NovelToon NovelToon
Dinikahi Suami Kembaranku

Dinikahi Suami Kembaranku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Misstie

Syima dan Syama adalah kembar identik dengan kepribadian yang bertolak belakang. Syama feminim, sementara Syima dikenal sebagai gadis tomboy yang suka melanggar aturan dan kurang berprestasi akademik.

Hari pernikahan berubah menjadi mimpi buruk, saat Syama tiba-tiba menghilang, meninggalkan surat permintaan maaf. Resepsi mewah yang sudah dipersiapkan dan mengundang pejabat negara termasuk presiden, membuat keluarga kedua belah pihak panik. Demi menjaga nama baik, orang tua memutuskan Devanka menikahi Syima sebagai penggantinya.

Syima yang awalnya menolak akhirnya luluh melihat karena kasihan pada kedua orang tuanya. Pernikahan pun dilaksanakan, Devan dan Syima menjalani pernikahan yang sebenarnya.

Namun tiba-tiba Syama kembali dengan membawa sebuah alasan kenapa dia pergi dan kini Syama meminta Devanka kembali padanya.

Apa yang dilakukan Syima dalam mempertahankan rumah tangganya? Atau ia akan kembali mengalah pada kembarannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misstie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Restu dan Ragu

Perjalanan pulang berlangsung dalam keheningan yang menusuk. Syama duduk mematung di kursi penumpang, menatap kosong ke luar jendela mobil. Rambutnya yang panjang menutupi sebagian wajahnya yang pucat. Sesekali Devanka melirik ke arahnya, tapi tidak ada yang bersuara.

"Syama," panggil Devanka akhirnya ketika mereka berhenti di lampu merah.

"Iya," jawab Syama tanpa menoleh.

"Masih marah?"

Syama menarik napas panjang. "Enggak."

"Terus kenapa dari tadi diem aja?"

Syama akhirnya menoleh menatap Devanka. Matanya terlihat lelah. "Mas, soal tadi itu... aku bingung harus gimana, aku merasa terjepit. Mama terlanjur senang, aku enggak tega buat ngecewain Mama."

"Jadi kamu setuju sama rencana Mama?"

"Bukan gitu," Syama menggeleng. "Aku cuma... aku bingung harus menjelaskan apa. Mama udah excited banget, sampai ngomong soal undangan, sama sewa gedung segala."

Devanka memarkirkan mobil di pinggir jalan dan mematikan mesin. Ia menghadap Syama sepenuhnya.

"Sayang, dengar. Mulai sekarang aku enggak akan maksa kamu buat nikah kalau kamu belum siap. Jujur aku terlalu senang dapat restu dari Bapak. Maaf, kalau aku terkesan memaksa. Aku hanya ingin menunjukan sama kamu, sama Bapak dan Ibu, kalau aku serius."

"Aku juga serius sama kamu itu, Mas. Tapi menikah itu bukan cuma soal perasaan. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan."

"Itu benar." Devanka menyetujui pemikiran kekasihnya

Syama memainkan ujung rambutnya, kebiasaan yang muncul ketika dia gugup. "Kondisi Ibu yang masih harus operasi dan kemoterapi. Aku masih kuliah, dan belum ada penghasilan, membuatku belum bisa berpikir tenang. Aku ingin fokus pada kesehatan Ibu. Terus..."

"Terus apa, hmm...?" Devanka sabar menunggu Syama mengeluarkan unek-uneknya.

"Aku takut kalau kita terburu-buru, nanti malah tidak bahagia. Aku ingin menikah sekali seumur hidup, dan aku enggak mau pernikahan kita jadi beban buat semua orang."

"Kamu tau enggak, kenapa aku pengen kita nikah secepatnya?"

Syama menggeleng. "Dikejar umur?"

Devanka terkekeh. "Itu sudah jelas, aku gak mau pas akad nikah rambutku sudah beruban," canda Devanka, memunculkan senyuman tipis di wajah Syama.

"Alasan lainnya, karena aku mencintaimu seribu persen. Jujur, aku takut ada yang merebutmu dari aku. Yang paling utama, aku pengen jadi support system yang resmi buat kamu dan keluarga kamu."

"Mas..." Syama berkaca-kaca merasa terharu dengan ucapan Devanka.

Devanka meraih tangannya, menghentikan gerakan gelisah Syama. "Sayang, kamu enggak akan jadi beban. Aku bakal dukung semua impianmu. Tapi aku ngerti. Aku janji, aku bakal nunggu sampai kamu siap. Mau setahun, dua tahun, bahkan lima tahun, aku enggak masalah."

Syama terdiam, mempertimbangkan usulan itu. "Tapi tadi Mama kamu udah bilang tiga bulan lagi. Dia pasti sekarang udah mulai planning."

"Biar aku yang ngomong sama Mama. Aku bakal jelasin situasi sebenarnya pelan-pelan."

Syama terdiam sejenak memikirkan rencana Devanka. "Tapi... enggak usah deh, Mas. Nanti Mama kecewa."

"Terus kamu maunya gimana? Kamu mau nikah tiga bulan lagi ngikutin rencana Mama?"

Syama menggeleng cepat. "Enggak. Cuma... aku enggak tau harus gimana."

Devanka menyadari bahwa dia terlalu memaksakan keinginannya tanpa mempertimbangkan perasaan Syama. Jadi melihat kekasihnya yang terlihat begitu bingung dan tertekan, Devanka jadi merasa bersalah.

"Maafin aku ya, sayang. Tadi aku terlalu egois, cuma mikirin keinginan aku dan keluarga, tanpa mikirin perasaan kamu."

"Aku juga salah kok, Mas. Aku harusnya lebih tegas dari awal."

"Gimana kalau begini," Devanka menggenggam kedua tangan Syama. "Kita bicara baik-baik sama keluarga kita masing-masing. Jelasin situasi sebenarnya. Bilang kalau kita butuh waktu lebih buat persiapan yang matang."

"Bapak pasti kecewa. Dia kan pengen lihat aku menikah sebelum kondisi Mama makin parah."

"Justru karena itu kita harus hati-hati. Pernikahan yang terburu-buru malah bisa bikin stress tambahan buat Ibu. Kita harus nikah dalam kondisi yang tepat, bukan karena tuntutan siapa pun."

Syama mengangguk pelan. Ada rasa lega di hatinya. "Iya, Mas. Makasih udah mau ngerti."

"Aku cinta kamu, sayang. Makanya aku mau yang terbaik buat kita berdua."

Mereka terdiam sejenak, masing-masing terlarut dalam pikiran. Syama akhirnya angkat bicara. "Maaf juga soal tadi di taman. Aku kebawa emosi."

"Enggak papa. Aku juga keras kepala."

"Tapi aku serius lho, Mas. Aku emang pengen nikah sama kamu. Cuma waktunya aja yang pengen aku atur dengan baik."

Devanka tersenyum dan mencium kening Syama. "Aku tau, sayang. Kita enggak perlu terburu-buru. Yang penting kita sama-sama siap dan bahagia."

"Besok aku ngomong sama Bapak. Jelasin pelan-pelan kalau kita butuh waktu."

"Aku juga bakal ngomong sama Mama. Minta dia bersabar sedikit."

"Mama kamu pasti kecewa. Dia udah excited banget tadi."

"Dia bakal ngerti kok. Yang penting kita jelasin dengan baik."

Syama menyandarkan kepalanya di bahu Devanka. "Mas, makasih ya udah mau ngerti perasaan aku."

"Sama-sama, sayang. Kita kan tim, jadi harus saling support."

"Aku sayang banget sama kamu, Mas."

"Aku juga sayang banget sama kamu. Sekarang udah enggak kesel lagi kan?"

Syama tertawa kecil. "Udah. Tadi rasanya kayak mau meledak."

"Makanya next time kalau ada apa-apa, langsung ngomong aja. Jangan dipendem."

"Iya, Mas. Aku janji."Devanka menyalakan mesin mobil kembali.

"Sekarang kita pulang ya. Udah malem."

"Iya. Oh, Mas..."

"Apa?"

"Kue sus buatan Mama enak banget. Nanti aku minta resepnya."

Devanka tertawa. "Oke, nanti aku mintain. Mama pasti seneng kalau kamu mau belajar masak dari dia."

"Kan nanti aku jadi menantunya. Harus bisa masak yang enak buat suami."

"Ih, udah mulai ngomong jadi menantu. Padahal tadi bilangnya belum siap nikah."

"Kan aku bilang belum siap nikah sekarang. Bukan berarti enggak mau sama sekali."

"Iya, Mas..." Syama menoleh pada Devanka yang sedang serius mengemudi dengan satu tangan, karena tangan kirinya tak lepas menggenggam erat tangannya di atas paha.

"Apa, sayang?"

"Katanya kamu nggak mau beruban pas akad nanti." Syama tersenyum nakal. "Kalau kita nikah lima tahun lagi, mungkin kamu udah ubanan lho, Mas."

Devanka sempat meliriknya sekilas, lalu menempelkan tangan Syama ke dadanya. "Banyak produk pewarna rambut, tinggal kamu yang bantuin aku warnain ubannya."

Syama terkekeh. "Aku? Nanti aku malah bikin warna rambut Mas belang-belang."

"Kalau belang-belang, nggak masalah. Harimau aja gagah, padahal bukunya belang-belang, Apalagi aku. Yang penting aku tetep ganteng di mata kamu."

Syama pura-pura berpikir, menatapnya sambil mengernyit. "Hmm… ganteng sih, tapi ubanan. Jadi kaya gadun."

Devanka mendecak sambil menahan tawa. "Enak aja...Gadun. Aku masih muda, oke? Nih, kulit masih kenceng, badan masih fit."

"Fit sih, tapi kalau jalan suka pegel-pegel," timpal Syama, lalu menutupi mulutnya sambil tertawa.

Devanka melotot pura-pura kesal sambil mengacak rambut Syama dengan tangan kirinya. "Dasar nyebelin!"

Syama merapikan rambutnya sambil cemberut manja. "Mas... aku dandan lama-lama biar cantik, ini malah diacak-acak rambutnya."

"Nggak usah dandan pun, kamu tetep cantik," sahut Devanka cepat.

Ucapan itu bikin Syama mendadak terdiam, pipinya merona lagi. "Mas bisa aja. Abis bikin kesel, tau-tau kasih yang manis."

"Itu namanya strategi." Devanka tersenyum puas.

Syama memalingkan wajah ke jendela, berusaha menutupi senyumnya. "Kalau gini terus, aku bisa cepet tua juga lho, Mas."

"Tenang. Kalau kamu tua, aku jadi lebih tua. Kalau kamu beruban, rambut aku udah putih sempurna."

Syama menoleh lagi, menatapnya lama. "Kamu kok jadi serius banget ngomongnya."

"Emang serius." Devanka meremas lembut tangannya. "Aku nggak takut tua bareng kamu. Yang aku takut tuh cuma satu..."

"Apa?" suara Syama melembut.

"Kalau kamu ninggalin aku."

Syama terdiam sejenak. Tanpa aba-aba dia mengecup pipi kiri Devanka. "Aku gak bakalan ninggalin kamu, Mas."

Devanka tersenyum bahagia. Suasana kembali terbangun hangat. Ketegangan yang sempat menyelimuti mereka perlahan menghilang, digantikan dengan pemahaman dan kompromi yang lebih baik. Perjalanan pulang menjadi lebih ringan, diiringi obrolan ringan tentang rencana masa depan yang kini terasa lebih realistis dan matang.

1
Ibvundazaky Ibundazaky
ditunggu up nya thor
Misstie
Ceritanya menarik.. 🥰🥰
muznah jenong
thanks untuk double up Thor.....
love you..../Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Rose//Rose//Rose/
Misstie: Sama-sama Kak...
Makasih udah jadi pembaca setia Syima
🥰🥰
total 1 replies
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
muznah jenong
wah gawat pak dosen udah yoblos sebelum hari H..,..
Krisna Flowers
👍
muznah jenong
jangan2 bentar lagi pak Devan bucin lagi
di tunggu gaya bucin pak Devan ....pasti konyol istriya tomboy suami ya kaya kanebo ga ada expresi... di tunggu update selanjutnya thor/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Mepica_Elano
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Rizitos Bonitos
Bikin galau.
Rakka
Ngakak banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!