-benar terpaku adalah satu hal, cara Max tetap menghargainya.
Max tidak memaksa.
Tidak muncul tiba-tiba di depan pintu.
"Apa mungkin Max sudah datang mau membantuku ke sini, seperti pas mengembalikan lipstick. Tapi tidak naik karena menunggu izin dariku ya..." lirih Cassia masih dengan hati yang berdebar.
Tidak seperti Felix. Yang selalu seenaknya.
Harus Cassia akui, mungkin ia sudah mulai menyukai Max, hampir dari semua sisi.
Terutama manner pria itu yang seolah menyukai Cassia dengan respect dan consent.
Jika ada pria yang mengejarmu namun tahu batas dan tetap menghargai pilihanmu,—itu baru pria yang benar-benar pantas kamu cintai, ada seorang seniornya di bidang seni peran memberikan nasihat seperti itu.
Dan tanpa disadari, Max memenuhi definisi itu dengan sempurna.
Masih dengan jantung berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya, Cassia membalas.
To: Max
"Terima kasih, aku sampai rumah dengan selamat... Apa kamu datang ke rumahku semalam, Max?"
Kali ini, Cassia tidak ingin menebak-nebak. Ia ingin mendengar jawaban langsung dari sumbernya.
Belum satu menit berlalu saat layar ponselnya menyala lagi.
Bukan balasan chat.
Max meminta panggilan video.
Nama “Max” memenuhi layar—yang membuat napas Cassia sedikit tercekat.
Bersambung
...🌻🌻🌻...
...A man with manner and respect is the real definition of handsome. And I fell for him. -Cassia...
🌻: Thank you for stay with Cassia's story :)