Mengisahkan tentang kisah kehidupan dari seorang pemuda biasa yang hidupnya lurus-lurus saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan cantik yang sekonyong-konyong mengigit lehernya kemudian mengaku sebagai vampir.
Sejak pertemuan pertama itu si pemuda menjadi terlibat dalam kehidupan si perempuan yang mana si perempuan ini memiliki penyakit yang membuat nya suka ngehalu.
Dapatkah si pemuda bertahan dari omong kosong di Perempuan yang tidak masuk akal itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Di Persingkat Saja DPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
Cerita masih di sisi Dinda.
Jam 20.00 Dinda menyalahkan komputernya yang mana tidak hanya komputer itu saja yang di nyalakan tapi sebuah mikrofon juga di nyalakan.
Setelah semua alat-alat menyala Dinda kemudian menyapa para menontonnya dengan singkat.
Ia adalah seorang stremer game tapi tidak pernah menunjukan wajahnya dan hanya berbicara.
Setelah menyapa para penonton Dinda kemudian lanjut membuka sebuah game bertema horor.
Sepanjang ia bermain game Dinda sama sekali tidak teriak-teriak meksipun ada adegan yang menakutkan.
Paling mentok ia cuma terkejut karena sebuah jumscare.
Ngomong-ngomong Dinda ini adalah seorang pro player di game-game online lainnya baik moba maupun fps.
Beberapa kali ia di hubungi pihak tertentu untuk menawarinya bergabung ke dalam tim mereka tapi semuanya di tolak.
Karena Dinda masih suka sendirian dan hanya bermain game yang dia suka tanpa mau terbebani dengan game-game yang tidak ingin dia mainkan tapi terpaksa bermain.
Jam 22.00 Streamingnya berakhir karena sudah malam dan Dinda juga ingin tidur.
"Oke semuanya. Sampai di sini saja streamingnya jadi sampai jumpa besok!" Setelah selesai alat-alat langsung di matikan kemudian Dinda berbaring di tempat tidurnya.
Setelah itu barulah tudung yang menutupi wajahnya terbuka dan membuat wajah cantiknya kelihatan.
Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya Dinda punya wajah yang cantik karena selalu tersembunyi di balik tudung kepalanya sepanjang hari.
Ia terlihat hendak tidur setelah streamingnya tapi tiba-tiba ia teringat akan sesuatu.
"Hm... Apa lu harus mengubungi Dimas ya? Aku pikir seorang teman itu harus saling mengunjungi sebelum tidur!" Entahlah dimana dia belajar itu.
Tapi teman yang menghubungi sebelum tidur itu tidak biasa kecuali Girlfriend... Mungkin karena ada kara friend dia berpikir itu hanya teman...
Mungkin...
"Tapi ini sudah malam. Aku ragu dia masih terjadi di jam segini?...." Di sisi lain aku jam segitu malah baru pulang.
"Lupakan. Akan aku hubungi dia besok saja!" Ia tidur begitu juga dengan aku yang ada di rumah.
Keesokan paginya.
Hari ini cerah seperti kemarin dan tampaknya akan menyenangkan kalau keluar di cuaca yang cerah seperti ini.
Namun... Pada hari ini aku malah demam jadi tidak bisa keluar apalagi pergi ke sekolah.
"Kayaknya akhir-akhir ini aku terlalu kecapean karena bekerja... Apalagi sekarang aku banyak pikiran dan kekhawatiran ketika ada dua cewek cantik di sekitarku!"
"Mungkin sebaiknya aku istirahat saja sekarang... Sebelum itu sebaiknya aku izin dulu pada wali kelasku!" Segera aku menghubungi guruku dan meminta izin tidak masuk karena sakit.
Setelah menghubungi guru aku langsung tertidur lelap hingga siang hari.
Ketika aku bangun keadaanku masih sangat lemah dan karena itu tidak bisa melakukan apa-apa selain berbaring di sofa yang ada di ruang tengah.
Bahkan untuk minum saja aku harus bersusah payah.
Sementara itu di luar.
"Jadi ini rumahnya Dimas ya!" Ujar si Freya sambil menatap ke arah rumahku.
Di samping terlihat ada Ketua Kelas dan si Dinda.
Kemungkinan mereka datang untuk menjenguk setelah tahu kalau aku sakit dari wali kelas kami.
"Iya, ini rumahnya. Di sini Dimas tinggal sendiri!" Setelah memberitahunya Ketua Kelas langsung melangkah masuk ke dalam rumah.
'Sendiri?... Tapi aku ingat kalau dia tinggal bersama dengan neneknya?...'
Keduanya mengikuti Ketua Kelas dan kemudian mengetuk pintu.
Tok!
Tok!
"Dimas! Apa kamu ada di rumah!?..." Di saat yang bersamaan aku sedang ada di dapur dan mengambil minum.
Tapi karena lemah dan pusing aku sempoyongan dan menyenggol panci hingga jatuh.
Gombrang!!
Suaranya begitu kencang hingga mereka yang ada di luar dapat mendengarnya dengan jelas.
"Apa itu!?" Mereka panik karena mendengar suara ribut-ribut tadi jadi ketiganya segera masuk.
"Dimas!!" Mereka menyusul ke dapur dan melihatku sedang berusaha untuk berdiri setelah sempat terjadi tadi.
"Hah?... Apa yang kalian lakukan di sini!?" Aku bertanya dengan nada bicara yang lemah dan tenggorokan yang serak.
Mereka bertiga langsung datang dan membantuku berdiri kemudian membawaku duduk di ruang tamu.
"Apa kamu hanya tinggal sendirian di sini Dimas? Kenapa kamu harus mengambil air sendiri ketika kamu sakit!?" Dinda bertanya padaku dengan raut wajah yang agak khawatir.
Aku menjawab. "Ya, aku tinggal sendiri setelah nenekku meninggal!"