NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28

Rundown hari ini harsa mengelilingi mansion milik keluarga Frederick, sebagain penghuni baru sekaligus nyonya rumah untuk sementara waktu dia harus mengenali lingkungan tempat tinggal barunya.

Jadwal itu dilakukan setelah dia istirahat setelah sarapan pagi-nya dan ditemani oleh seorang pekerja wanita yang masih muda.

didepannya axel, yang sudah berpakaian rapi dan formal, menandakan pria itu sudah siap untuk pergi ke kantor.

tak ada percakapan apapun di meja makan kali ini, mereka diam dan fokus menikmati hidangan masing-masing.

tak membutuhkan waktu lama bagi axel untuk menyelesaikan sarapan paginya, setelah menikmati roti panggang dan teh tawar.

sedangkan harsa sediri, masik asyik menikmati sarapan paginya dengan seporsi soto ayam yang masih mengepulkan asap-nya.

Axel diam sesaat, menatap istrinya yang masih makan. awalnya harsa tak menyadari pandangan pria didepannya, namun lama kelamaan dia merasa diawasi, harsa langsung menyadari tatapan pria yng menjadi suaminya itu segera menelan makanan-nya dengan cepat.

"Maaf, saya memang membutuhkan waktu lama dalam mencerna makanan, mas axel bisa berangkat kerja tanpa harus menunggu ku selesai makan."

Axel masih diam, dia tak merespon ucapan harsa, baginya, dengan memandang wajah gadis itu, dia sudah meras puas, tapi tidak dengan harsa yang merasa risih.

Kenapa orang ni gak berangkat-berangkat. apa harus ada acara mengantar dia sampai depan pintu.

harsa mempercepat makanan, dia kini sudah tidak peduli dengan etiket makan.

setelah minum, dia menyeka bibirnya menggunakan serbet dengan cepat.

"ayo gue antar kedepan."

suara kursi berdecit keras, digeser kasar oleh harsa karena dia ingin berdiri.

namun orang yang diajak masih diam sambil menatapnya seperti sebuah karya yang dipajang di galeri seni.

menatap tajam dan menelisik, seolah harsa sebuah karya yang perlu diamati.

gadis bergamis rumahan berwarna marun itu mengernyit kening.

gue ingin mencolok matanya dan menampar wajah tampannya itu....

dalam hati harsa menggerutu dan mendongkol sendiri.

kini sepasang suami istri itu saling tatap menatap dengan pandangan yang berbeda, harsa dengan ekspresi kesal dan axel dengan tatapan tajam dengan kekaguman.

"mas axel tersayang, anda jadi berangkat kerja tidak?."

harsa sudah geram dengan ke terdiaman pria dewasa yang masih duduk di kursi-nya.

"aku hanya sedang menilai."

kening harsa kembali mengkerut.

"nyonya muda keluarga Frederick, anda sangat terlihat begitu buruk."

suara berat dan dingin axel, begitu menusuk ke jantung harsa. gadis yang masih berdiri dimeja makan itu kini melebarkan netra coklat bulat indahnya, tangannya bersedekap, wajahnya menunjukkan rasa lelah dan muak.

"oh ya, saya paham maksud anda. dari awal memang saya memang begini adanya, ada yang terlalu berekspektasi tinggi tehadap saya."

tak ada kelanjutan, harsa lebih memilih berlalu meninggalkan meja makan, dia tak memikirkan lagi tradisi mengantar axel ke depan rumah yang sedang dia jalani beberapa hari ini.

"dia pikir aku adalah gadis yang mudah ditindas. dasar pria dingin yang songong, dia pikir dia waw apa?. dia kira gue gadis yang tak punya apa-apa hanya diam saja jika di hina. dasar bapak-bapak nyebelin..."

harsa yang naik tangga itu ngedumel sepanjang jalan.

Axel, pria itu menatap kepergian istrinya dengan diam, namun senyum diujung bibirnya itu cukup menandakan bahwa dia puas.

Dia bangkit dari kursinya, max yang sudah siap menunggu tuannya itu tengah berdiri disamping pintu mobil. sedangkan anna dan mario, juga sudah menunggu di depan pintu.

"anna."

"ya tuan muda."

"panggilkan miss diana, sepertinya nyonya mu membutuhkan pelajaran tambahan."

"baik."

anna mengangguk pelan, sedangkan mario segera mengikuti axel membawakan tas kerja pria itu.

Dari balkon harsa melihat kepergian suaminya.

"dia berasa pangeran, tas kerjanya dibawakan segala. padahal di pesantren dia biasa-biasa aja. dasar pria manja."

harsa menggerutu sepanjang mobil hitam yang membawa pergi suaminya bekerja, hingga jauh didepan sana dan menghilang tertelan gerbang besi hitam yang menutup segala akses masuk ke dalam mansion.

"aku sendirian di rumah sebesar ini, dan tidak akrab dengan siapapun. jadi rindu lalita dan pesantren."

harsa merasa bosan dengan hidupnya yang kurang padat kegiatan.

"apa aku perlu buat usaha?."

gumamnya sambil melangkah ke arah sofa tunggal, dia duduk dengan menyangga dagunya.

"tapi sebelum itu aku harus punya kendaraan untuk membeli sesuatu."

"ah, dari mana aku harus memulai, aku tidak begitu mengenal daerah ini, rumah besar ini membuatku merasa terlalu terkekang...?"

harsa frustasi sendiri.

"aku jadi menyesal...."

harsa menghentikan gerutunya, saat ponsel di tangan berdering, menampilkan panggilan masuk dari umma halimah.

harsa tak segera mengangkat, dia menghela nafas pelan, menetralkan perasaan yang tadi sempat panas.

"assalamualaikum hallo umma..."

intonasinya dibuat selembut mungkin.

"waalaikumsalam sayang. bagaimana? apa kamu sudah betah tinggal disana?."

harsa tersenyum kecut, namun dia berusaha seceria mungkin, meski ibu sambungnya taj mungkin melihat ekspresi saat ini.

"harsa belum bisa bilang betah umma, tapi masih belajar untuk beradaptasi disini."

"oh, iya juga. tapi bagaimana disana menurut kamu?."

"ya, gimana ya umma."

harsa menatap sekeliling kamarnya, gadis itu bangkit dan berjalan pelan ke arah balkon.

"rumah mas axel terlalu besar dan sepi." jawab harsa jujur apa adanya.

"apa kamu sedang sendirian dirumah?."

"iya umma, mas axel sudah berangkat bekerja, tapi ada banyak pekerja disini."

"oh, titip salam ke axel ya..."

diseberang sana umma halimah mengangguk mengerti.

"iya nanti harsa sampaikan."

"yaudah kalau gitu. semoga kamu betah dirumah barumu sayang, umma mau keluar bersama abah."

"aamiin, iya umma hati-hati di jalan."

"iya, assalamualaikum."

"waalaikumsalam."

panggilan terputus, harsa menghela nafas pelan, disudut matanya sedikit mengembun.

"harsa gak betah tinggal disini umma,"

gumamnya pelan sambil menatap pohon apel yang rindang didepan balkonnya.

"ini bukan dunia harsa."

1
Miss nana
❤️
Miss nana
harsa gak dapat mas abi, masih ada mas axel yang siap otw melamar kamu hehehe...
Salsa Bila
lanjut kak......
Lusy Purnaningtyas
ditunggu updatenya kakak cantik. semangat...🥰
Lusy Purnaningtyas
g terasa,habis maraton seharian. ditunggu updatenya kak....🥰
Lusy Purnaningtyas
aku sukak....
semangat harsa alex....
Lusy Purnaningtyas
holla...
Merryati Sakoi koi
terlalu lama iklanx jelek jg.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!