NovelToon NovelToon
Di Jual Untuk Sang CEO

Di Jual Untuk Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: RaHida

Aliza terpaksa harus menikah dengan seorang Tuan Muda yang terkenal kejam dan dingin demi melunasi hutang-hutang ibunya. Dapatkah Aliza bertahan dan merebut hati Tuan Muda, atau sebaliknya Aliza akan hidup menderita di bawah kurungan Tuan Muda belum lagi dengan ibu mertua dan ipar yang toxic. Saksikan ceritanya hanya di Novelton

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RaHida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 # Clara

Sudah seminggu Aliza menjalani hukuman, dan hari ini akhirnya ia bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Pagi itu ia mengenakan pakaian rapi, begitu pula dengan Tuan Muda Nadeo yang berdiri gagah di sampingnya. Keduanya turun dari kamar menuju ruang makan, langkah mereka teratur seakan menandai awal hari yang baru.

Namun sesampainya di ruang makan, langkah Aliza mendadak terhenti. Pandangannya tertuju pada sosok seorang perempuan yang tengah duduk di kursi yang biasanya menjadi tempatnya. Senyum tipis terukir di bibir perempuan itu, tatapannya penuh percaya diri seolah kursi tersebut memang miliknya sejak lama.

Aliza merasakan dadanya sesak, jantungnya berdegup lebih cepat. Siapakah perempuan itu? Dan mengapa ia bisa begitu tenang menempati tempat yang seharusnya menjadi milik seorang istri sah?

Aliza menatap lekat perempuan itu. Dalam benaknya berputar tanya—apakah itu Clara, ataukah perempuan pilihan Nyonya Claudia? Senyum tipis mengembang di bibirnya, bukan karena senang, melainkan karena menyadari sesuatu.

"Ini akan menjadi awal yang mudah bagiku untuk lepas dari genggaman Tuan Muda Nadeo," batin Aliza dengan tenang, seolah kehadiran perempuan itu justru membuka celah untuk kebebasan yang selama ini ia rindukan.

Saat keduanya tiba di meja makan, Bu Nur segera sigap menarik kursi untuk Tuan Muda Nadeo. Begitu tuan muda Nadeo duduk, perempuan yang sejak tadi berada di meja itu langsung bergerak lincah. Ia mengambil piring dengan penuh perhatian, lalu meletakkannya tepat di hadapan tuan muda Nadeo.

“Kamu mau sarapan apa hari ini, Nadeo?” tanyanya lembut, senyumnya dibuat semanis mungkin.

Aliza yang masih berdiri, menahan rasa sesak di dadanya. Namun tanpa banyak bicara, ia segera menarik kursi kosong di samping dan bersiap duduk.

Suasana mendadak menegang ketika suara dingin Nadeo memecah keheningan.

“Silakan pergi dari kursi itu,” ujarnya datar namun tajam. “Kursi yang kamu duduki adalah milik istriku.”

Nadeo, biarkan saja Clara duduk di situ. Ia baru saja sampai di rumah ini. Lagian hanya kursi, istri muda bisa duduk di kursi lain,” ucap Nyonya Claudia dengan nada tegas, berusaha membela perempuan itu.

Aliza menahan senyum tipis. Oh, jadi namanya Clara… mantan kekasih Tuan Muda Nadeo, batinnya sambil menunduk sedikit, menyembunyikan kilatan matanya.

Namun Nadeo sama sekali tak bergeming. “Ini perintah, Ma!” suaranya terdengar dingin dan penuh wibawa.

Dengan berat hati, Clara pun berdiri. Wajahnya cemberut, jelas tak terima, lalu melangkah ke kursi lain dan duduk di samping Jean. Suasana meja makan terasa semakin menegang.

Aliza kemudian duduk di kursinya seperti biasa, penuh wibawa tanpa perlu banyak kata.

Tak lama, Nadeo mengambil piring yang tadi diletakkan Clara di depannya. Ia lalu menyerahkannya pada Aliza.

“Ganti piringnya. Aku ingin yang baru.”

Seketika Clara membelalakkan mata. Raut wajahnya terkejut, tak percaya melihat bagaimana Nadeo begitu terang-terangan memperlihatkan keberpihakannya pada Aliza.

Aliza berdiri anggun, mengambil piring baru, lalu meletakkannya dengan hati-hati di depan Tuan Muda Nadeo.

“Mau makan apa, sayang?” ucapnya manis, bibirnya melengkung dalam senyum penuh kemenangan. Sesaat, matanya melirik tajam ke arah Clara yang duduk tak jauh darinya.

Tatapan Nadeo langsung terarah pada Aliza. Mata tajamnya menelisik, seolah membaca niat tersembunyi di balik senyum itu.

“Kau ingin bermain drama di sini?” suaranya rendah, dingin, tapi cukup untuk membuat jantung Aliza berdetak lebih cepat.

Clara yang mendengar itu hanya bisa menunduk, namun tangannya di bawah meja mengepal erat. Amarahnya mendidih, tapi ia menahannya agar tak meledak di hadapan semua orang.

“Aku mau makan sandwich dengan segelas susu… sayangku,” balas Nadeo dengan nada datar namun tegas.

Blusss! Wajah Aliza seketika merona merah. Pipinya panas mendengar panggilan itu keluar dari bibir suaminya—panggilan yang tak pernah ia sangka akan dibalas di depan semua orang, terlebih di hadapan Clara.

Clara yang mendengar kata-kata itu seketika terbakar api cemburu. Urat-urat di tangannya menegang, jemarinya kembali mengepal erat di bawah meja. Ingin rasanya ia bangkit dan pergi dari ruangan itu, meninggalkan semua rasa sakit yang tiba-tiba menyeruak di dadanya.

Namun ia menahan diri. Ia tidak ingin Nadeo mengetahui betapa ia tersiksa, betapa ia tidak terima melihat perlakuan khusus yang diberikan pria itu kepada Aliza. Senyumnya dipaksakan, meski matanya tak mampu menyembunyikan kepedihan yang kian menajam.

Tidak… aku tidak boleh terlihat kalah di hadapan perempuan kampungan itu, batinnya, menatap Aliza penuh kebencian. Aku akan tetap duduk di sini, dan suatu saat Nadeo akan kembali padaku.

Sementara itu, Aliza pura-pura tak peduli. Ia menyibukkan diri menyiapkan sandwich pesanan suaminya, sambil sesekali melirik ke arah Clara dengan senyum tipis penuh arti.

Saat semua tengah menikmati sarapan, suasana yang sempat hening kembali pecah oleh suara Nyonya Claudia.

“Nadeo, apa kamu hari ini akan pergi bekerja? Lebih baik kamu cuti. Clara baru saja kembali, sebaiknya kalian pergi berjalan-jalan.”

Sendok di tangan Aliza berhenti sejenak. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan tatapan matanya. Clara, di sisi lain, menegakkan punggung dengan penuh harap.

Namun jawaban Nadeo terdengar dingin menusuk.

“Maaf, Ma. Apa Mama lupa kalau aku sudah memiliki istri? Clara hanya sebatas mantan.”

Wajah Nyonya Claudia menegang. “Tapi Mama tidak pernah setuju dengan wanita yang kamu nikahi!” ucapnya lantang, menekankan nada tidak sukanya.

Clara yang mendengar pembelaan itu langsung tersenyum tipis. Bibirnya melengkung, penuh rasa puas. Setidaknya aku unggul selangkah dari perempuan kampungan itu, ucapnya dalam hati, sambil melirik ke arah Aliza yang tetap diam, berusaha menahan gejolak dalam dirinya.

Tidak apa-apa, Mah,” ucap Clara dengan nada lembut, seolah penuh kerendahan hati. “Aku tidak ingin dicap orang sebagai pelakor. Aku yang salah… pergi meninggalkan Nadeo begitu saja.” Ia menunduk, pura-pura menyesali diri, padahal di balik sorot matanya tersimpan maksud lain.

Jean yang sedari tadi diam akhirnya ikut bersuara, menatap Aliza dengan sinis.

“Seharusnya wanita itu sadar diri, Kak,” katanya dengan nada menusuk. “Dia seharusnya pergi setelah melihat Kakak Clara kembali ke sini.”

Tatapan Clara dan Jean seolah berpadu, sama-sama menempatkan Aliza sebagai orang asing yang tak pantas berada di meja itu.

Nadeo yang sejak tadi hanya menatap tanpa banyak bicara, akhirnya meletakkan sendoknya dengan suara dent yang cukup keras untuk membuat semua orang terdiam.

“Jean,” suaranya dalam dan penuh tekanan, “sejak kapan kamu berani bicara seenaknya tentang istriku?” Tatapannya menusuk tajam ke arah adiknya. “Ingat baik-baik, Aliza adalah perempuan yang aku pilih menjadi pendampingku. Tidak ada seorang pun berhak menyuruhnya pergi dari rumah ini.”

Jean terdiam, wajahnya pucat karena ucapan kakaknya.

Lalu Nadeo mengalihkan pandangannya ke arah Clara, sorot matanya tajam namun dingin. “Dan kau, Clara… berhentilah bersandiwara. Penyesalanmu tak akan mengubah kenyataan. Aku sudah menikah. Jangan pernah mencoba membuat ibuku atau siapapun berpikir bahwa aku akan meninggalkan istriku demi masa lalu.”

Clara tercekat. Senyum manis yang tadi ia paksakan seketika memudar.

Nadeo segera bangkit dari duduknya. Kursi bergeser, membuat semua mata tertuju padanya.

“Sayang, hari ini kamu akan pergi bekerja. Aku akan mengantarmu ke tempat kerja,” ucap Nadeo tenang, tapi cukup jelas untuk didengar semua orang.

Aliza tersentak sejenak, namun segera tersenyum. Ia berdiri, meraih tas kecilnya, lalu berjalan di sisi Nadeo. Langkah keduanya tampak begitu mesra, seolah tak tergoyahkan oleh tatapan penuh kebencian yang tertuju pada mereka.

Clara menunduk, wajahnya menegang menahan amarah dan cemburu yang nyaris meledak. Jean menggertakkan gigi, tak terima melihat Aliza diperlakukan bak ratu. Sementara Nyonya Claudia hanya bisa terdiam, matanya memerah menahan kecewa karena putra kesayangannya lebih memilih membela istri yang tak pernah ia restui.

Tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, Nadeo dan Aliza melangkah keluar, meninggalkan mereka semua dalam kesunyian penuh rasa terhina.

1
partini
baca jadi ingat novel tahun 2019 daniah sama tuan saga ,, good story Thor 👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!