Dambi nekat mencari gigolo untuk memberikan keperawanannya. Ia pikir kalau dirinya tidak perawan lagi, maka laki-laki yang akan dijodohkan dengannya akan membatalkan pertunangan mereka.
Siapa sangka kalau gigolo yang bertemu dengannya di sebuah hotel adalah profesor muda di kampusnya, pria yang akan dijodohkan dengannya. Dambi makin pusing karena laki-laki itu menerima perjodohan mereka. Laki-laki itu bahkan membuatnya tidak berkutik dengan segala ancamannya yang berbahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu sahabat lama
Hari ini akhirnya tiba. Hari yang di tunggu-tunggu Dambi akhirnya datang juga. Ia tidak ada kuliah, begitupun Angkasa. Karena kebetulan hari ini adalah libur weekend. Seperti pembicaraan mereka semalam, siang ini keduanya akan pergi menemui Rassya.
Mereka telah berada sampai diparkirkan sebuah hotel berbintang. Tentu saja Angkasa bertanya-tanya kenapa Dambi membawanya ke hotel. Wajah tampak bingung dan penasaran. Karena yang dia tahu, mereka mungkin janjian di sebuah tempat makan seperti restoran atau cafe. Bukankah pertemuan di hotel terlalu berlebihan untuk sekedar berbincang dengan pria yang notabenenya berstatus sebagai mantan pacar?
"Kalian janjian di hotel?" Angkasa memiringkan kepalanya menghadap Dambi. Gadis itu mengangguk santai sementara Angkasa langsung melemparkan wajah tidak sukanya. Yang benar saja, sebenarnya bagaimana pergaulan Dambi dengan sang mantan pacar dulu? Mereka sedekat apa? Apa pernah tidur bersama. Oh tidak, tidak!
Angkasa menggeleng kuat. Dambi masih polos. Ia yakin sekali tunangannya ini belum disentuh oleh satu pun pria. Tapi... Bagaimana kalau pikirannya salah? Mereka bahkan janjian ketemuan di hotel. Seandainya dirinya tidak ikut, apa kira-kira yang akan mereka lakukan? Angkasa menghembuskan nafas panjang. Bukan waktunya memikirkan hal itu sekarang. Dia harus tenang. Agar bisa menghadapi mantan pacar Dambi.
"Turunlah." ucapnya kemudian. Ia terlalu kesal untuk bersikap manis pada gadis itu sekarang. Memikirkan hubungan Dambi dan mantan pacarnya yang terlalu dekat, membuat otaknya tidak bisa berpikir jernih. Ia cemburu setengah mati.
Dambi keluar. Raut wajahnya begitu senang melihat Angkasa yang kesal. Siapa suruh pria itu selalu menggoda dan membuatnya kesal. Dia masih menunggu menciutnya seorang Angkasa yang dingin dan suka memaksa itu saat mereka di bertemu dengan kak Rassya.
Mereka masuk lift dan lift tersebut berhenti di lantai sembilan. Kini keduanya telah berdiri didepan kamar nomor tujuh puluh. Dambi tidak mengetuk. Sebaliknya ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Gerak-geriknya tidak terlepas sedetikpun dari pandangan Angkasa.
Mata Angkasa melotot sempurna ketika melihat yang di ambil Dambi dari dalam tasnya adalah sebuah kunci kamar tersebut berupa kartu. Apa-apaan? Rahangnya mengeras saat Dambi dengan bebasnya menempelkan kartu tersebut di pintu dan pintu terbuka.
"Katakan padaku. Kenapa kau punya kartu kamar ini? Kalian bersama kemarin?" tanya Angkasa memicingkan mata kesalnya ke Dambi. Ia sudah menahan diri sejak tadi.
"Menurutmu?" balas Dambi sambil berjalan ke dalam. Angkasa mengikuti langkah Dambi masuk ke dalam. Emosinya tertahan. Dia bersumpah akan menonjok laki-laki yang akan muncul didepan matanya sebentar lagi.
"Sayang, kamu udah sampe?" lalu sebuah suara terdengar dari dalam kamar mandi. Rassya muncul dari ruangan itu dengan pakaian lengkap. Ia bisa mendengar ada yang masuk tadi, pasti Dambi. Siapa lagi, tidak ada yang lain. Hanya Dambi seorang yang memiliki akses masuk.
Pandangan Rassya berhenti pada sosok yang berdiri membelakanginya, yang masuk bersama Dambi. Ia sudah tahu Dambi memang akan membawa lelaki itu, tapi Rassya merasa sosok yang sedang membelakanginya ini tampak begitu familiar. Memang sudah lama sekali mereka tidak bertemu, tapi Rassya merasa seperti mengenalnya.
Dan benar saja, ketika laki-laki itu berbalik menghadapnya, mereka berdua sama-sama kaget. Ada rasa senang di wajah Rassya.
"Yo, siapa ini, Angkasa?!" seru Rassya dengan suara nyaring hingga Dambi ikut bingung. Kenapa kak Rassya malah kelihatan senang begitu melihat tunangannya?
Hal yang sama berlaku pada Angkasa. Pria itu kebingungan. Ternyata pria yang dia lihat bersama Dambi kemarin adalah Rassya, sahabat lamanya. Ia tidak mengenal lelaki itu kemarin karena posisi mereka cukup jauh dan badan Rassya lebih atletit dibandingkan dulu.
Namun pertemuan dengan sahabat lama tidak serta merta membuat suasana hati Angkasa membaik. Ia menatap Rassy tajam. Sekalipun mereka adalah sahabat lama, ia tetap akan membuat perhitungan dengan pria itu. Apalagi Rassya jauh lebih dewasa dari Dambi, bagaimana bisa dia membawa gadis itu ke hotel. Angkasa juga cemburu padanya karena mereka adalah saingan sekarang.
"Apa yang ingin kau lakukan pada tunanganku, kenapa membawanya ke hotel?" suaranya amat rendah, dan sarat akan kemarahan. Angkasa juga merasa heran, kenapa pria baik-baik seperti Rassya membawa wanita ke hotel. Itu bukan gayanya sama sekali.
Rassya menatap pria itu dan Dambi bergantian. Sungguh pertemuan yang mencengangkan. Ternyata tunangan Dambi adalah Angkasa. Ini sungguh diluar dugaan. Tapi Rassya senang, karena ia percaya pada sahabat lamanya itu.
"Bukan seperti yang kau pikirkan. Tenanglah. Hubunganku dan Dambi bukan seperti yang sedang kau pikirkan sekarang." katanya sontak Dambi menatapnya dengan raut wajah bingung. Ia jadi bingung seketika. Kenapa kak Rassya malah senang melihat Angkasa? Mereka saling kenal? Tiba-tiba perasaan tidak enak hinggap dibenaknya.