NovelToon NovelToon
Terjebak Obsesi Sang Playboy

Terjebak Obsesi Sang Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / One Night Stand / Cinta setelah menikah / Konflik etika / Nikah Kontrak / Playboy
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Itsme AnH

Dua dunia yang berbeda bertabrakan dalam satu malam yang mengubah segalanya. Viona Mollice, si pekerja keras yang lugu, harus menghadapi kenyataan pahit saat mendapati dirinya berada di ranjang seorang miliarder arogan bernama Daniel Radccliffe.

Daniel, yang terbiasa mendapatkan apapun yang ia inginkan, terkejut dengan penolakan Viona. Mampukah cinta tumbuh di antara perbedaan yang begitu besar? Atau Viona hanya akan menjadi salah satu koleksi Daniel yang akan dibuang begitu saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengajakmu Bersenang-senang

Viona melangkah mendekati pria dengan kaos putih dan outer biru dongker, memiliki gaya yang selalu memikat perhatian. Kombinasi celana hitam dan sepatu putihnya menjadikannya tampak sangat keren.

“Hai,” sapa Zayn, melambaikan tangan dengan penuh semangat.

“Ngapain ke sini?” tanya Viona langsung, tidak berniat berbasa-basi.

“Ck!” Zayn berdecak, sedikit kesal. “Ayo, aku antar kerja,” tawarnya.

Viona melirik jam di pergelangan tangannya. Masih ada 30 menit sebelum pekerjaannya sebagai waiter dimulai. “Belum waktunya,” tolaknya.

“Aku tahu, kita ke kontrakanmu. Kamu butuh menyegarkan tubuhmu dulu, kan?” Zayn berkata dengan nada meyakinkan.

Viona senang ada yang mengerti dirinya. Dia mengangguk sambil tersenyum, ingin segera sampai di kontrakan sederhananya. “Tunggu!” ucapnya, lalu berlari ke restoran untuk mengambil tas.

Beberapa menit kemudian, Viona keluar dengan tas di punggungnya.

Zayn sudah menunggu di atas motor dengan helm hitam. Dia menyerahkan helm putih pada Viona. “Pakai ini,” ucapnya.

“Okay,” sahut Viona sambil tersenyum, memakainya dan duduk di belakang Zayn.

Ada perasaan nyaman setiap kali berdekatan dengan Zayn, seolah segala beban di hati dan kepalanya menghilang saat bersama sang sahabat.

Dengan tenang, Zayn melajukan motornya menuju kontrakan Viona yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Suara mesin motor mengalun seirama dengan obrolan ringan yang mengalir di antara mereka.

Di sepanjang perjalanan, mereka berbincang tentang kuliah dan mimpi-mimpi yang masih ingin dicapai. Viona, yang memiliki senyuman menawan, tak bisa menahan tawa saat Zayn melemparkan guyonan-guyonan seputar kehidupan sehari-hari.

Sesampainya di kontrakan, mereka menyapa beberapa warga yang duduk berkumpul di sebelah rumah petak itu. Zayn dan Viona terlihat akrab, seolah mereka telah menjalin persahabatan yang kuat meski tak jarang api persaingan akademik pun muncul di antara mereka.

Mereka membiarkan pintu terbuka agar tidak menimbulkan desas-desus dari warga, meski semua orang sekitar tahu bahwa Zayn adalah keluarga jauh Viona.

“Lakukan apa pun yang mau kamu lakukan, asal jangan ngintip,” ujar Viona dengan nada candaan, disertai tawa yang ceria.

“Cih, aku sama sekali tidak bernafsu dengan tubuhmu,” balas Zayn sambil tertawa, menggelengkan kepala seolah mengusir pikiran nakal yang tak terbesit di benaknya.

Zayn segera menuju dapur, membuka pintu kulkas yang mengecewakan; hanya ada air putih di dalamnya. Dia menatap kulkas itu dengan sinis. “Ck, dasar pemalas,” gumam Zayn, prihatin dengan kebiasaan Viona yang jarang memasak.

Viona memang malas membeli bahan makanan. Waktunya di rumah hanya sebentar, dan ketika ditanya, dia akan berkata, “Memiliki stok makanan hanya bagian dari kemubaziran.”

Sebagai sahabat, Zayn sudah terbiasa dengan sikap Viona yang acuh tak acuh soal dapur. Bagi Viona, makan siang gratis dari tempat kerjanya sudah cukup.

Dan mie instan adalah makanan yang paling mudah untuk disantap malam hari. Zayn gemas, tetapi ia menyayangi sahabatnya itu.

Tidak lama kemudian, pintu kamar Viona terbuka. Dia keluar dengan rambut sedikit basah dan beraroma sabun. “Wah, enaknya. Aku jadi lapar,” ucap Viona sambil mengelus perutnya.

Matanya berbinar melihat Zayn yang sedang makan mie rebus. Aroma mie membuatnya lapar.

“Kamu masak lebih, kan?” tanya Viona penuh harap.

“Hmmm, ambil di dapur,” sahut Zayn dengan mulutnya yang masih penuh mie. Dia ingin menjawab dengan lebih ramah, tetapi aroma menggoda dari makanannya membuatnya terburu-buru.

Tanpa menunggu, Viona melesat ke dapur, memeriksa panci.

Dia menemukan semangkuk mie yang ditinggalkan dengan sedikit saus dan bumbu. “Yesss!” teriaknya.

Dia mengambil semangkuk mie itu dan sebotol air dingin dari kulkas. Saat Viona kembali ke ruang tamu, Zayn sudah selesai makan dan minum.

“Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa jadi pemalas sepertimu. Bikin mie saja butuh keahlian khusus, ya?” ejek Zayn sambil menyeringai.

Viona hanya tertawa. “Eh, jangan salah. Aku sangat terampil memasak mie. Tapi, hidup ini terlalu singkat untuk menghabiskan waktu di dapur.Ak

Zayn memutar bola matanya, duduk bersandar di sofa dengan tangan yang direntangkan, "Berapa kali harus aku katakan, isilah kulkasmu itu dengan makanan yang sehat dan bergizi," ujarnya mengomel seperti emak-emak ahli gizi.

"Aku sibuk," sahut Viona tak peduli, fokus menyantap makanan lezat hasil jerih payah sang sahabat.

"Ungkal," ujar Zayn kesal, malas berdebat dengan wanita berkepala batu.

"Ayo, pergi," ucap Viona setelah menenggak minumannya saat santapannya sudah habis.

***

Beberapa saat kemudian, motor yang Zayn kendarai tiba di depan Yule Club, tempat Viona bekerja di hari Sabtu dan Minggu setelah pulang dari Ayam Pop Resto.

Viona turun dari motor yang dikendarai Zayn, berdiri di samping pria yang sudah membuka helm-nya, dan memeluk alat pelindung kepala itu. "Apa tidak ada yang ingin kamu jelaskan padaku?" tanya Zayn penuh selidik.

Viona juga membuka helm-nya, dan meletakkan helm itu ke atas motor Zayn. "Apa yang harus aku jelaskan?" tanya Viona.

"Jangan aneh-aneh. Memangnya kita pacaran, harus saling menjelaskan?" cibir Viona. "Kalau Luna ada di sini, dia bisa salah paham," imbuhnya terkekeh.

"Apa yang membuatku salah paham?" timpal Luna, entah sejak kapan wanita itu sudah berdiri di belakang Zayn dan Viona dengan kedua tangan bersedekap diselidi

Zayn dan Viona serentak menoleh ke sumber suara, mendapati wanita yang baru saja mereka bicarakan sudah ada di sana dengan wajah sangar.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Viona, sementara Zayn langsung turun dari motor dan menghampiri sang kekasih.

"Jemput pacarku yang lagi digodain orang," ketus Luna, sama sekali tidak membuat Viona tersinggung.

"Kamu sudah lama menunggu?" tanya Zayn lembut.

"Sudah sejak kamu memintaku datang ke sini!" jawab Luna ketus. "Ngapain nyuruh aku ke sini?"

"Hanya ingin mengajakmu bersenang-senang," sahut Zayn menaik-turunkan sebelah alisnya.

"Kamu memintaku datang ke sini sendirian, tapi kamu malah pergi dengannya!" Telunjuk Luna tertuju pada Viona yang hanya berdiam diri tak jauh dari sepasang kekasih itu.

"Maaf," ucap Zayn, tidak berniat menjelaskan apa pun.

Luna menghela napasnya dengan kasar, tatapan tajamnya beralih ke Viona. "Berhentilah menggoda pacarku!" tegasnya.

"Apa aku terlihat cantik di matamu?" tanya Viona melipat kedua tangan di depan dada.

“Tidak," jawab Luna cepat.

"Benar, aku tidak cantik. Hanya kau yang cantik, jadi berhenti khawatir! Aku tidak berminat menggoda pacarmu! Lagipula, dia tidak akan tertarik denganku," ujar Viona, lalu memasuki club tanpa menunggu respon.

Zayn menahan senyumnya, sedangkan Luna menghentakkan kakinya dengan wajah cemberut menatap Zayn. "Lihatlah, betapa sombongnya dia!" seru Luna kesal.

"Dia memang begitu, tapi aslinya baik," ujarnya mengelus kepala Luna, mencoba menenangkan kekasihnya.

"Kamu membelanya," ujar Luna semakin cemberut.

“Tidak," sanggah Zayn sambil tersenyum.

Luna menggerutu, matanya melotot penuh kemarahan. Kakinya terus menghentak lantai seperti anak kecil yang sedang merajuk tak mau dimanja. "Aku membencinya, sangat-sangat membencinya!" suaranya penuh dendam yang sulit disembunyikan.

Zayn tersenyum lembut, merasa gemas atas sikap Luna dan mencoba yang terbaik untuk meredakan amarah sang kekasih. "Jangan begitu," bisiknya sambil meraih tangan Luna dengan hati-hati.

Namun, Luna menolak. Dia melotot dengan kebencian, "Aku lebih benci saat kamu bilang begitu! Dia itu cuma gadis miskin dan kotor, berani sekali meremehkanku! Dia tahu semua masa kecilmu, hal yang tak pernah kamu ceritakan padaku. Itu yang membuatku marah dan benci!"

“Kami hanya berteman,” kata Zayn lagi, mencoba menenangkan sang kekasih.

Luna mengepalkan tangan di pinggang, dagunya terangkat, "Kau gila? Tidak ada yang namanya pertemanan murni antara pria dan wanita!" Suaranya menggema.

1
Mar Lina
wow
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
apakah yang akan terjadi setelah pernikahan...
Ummu Dhiyaa Abdillah
Ternyata nggak hamil 🤣🤣🤣🤣🤣
Ummu Dhiyaa Abdillah
Nah ,kan hamil viona ,jangan galak2 Napa ,udah dibantuin galak banget 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!