Tidak direstui mertua dan dikhianati suami, Latisha tetap berusaha mempertahankan rumah tangganya. Namun, kesabarannya runtuh ketika putra yang selama ini ia perjuangkan justru menolaknya dan lebih memilih mengakui adik tirinya sebagai seorang ibu. Saat itu, Latisha akhirnya memutuskan untuk mundur dari pernikahan yang telah ia jalani selama enam tahun.
Sendiri, tanpa dukungan siapa pun, ia berdiri menata hidupnya kembali. Ayah kandung yang seharusnya menjadi sandaran justru telah lama mengabaikannya. Sementara adik tirinya berhasil merebut kebahagiaan kecil yang selama ini Latisha genggam.
Perih? Tentu saja. Terlebih ketika pria yang pernah berjanji untuk mencintainya seumur hidup hanya terdiam, bahkan saat putra mereka sendiri lebih memilih wanita lain untuk menggantikan sosok ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bocah kecil
Drakara menatap putranya yang masih terlelap. Ia tak habis pikir dengan Latisha yang tega tak menjenguk putranya sendiri. Putra yang begitu sangat dicintainya.
Entah apa yang merasuki pikiran istrinya itu hingga kini dia abai terhadap dirinya dan juga sang putra. Apa karena kecemburuannya terhadap Radmila? Jika benar, itu sangat kekanakan sekali Radmila adalah adiknya seharusnya Latisha tak usah cemburu kepadanya meskipun saat ini Radmila memang sedang dekat dengannya.
Perlahan mata Sageon terbuka lalu dia menatap papanya yang kini duduk di sampingnya, bocah itu kini mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, ia tidak menemukan siapapun di kamar itu selain papanya lalu di mana mamanya yang biasa nya akan selalu menemaninya jika ia sedang sakit?
"Mama mana Pa?" Sageon menatap papanya yang kini tengah menghela nafas nya dalam -dalam.
"Mama Radmila sudah pulang sejak tadi. Ia harus menyelesaikan tugasnya di kantor." Jawab Drakara.
"Bukan mama Radmila maksudku, tapi mama Latisha. Apa dia tidak datang ke sini? apa dia tidak tahu jika aku sedang sakit ? apakah papa tidak memberitahunya ? kenapa?biasanya mama akan selalu menemaniku jika aku sedang sakit." Pertanyaan beruntun Sageon membuat Drakara semakin pusing.
"Bukannya kamu sudah tidak menginginkan Mama Latisha? Bukankah kamu bilang bahwa kamu ingin menggantikan mama Latisha dengan mama Radmila?" Drakara yang kesal pun akhirnya menyindir putranya yang dengan arogannya kemarin menginginkan mengganti mama nya.
Mendengar sindiran papanya Sageon pun langsung terdiam, ia mengaku salah karena telah berbicara sembarangan hingga membuat mamanya marah dan pergi dari rumah. Sebenarnya Sageon sangat merindukan mama Latisha tapi dia gengsi untuk mengatakan pada papanya. Selama ini Sageon hanya menuruti apa yang papanya inginkan saat dia mengetahui jika papanya dekat dengan Radmila maka dia pun ikut-ikutan dekat dengan Radmila yang sebenarnya tidak begitu ia sukai. Tapi karena papa nya menyukai Radmila, maka Sageon pun berusaha menyukainya. Sageon sangat menyayangi papanya hingga ia tak ingin dipisahkan dengan nya. Sageon takut jika dia menyukai Mama nya maka papanya tak akan mengakuinya sebagai anak, itulah pemikiran yang ada dalam benak bocah itu. Terlebih Radmila selalu mengatakan padanya jika sebentar lagi papanya akan berpisah dengan mama nya dan akan menggantikan mama nya dengan dirinya. Itulah mengapa saat tengah merayakan ulang tahun Radmila saat itu, dia mengatakan ingin mengganti mama nya dengan Radmila. Sageon takut jika orang tuanya berpisah, papa nya akan pergi meninggalkan nya bersama mama nya. Sageon tak mau itu, dia hanya ingin selalu bersama papanya, panutan hidupnya. Namun sejujurnya dia juga sangat merindukan dan membutuhkan mamanya. Di saat sakit seperti ini tak ada yang lebih peduli padanya selain mamanya. Tapi sekarang mamanya marah dan pergi dari rumah, sepertinya ia tak lagi mau merawat nya.
"Apa Mama nggak akan kembali? apa Mama marah dengan ku? Bisakah papa mengatakan pada Mama kalau aku menyesal dan ingin minta maaf? Apa yang harus aku lakukan supaya mama mau kembali ke rumah?" Mata Sageon mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar merindukan mamanya yang selama ini menyayanginya dengan tulus. Andai saja mamanya tidak pergi tidak mungkin ia akan berada di rumah sakit seperti ini, mamanya selalu memperhatikan kesehatan nya. Apalagi soal makanan. Sageon sangat dimanjakan oleh makanan mamanya yang sangat lezat.
Melihat putranya yang mulai berkaca-kaca, Drakara pun menjadi tak tega, ia langsung memeluk putranya dan mengusap rambut bocah itu dengan penuh kasih.
"Berdoalah semoga Mama cepat pulang. Papa sudah berusaha menghubungi Mama dan menyuruhnya untuk pulang tapi untuk saat ini, mama masih membutuhkan waktu untuk mengobati lukanya karena kita telah menyakiti hatinya. Jadi kita beri mama waktu sebentar untuk menenangkan diri oke? Tapi berjanjilah saat mama kembali, kamu tidak boleh mengabaikan nya lagi." Ujar Drakara. Sageon pun menganggukkan kepalanya.
"Aku juga ingin Papa tidak mengabaikan Mama lagi selama ini aku hanya mengikuti papa. Papa selalu dekat dengan mama Radmila Karena itulah aku berusaha untuk ikut dekat dengannya dan mengabaikan Mama seperti apa yang Papa lakukan." Ujar Sageon polos.
Mendengar ucapan putranya, hati Drakara terasa tercubit. Jadi selama ini Sageon mengikuti apa yang ia lakukan? bodohnya ia yang selalu memperlihatkan kedekatannya dengan Radmila dihadapan Sageon hingga akhirnya bocah itu pun meniru sikapnya.
......................
Latisha tersenyum bahagia saat ia mendapat email dari salah satu perusahaan yang memintanya datang untuk interview. Dari sekian banyak CV yang ia kirimkan hanya perusahaan ini yang memintanya datang untuk wawancara kerja. Latisha pun sangat bersemangat karena ternyata perusahaan itu tak jauh dari apartemennya. Sejak bangun pagi tadi, ia sudah sibuk membereskan apartemen nya terlebih dahulu. Setelahnya ia pun bersiap-siap untuk mengikuti wawancara kerja yang akan dimulai pada pukul sembilan pagi. Saat ini Latisha tengah mematut penampilannya di depan cermin. Ia tersenyum melihat pantulan wajahnya yang terlihat semakin hari semakin bersinar. Ini semua karena perawatan yang selama ini ia jalani. Kini ia sudah tak malas lagi untuk membersihkan wajah dan mengaplikasikan skin care di wajahnya setiap malam sebelum tidur.
Hingga kemudian hasilnya pun sangat memuaskan, wajahnya kembali cerah meski baru satu minggu lebih ia merawat kembali wajahnya.
Setelah memastikan penampilannya rapih dan juga make up nya terlihat cantik dan natural, Latisha pun segera meraih hand bag nya dan keluar dari kamar.
Ia meraih kunci mobilnya yang tergantung di atas nakas. Dengan langkah pasti dan penuh doa, Ia pun keluar dari apartemennya untuk segera pergi menuju perusahaan yang mengundangnya wawancara.
Tak membutuhkan waktu lama, Latisha sudah tiba di tempat yang ia tuju. Ia pun segera mendekati meja resepsionis dan mengatakan tujuannya datang ke perusahaan tersebut. Setelah mendapat arahan dari sang resepsionis Latisha pun melangkahkan kakinya menuju meeting room yang tadi sudah ditunjukkan oleh resepsionis. Ternyata sudah ada beberapa orang yang menunggu di sana, dari percakapan yang Latisha dengar perusahaan itu membutuhkan dua orang sekretaris untuk CEO dan juga direktur keuangan. Latisha berharap pengalamannya selama bertahun-tahun menjadi sekretaris akan membantunya mendapatkan pekerjaan ini.
Setelah melewati beberapa tes akhirnya Latisha dan beberapa orang yang melakukan wawancara hari ini dipersilakan untuk pulang. Perusahaan akan kembali menghubungi mereka lewat email jika mereka diterima bekerja di sana.
Latisha pun berharap jika ia bisa bekerja di sana karena menurutnya perusahaan itu adalah perusahaan yang cukup besar bahkan lebih besar dari perusahaan yang Drakara miliki. Latisha yakin pengalamannya menjadi seorang sekretaris menjadi bahan pertimbangan dan nilai plus untuknya.
Sebelum pulang ke apartemennya, Latisha memutuskan untuk mampir di salah satu minimarket untuk membeli kebutuhan bulanannya, saat ia tengah memilih barang-barang yang ia butuhkan tiba-tiba seseorang memanggilnya.
"Tante cantik." Latisha tersenyum saat melihat Akta kini sudah berada di hadapannya. Wajah mungil bocah itu sangat menggemaskan hingga tanpa sadar Latisha pun mendekat dan mencium pipi Akta berulang kali.
"Senang bertemu dengan kamu lagi Akta." Latisha mengusap kepala Akta dengan penuh kasih.
"Akta juga senang bertemu lagi dengan tante." Bocah itu tersenyum ke arah Latisha. Kembali hati Latisha bergetar saat melihat senyum bocah itu, sepertinya ia familiar dengan nya. Namun Latisha memperingatkan dirinya sendiri jika yang berada di hadapan nya itu bukan putranya yang hilang. Akta memiliki kedua orang tua yang lengkap, itu artinya tidak ada kemungkinan jika Akta adalah putranya meski ikatan batin yang ia rasakan pada Akta sangat kuat.
"Akta sama siapa ke sini?" Latisha mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru mini market tersebut, dia mencari seseorang yang kemungkinan datang bersama dengan Akta.
"Akta sama oma dan juga Mbak, tante." Jawab Akta. Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya datang menghampiri Latisha dan juga Akta.
"Ternyata cucu oma di sini. Dari tadi Oma nyari ke mana-mana tahunya kamu malah di sini." Wanita paruh baya itu mengecup pucuk kepala Akta dengan sayang.
Lalu ia melirik ke arah Latisha yang tengah menatapnya.
"Maaf ya nak, kalau cucu saya mengganggu kamu." ujar nya ramah.
"Tidak Bu, Akta tidak mengganggu saya, kebetulan kami pernah bertemu beberapa hari yang lalu di basement apartemen yang tak jauh dari sini." Ujar Latisha menjelaskan.
"Oh jadi Akta udah kenal toh sama Tante ini?" Wanita paruh baya itu menatap cucunya yang mengangguk sambil tersenyum.
"Iya Oma, ini Tante cantik yang Akta ceritakan sama oma kemaren."
"Oh iya.. iya.. Oma baru ingat." Kali ini wanita paruh baya itu yang menganggukan kepalanya.
"Jadi kamu juga tinggal di apartemen itu ya nak?" Wanita paruh baya itu menatap Latisha yang tersenyum.
"Iya Bu saya memang tinggal di sana. Masih baru, saya baru pindah seminggu yang lalu." Jawab Latisha.
"Owalah pantes baru ketemu. Oma udah lama tinggal di sana. Nemenin cucu." Oma nya Akta menjelaskan tanpa diminta.
"Kalau kamu ada waktu senggang, kamu bisa main ke unitnya Oma. Temenin Oma sama Akta, soalnya kedua orang tua Akta itu bekerja, mereka sibuk dan jarang memperhatikan anak semata wayangnya ini. " Ujar Oma.
"Baik Bu, lain waktu saya akan berkunjung untuk menemui Akta." Ujar Latisha basa basi. Tidak mungkin juga ia berkunjung ke apartemen Akta. Ia enggan bertemu dengan mamanya Akta yang sepertinya kurang ramah.
"Jangan panggil Ibu panggil Oma Shena aja. Kamu sendiri, siapa namamu nak?" Oma menatap Latisha yang terlihat.
canggung.
"Nama saya Latisha Vidya, Oma. Tapi biasa dipanggil Latisha." Jawab Latisha.
"Namanya cantik kayak orangnya." Oma tersenyum.
"Oma bisa aja." Latisha tersipu malu.
"Oma gak bohong kamu memang cantik. Mata dan hidung kamu mirip Akta. Pantas saja saat melihat wajah mu rasanya oma familiar. Ternyata kamu mirip sama Akta, eh kebalik, Akta yang mirip kamu." Oma Shena tertawa. Latisha dan Akta pun ikut tertawa mendengar celotehan Oma Shena.
Mereka terlihat begitu akrab seperti orang yang sudah lama kenal ternyata Oma Shena sangat ramah hingga Latisha pun tak sungkan dengannya.
Saat Latisha tengah mengantri untuk melakukan pembayaran tiba-tiba oma Shena datang dan memberikan kartu debit mya kepada kasir untuk membayar semua belanjaan Latisha. Wanita itu pun "Tante akan buatkan lagi untuk Akta." Latisha tersenyum bahagia karena Akta sangat menghargai masakannya. Tiba-tiba Latisha teringat Sageon yang tak pernah memuji masakannya, namun meski begitu Sageon akan menghabiskan makanan yang di buat oleh nya.
Saat Latisha masih asik dengan lamunan nya tiba-tiba suara seorang pria mengagetkan nya.
"Selamat sore, Akta. Papa pulang."
Latisha menoleh ke arah suara tersebut dilihatnya papa nya Akta yang berjalan mendekat ke arahnya." Papa.." Ata beranjak dari duduknya lalu ia berlari menghampiri papanya. Pria itu pun langsung meraih tubuh putranya itu kedalam pelukannya.
"Ayo kita makan Pa. Akta baru aja makan telur buatannya tante cantik. Telur itu sangat lezat." Akta langsung menunjuk ke arah Latisha dan oma Shena.
Agharna pun mengernyitkan kening nya menatap Latisha yang kini berada di apartemen nya. Ia ingat wanita itu adalah wanita yang ditabrak putranya di basement beberapa hari yang lalu. Tapi bagaimana ia bisa berada di apartemennya? dan untuk apa wanita itu mendekati Akta? beberapa pikiran buruk berseliweran di benak Agharna.
Seolah mengerti dengan pemikiran putranya. Oma Shena pun langsung menjelaskan jika Latisha diundang olehnya.
"Mami yang mengundang Nana ke sini, tadi mami ketemu Nana di minimarket." Oma Shena berusaha menjelaskan kepada Agharna.
"Kalian pernah bertemu sebelumnya nya kan? Tapi mami yakin kalian pasti belum saling mengenal, jadi biar mami kenalkan. Ini Latisha, dia tinggal juga di apartemen ini. Unitnya di lantai dua belas. Dan Latisha, kenalin itu anaknya Oma, papanya Akta. Nama nya Agharna."
Oma Shena pun mengenalkan keduanya. Dengan canggung Latisha pun mengulurkan tangan nya untuk bersalaman dengan Agharna. Dan pria itu menerima uluran tangan Latisha. Mereka menyebutkan nama masing-masing dengan pelan. Suasana yang tadinya hangat berubah menjadi canggung saat kehadiran Agharna di antara mereka.
Buat lebih dramatis dong. 😀