Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bukan Wanita Jal*ng
“Pak Segara, apa kita akan seterusnya di hotel ini?” tanya Bening hati-hati.
“Rumahku masih dipersiapkan. Besok kita akan pindah,” jawab Segara yang sudah duduk di atas ranjang sembari menyenderkan kepalanya di headboard.
“Oh, baiklah.”
“Siapa temanmu yang kau bawa di sini?” tanya Segara.
“Namanya Uni, sahabat Bening.”
“Siapa yang membawakanmu makanan itu?” tanya Segara lagi sambil menunjuk pizza dan minuman kaleng di atas meja.
“Kurir GoesFood, Pak Segara mau sepotong pizza?” tanya Bening.
“Tidak, aku tidak mau mengisi perutku dengan kotoran,” jawab Segara sambil memainkan ponselnya. Mendengar jawaban Segara, Bening merasa kesal kembali. Hatinya sudah tenang dengan makanan, tapi runtuh lagi oleh mulut pedas itu.
“Baiklah,” kata Bening berusaha menutupi kekesalannya.
“Tidurlah di ranjang, aku akan memesan hotel kosong di sini,” ujar Segara, membuat Bening menghentikan aktivitas mengunyahnya.
“Benarkah?” Bening bertanya dengan mata berbinar.
“Ya, malam ini kemasi barang-barangmu dan barang-barangku. Karena besok kamu akan pindah pagi sekali,” jelas Segara seraya bersiap keluar dari kamar.
“Baiklah,” balas Bening semangat.
Ia mulai berlarian mengemasi setiap perintilan barang miliknya di setiap sudut kamar hotel. Ia tersenyum senang karena akhirnya malam ini bisa menikmati kamar hotel mewah sendirian.
Bening melemparkan tubuhnya di atas ranjang empuk, membuat bintang besar di tengah-tengah ranjang.
“Seperti apa kehidupan pernikahan itu sebenarnya?” gumam Bening sambil menatap langit-langit kamar.
Lalu ia beranjak kembali, mengambil koper besar di loker. Bening mulai mengemasi baju-baju pembelian Segara dan tidak lupa dengan baju-baju milik Segara yang bergantung di lemari kaca mewah itu.
Bening teringat dengan baju dinas malam. Apa ia harus ikut mengemasinya juga? Bening memandangi satu per satu baju dinas yang bergantung itu.
“Kalau ditinggal, sayang sekali. 1, 2, 3, 4, 11… banyak sekali, itu pasti sudah menghabiskan uang puluhan juta. Baiklah, ku bawa saja, siapa tahu nanti bisa aku jual,” Bening bermonolog dengan semangat.
Otak bisnisnya mulai berjalan lurus. Seketika matanya tertuju pada baju yang berkilauan berwarna abu-abu: rok pendek yang bahkan tidak sampai menutupi seluruh bokong, celana dalam satu jari khas baju dinas pada umumnya, baju crop top dengan belahan dada sampai perut, dua pita untuk rambut, dan satu pasang kaos kaki keranjang setinggi lutut.
“Kalau diperhatikan, baju ini seperti baju idol K-pop, hehehe… bagaimana kalau gue coba, mumpung di sini sendirian,” gumam Bening sambil mengganti pakaiannya.
Ia melihat dirinya di cermin. Pakaian itu sangat pas di tubuhnya. Bening yang berwatak aktif dan ceria mulai menyalakan musik dan ikut menyelaraskan gerakan di setiap ketukan. Tanpa ia sadari, Segara sudah membuka pintu kamar dan melihatnya dengan mata terbelalak. Sudut mata Bening akhirnya menangkap sosok pria yang berdiri di ambang pintu. Spontan ia menoleh dan melihat Segara yang memandangnya seperti singa sedang lapar. Bening menyilangkan tangan di dadanya, berusaha menutupi keterbukaan itu dari Segara. Ia baru menyadari, Segara memang bisa kapan saja membuka kamar itu, karena membawa cardlock.
Segara berjalan mendekati Bening. Bening nyaris terjatuh karena melangkah mundur terlalu cepat. Tubuhnya tertahan oleh tembok dan Segara masih melangkah maju. Hingga akhirnya Segara tepat berada lima jari dari tempat Bening berdiri. Segara menahan tubuh Bening dengan menempelkan tangannya di tembok. Bening memejamkan mata, tidak sanggup melihat macan lapar itu. Di setiap tarikan napas ia mencium aroma tubuh Segara yang wangi semerbak.
“Apa kau pelacur? Baiklah kalau ingin bermain-main denganku,” bisik Segara di telinga Bening. Mendengar itu, Bening merasakan tubuhnya bagai tersengat aliran listrik. Ia memberanikan diri membuka mata dan mendorong tubuh Segara dengan kuat, lalu melayangkan tamparan keras di pipi Segara.
“Gue mau menerima pernikahan ini karena keluarga gue dan Pak Jedan yang sudah baik dengan kakak gue. Gue tahu mulut lo itu penuh dengan kepedasan neraka, tapi nggak akan gue biarkan lo menginjak harga diri gue! Lo yang nggak beradab membuka kamar ini sesuka hati lo! Dasar laki-laki aneh!” hardik Bening, mengeluarkan semua emosinya.
Ia sudah menahan kemarahannya sejak pernikahan ini terjadi, dan akhirnya pecah karena ucapan Segara.
Segara menatap tajam Bening. Kali pertama ia mendapat tamparan dan makian oleh seorang wanita. Selama ini, tidak ada satu orang pun yang berani dengannya. Segara yang berniat mengambil laptopnya yang tertinggal kini mengurungkan niat, ia berbalik arah dan keluar dari kamar, meninggalkan Bening yang masih menatapnya dengan penuh kebencian.
Sepeninggal Segara, Bening tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Ia terduduk lemas dan menangis tersedu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mengalami perlakuan seperti ini. Ia kembali bertanya-tanya, karma apa yang telah ia lakukan sehingga mengalami kepahitan yang teramat menyiksanya.
Ia dibesarkan di lingkungan penuh cinta dan keharmonisan. Lalu takdir mempertemukannya dengan manusia di luar nalarnya. Manusia bermulut pedas dan tidak berperasaan.
Lama Bening menangis, membuatnya lelah dan mengantuk. Ia akhirnya memaksa diri beranjak. Bening membasuh wajahnya yang sembab karena terlalu banyak menangis. Ia mengganti pakaian dan lalu merebahkan diri di ranjang. Karena terlalu lelah, ia terlelap dengan mudah.
...🫛🫛🫛...
Di kamarnya, Segara memikirkan semua hardikan Bening. Perkataan Bening padanya selalu berputar-putar di pikirannya, membuatnya tidak bisa fokus dengan berkas yang ada di hadapannya.
Ia marah karena hampir saja tidak bisa menahan dirinya. Bagaimanapun, ia adalah laki-laki normal yang selama ini karena sibuk bekerja jarang melakukan hal-hal asmara dengan wanita.
Segara sadar dirinya tak pernah bisa menahan perkataan kasar yang keluar dari mulutnya. Semua itu diturunkan dari didikan ayahnya yang keras sejak ia masih kecil. Ia dilatih untuk tidak berlemah lembut dengan manusia lain agar tidak terjerembab dalam permainan manusia munafik.
Ibunya meninggal karena kecelakaan saat ia masih berumur lima tahun. Segara dibesarkan oleh ayahnya seorang diri sampai usia dua puluh tahun. Di usia itu, ia kehilangan sosok ayahnya lagi karena penyakit kanker bawaan sang ayah.
Segara tidak ingin mengelola perusahaan ayahnya. Ia hanya mengurung diri dan menutup diri pada siapapun. Kakek membiarkannya sambil terus memberinya dukungan. Kakek menggantikan sementara waktu untuk mengelola perusahaan. Sampai Segara memiliki semangat lagi, ia melanjutkan pendidikannya dan akhirnya lepas dari keterpurukan. Ia melanjutkan tugas sebagai pemimpin perusahaan orang tuanya yang memang sudah diwariskan untuknya.
...🍈🍈🍈...
bab ini sangat pendek sedikit😁
ok thax u🙏
karya mu sangat bagus thor,
ga gersang
bening²😆
berani negur segara langsung😅
tapi segara masih cuek guys😂
thx u thor 🙏