Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Belas
Puas berbelanja akhirnya Anika dan Nivea mulai menyusul ketiga kembar itu yang ternyata sudah ada di dalam play ground, dari sini Anika bisa menyaksikan sendiri kebahagiaan ketiga anak-anaknya.
"Alhamdulillah mereka bisa setenang itu," ucap Anika.
"Mereka memang pantas untuk bahagia Nik," sahut Nivea.
"Makasih ya, kamu sudah mewujudkan impian mereka untuk pergi ke Mall dan bermain di play ground, adalah impian mereka," ucap Anika sejenak menyisipkan senyum simpulnya.
Senyum yang terlihat samar, antara bahagia dan sedih, karena selama menjadi seorang ibu dia belum pernah bisa melihat wajah-wajah polos itu seceria ini, rasanya dia begitu egois mengangkut beban besar ini sendirian.
Menyembunyikan rahasia besar ini sendiri, karena dia berpikir akan sanggup menghadapinya, tapi pada kenyataanya dia selalu membawa ketiga anaknya ke dalam luka yang di paksa sembuh padahal masih basah.
"Vea apa aku ini terlalu egois sudah menyembunyikan identitas mereka bertiga?" tanya Anika dengan senyum yang sedikit masam.
"Kau tidak salah Nika, yang kau lakukan ini sudah benar, menyelamatkan seorang anak yang tidak diinginkan oleh ayahnya sendiri, kau ibu yang kuat dan hebat, bertahan meskipun badai selalu menerpa kehidupan kalian berempat," ucap Vea sambil menggenggam kuat tangan sahabatnya itu.
Tangan Nivea yang menggenggam erat membuat hati Anika sedikit hangat. Tapi di balik itu, pikirannya terus mengembara, kepada masa lalu, kepada sosok yang tak pernah bisa ia kubur meski bertahun-tahun telah berlalu.
Anika menatap Arjuna, Arash, dan Aruna yang kini tengah bermain di wahana bola warna-warni. Tawa mereka membumbung ke udara, seolah tidak pernah ada luka di balik tawa itu.
Tapi luka itu nyata. Dan itu berasal darinya—ibunya sendiri.
"Vea..." suara Anika kembali pelan, hampir tak terdengar. "Kalau suatu saat anak-anak tahu siapa ayah mereka... dan ternyata dia masih hidup... apa mereka akan membenciku karena telah berbohong selama ini?"
Nivea menoleh, menatap dalam sahabatnya.
"Kalau mereka tahu seberapa keras kau berjuang menjaga mereka, mempertahankan mereka, menyusui mereka meski dirimu sendiri kelaparan, dan membesarkan mereka sendirian... maka mereka tidak akan membencimu, Nik. Mereka akan semakin mencintaimu."
Anika menggigit bibirnya, menahan tangis yang sejak tadi menari di ujung mata.
******
Di sisi lain, Arjuna diam-diam menyelinap dari area permainan. Ia duduk di bangku taman kecil di dalam area mall, bayangan anak kecil itu mulai di penuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sampai sekarang belum dapat jawaban dari ibunya.
Arjuna, si tengah yang lebih sensitif dan penuh rasa ingin tahu, kembali memberanikan diri untuk mendekati Om Marvin uang sebenarnya merupakan kakak tirinya sendiri.
"Ah, pokoknya aku harus tanya sama Om Marvin, pasti dia tahu sesuatu tentang ayah ku, Om Marvin kan sahabatnya Bunda," ucap Anak itu sendiri.
Di tengah-tengah permainan Marvin mulai mencari keberadaan Arjuna yang mulai menjauh dari kedua saudaranya, entah kenapa di saat yang bersamaan Marvin ingin mengajak anak itu untuk kembali bermain dengan dua saudara akan tetapi di saat Marvin mulai menghampiri, dirinya mulai di kejutkan dengan sebuah pertanyaan.
"Arjun, ayo gabung lagi," ajak Marvin.
Arjuna hanya terdiam anak itu melihat wajah Marvin dengan sejuta pertanyaan. "Om, boleh gak aku bertanya?" ucap anak itu.
Sejenak Marvin mulai mengerenyitkan keningnya. "Tanya apa Nak," sahut Marvin.
"Om, tahu gak dimana ayahku berada?"
Deg!!!
Dunia Marvin seolah berhenti begitu saja mendengar pertanyaan polos yang keluar dari mulut anak itu.
"Jangan diam seperti Bunda Om, tolong beri tahu aku, jika memang Om tidak mau menjawab pertanyaanku, coba bilang saja sama dia, karena aku yakin Om pasti kenal dia," desak anak itu.
Sejenak Marvin mulai menoleh ke arah anak kecil itu. "Sayang, apa kau benar-benar ingin bertemu dengannya?" tanya Marvin.
"Sangat, aku sangat ingin bertemu dengannya," ucap anak itu.
"Baiklah, semoga suatu saat nanti kamu bisa bertemu ya," ucap Marvin sambil memegang kedua lengan Arjuna.
*******
Malam hari, setelah mereka kembali ke rumah, ketiganya duduk di ruang tengah, memainkan hasil belanjaan mereka. Aruna memeluk boneka domba yang diberikan Tante Vea, Arash sibuk menyusun puzzle, dan Arjuna mengamati ibunya yang sedang menyimpan bahan makanan ke lemari.
"Bundaaaa," panggil Arash sambil menggantungkan tubuh di bahu Anika.
"Ya, Sayang?"
"Boleh nggak kita nanya sesuatu?"
Anika berhenti sejenak. "Tanya apa, Nak?"
"Kenapa kita beda dari teman-teman yang lain?" tanya Aruna. "Maksudnya... mereka punya ayah, tapi kita enggak."
Deg!
Anika merasa dunia di sekitarnya menjadi hening. Waktu seperti berhenti berputar.
"Dan kenapa setiap kali kami tanya tentang ayah, Bunda selalu bilang (Ayah sedang bejerja)?" lanjut Arjuna dengan suara datar tapi dalam.
Anika duduk perlahan. Tiga pasang mata kecil itu kini memandangnya dengan tatapan penuh tanya.
"Apa ayah kami... masih hidup?" tanya Arjuna.
Anika menggenggam tangan mereka bertiga, suara tenggorokannya tercekat.
“Bunda nggak tahu harus mulai dari mana. Tapi suatu saat kalian akan tahu semua jawabannya. Bukan karena Bunda ingin membohongi kalian... tapi karena Bunda ingin melindungi kalian.”
Arash menunduk. “Apa ayah kami orang jahat?”
Anika menggeleng cepat. “Tidak, Nak. Dia... hanya pernah membuat kesalahan. Dan Bunda tidak ingin kesalahan itu melukai kalian.”
Suasana hening sejenak. Tapi kali ini, Arjuna tak menyela.
Anika mengusap kepala mereka satu per satu. “Boleh sekarang kalian janji satu hal?”
“Tentang apa?” tanya Aruna.
“Kalau suatu hari nanti kalian tahu siapa ayah kalian... tolong... jangan benci Bunda.”
Ketiganya saling pandang. Mungkin mereka belum sepenuhnya mengerti, tapi malam itu, sesuatu telah berubah. Retakan kecil di dinding rahasia mulai terbuka, dan ketiganya mulai sadar: dunia yang mereka kenal selama ini... menyimpan sesuatu yang belum pernah diceritakan sepenuhnya.
*********
Di sebuah sudut kota...
Aslan menatap layar ponselnya entah kenapa tiba-tiba anaknya Marvin menyuruhnya untuk mengecek kembali proyek yang ada di provinsi Jawa tengah itu.
Sejenak Aslan mulai menghempaskan nafas panjangnya padahal saat ini hatinya masih terluka karena kepergian sang istri dan jiwanya masih bersedih, belum sepenuhnya sembuh.
"Astaga Nak! Kenapa kau suruh Papa cek sendiri padahal kan ada kamu," ucap Aslan do dalam panggilan teleponnya.
"Ada sedikit kendala dan harus Papa sendiri yang menanganinya," sahut Marvin. "Lagian besok istriku mau liburan jadi aku harus temani dia," lanjut Marvin yang membuat Aslan akhirnya mau.
"Baiklah Nak, besok pagi Papa akan terbang ke sana," sahut Aslan.
Panggilan pun diakhiri dengan keberhasilan, Marvin pun merasa lega, karena tidak lama lagi, ayahnya akan melihat darah daging yang dulu tidak diinginkan sekarang sudah tumbuh besar menjadi anak-anak yang hebat dan kuat.
"Maafkan aku Pa, harus membohongi Papa, dan untuk kalian bertiga sebentar lagi pasti akan menemui ayah kalian," ucap Marvin.
Bersambung
Maaf ya kak baru bisa up di karenakan sibuk dengan dunia nyata🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰
ashlan meskipun itu bibi mu,,jika dia tidak bisa menerima Anak anak mu,,maka lempar saja ke kutub,,,kau dulu beraning menolak anak kandung mu,,,maka kau harus beraning menyingkirkan orang orang yg ingin menyakiti anak anak mu dan calon istri mu,,meski pun itu bibi mu sendiri atau siapa pun itu...
hehhh nenek sihir mikir donk kau lebih menjunjung anak angkat dan mendiang istri ashlan yg tidak memiliki keturunan keponakan mu ketimbang memilih yg kandung dan nyaris sempurna...Dunia terbalik memang😄😄😄😄
pantes Anika berat perasaannya, akan ada hambatan dari keluarga si Aslan.
semangat pagi thour,,,semangat up,ini lg nunggu sambil ngopi🤣🥰😘❤❤❤💪💪💪💪