NovelToon NovelToon
MANTU RAHASIA

MANTU RAHASIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Nikah Kontrak / Dokter Genius / Cinta Seiring Waktu / Kebangkitan pecundang / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:23.1k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

"HABIS MANIS SEPAH DI BUANG" itu lah kata yang cocok untuk Rama yang kini menjadi menantu di pandang sebelah mata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Mantu Rahasia

"Apa sih yang kamu lamunin? Nggak mau nikah sama cewek kayak aku? Emang aku kelihatan jelek gitu?"

Sandra melirik ke arah Rama sambil senyum jahil.

"Sandra, jangan becanda deh. Kepala aku lagi cenat-cenut sekarang."

Rama memaksakan senyum tipis.

"Yasudah, biar aku bantu mikirin jalan keluarnya. Cuma ada satu cara buat keluar dari situasi kamu sekarang: kamu harus mandiri, buka usaha sendiri."

Sandra duduk lebih dekat dan melanjutkan, "Tapi ingat ya, kamu nggak boleh pake duit dari Keluarga Ayu. Kalau kamu pake, nanti pasti bakal jadi bahan omongan mereka."

"Aku harus ngapain dong?"

Rama nanya sambil garuk-garuk kepala.

"Aduh, masa masih nanya juga? Kalau aku sih nyaranin kamu buka klinik aja. Kamu kan jago ngurusin orang sakit. Bisa-bisa jadi terkenal tuh, bahkan bisa dapet miliaran tiap tahun."

Sandra tertawa kecil.

"Itu ide bagus sih. Tapi buka klinik juga butuh modal banyak. Kita jalani pelan-pelan aja ya," kata Rama.

"Kamu punya partner yang cocok, lho, di depan kamu." Sandra langsung nyeletuk, "Gimana kalau aku aja yang investasi? Nanti aku ambil sebagian sahamnya. Gimana?"

"Nggak bisa."

Rama langsung nolak dengan tegas.

"Hah? Kok gitu? Kenapa?"

Sandra terlihat agak tersinggung.

"Maksud aku, kamu ambil 50 persen aja sekalian."

Rama nyengir.

Sandra sempat bengong, terus senyumnya melebar, "Lima puluh persen kebanyakan, ah. Kamu kan yang bakal kerja keras. Aku ambil 30 persen aja gimana?"

"Deal."

Rama langsung setuju.

"Kalau gitu, tunggu aja kabar baik dari aku ya," kata Sandra sambil berdiri.

"Yaudah deh, aku balik dulu."

Rama ikut berdiri.

"Eh, jangan pulang dulu." Sandra nahan tangan Rama, "Kamu nggak bisa balik sekarang. Apalagi kalau kamu balik sendiri, malah keliatan kayak kamu nyerah."

"Maksud kamu, kalau aku balik sendiri, aku keliatan kayak nggak punya harga diri ya?"

"Nah, ngerti juga kamu," kata Sandra. "Kamu harus mulai belajar tegas. Kalau nggak, mereka nggak bakal respect. Yuk, ngobrol lagi, aku masih mau nanya sesuatu."

"Nanya aja."

Rama duduk lagi.

Kata-kata Sandra ada benernya juga sih.

Sandra menatap Rama dalam diam, mikir sebentar, lalu nanya, "Kamu beneran cinta sama Ayu?"

"Kayaknya kamu udah pernah nanya deh soal itu."

"Jawab aja."

"Kurasa iya, aku cinta."

"‘Kurasa’? Cinta itu bukan sesuatu yang ditebak-tebak, Rama," kata Sandra. "Menurutku kamu udah keburu cinta sampai lupa diri. Kalau nggak, cowok normal sih udah cerai dari dulu."

"Tapi kalau tujuan kamu cuma mau ngincar hartanya Keluarga Ayu, ya lupakan aja omongan aku."

"Aku nggak pernah mikirin soal duitnya. Kakek aku sebelum meninggal nitip pesan, jangan cerai sama Ayu. Dan... jujur, aku emang belum siap buat ninggalin dia."

"Emangnya Ayu istimewa banget? Coba deh lihat aku baik-baik. Apa aku kalah darinya?"

"Kamu sempurna dalam banyak hal. Kalau dulu aku ketemu kamu duluan, mungkin aku bakal jatuh cinta sama kamu," kata Rama sambil senyum kecil.

"Ih, kamu jago banget ya ngegombal."

Sandra ngelirik Rama dengan pandangan genit.

Tok, tok.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, barengan sama bunyi bel.

"Aku cek dulu ya."

Sandra jalan cepat ke pintu, ngintip lewat lubang intip, dan langsung panik. Dia bisik ke Rama dengan suara rendah, "Itu istrimu... cepet, sembunyi!"

"Buka aja pintunya. Nggak apa-apa kok," kata Rama dengan tenang.

"Kamu nggak takut digebukin sampai benjol? Kayaknya dia nggak sendiri, ibunya juga ikut," bisik Sandra dengan cemas.

"Kamu yang takut? Kalau iya, aku aja deh yang sembunyi."

"Halah, aku nggak takut sama sekali. Aku tuh khawatir sama kamu. Tapi ya udah, kalau kamu santai aja, aku juga nggak usah khawatir."

Sambil ngobrol begitu, Sandra pun membuka pintu.

"Halo, boleh saya tanya"

Ayu baru mulai bicara, tapi langsung berhenti begitu lihat Rama di dalam.

Ekspresinya langsung berubah, dari tenang jadi seperti habis ngelihat musuh bebuyutan.

Tadi dia cuma curiga doang Rama ada di sini. Tapi sekarang setelah lihat langsung, rasanya kayak dihantam palu godam di dada.

"Dasar cewek murahan, berani-beraninya kamu!" teriak Bu Heni, ibunya Ayu, sambil melayangkan tamparan ke wajah Sandra.

Plak!

Sandra nggak marah. Dia malah senyum santai, "Wah, enak juga ya ditampar. Kalau masih belum puas, silakan tampar lagi, nggak apa-apa kok."

"Kau... dasar perebut laki orang! Kamu pikir kamu bisa semena-mena gitu? Mau aku tonjok beneran?!"

Bu Heni udah angkat tangan lagi, tapi kali ini Ayu buru-buru nahan.

"Bu, tahan dulu... bisa aja ini cuma salah paham," bisik Ayu, cemas.

"Salah paham gimana? Lihat tuh cewek! Masih pakai baju tidur, pasti mereka habis... ya kamu tau lah apa! Brengsek banget si Rama itu!" geram Bu Heni.

"Bu, aku sama Sandra cuma temenan. Aku datang ke sini cuma buat duduk sebentar, hati lagi kacau. Kami nggak ngelakuin apa-apa. Aku masih punya harga diri," Rama maju, ngomong dengan tegas.

"Dasar laki-laki nggak tahu malu. Baru ketemu aja aku udah ilfeel. Bukan cuma miskin, tapi juga muka tembok. Liat selera kamu, cewek kayak dia? Pasti udah tidur sama banyak pria!"

Bu Heni ngedumel lagi, kali ini udah keterlaluan.

Sandra yang dari tadi sabar, langsung berdiri dan ngomong lantang.

"Kamu iri ya sama aku yang masih muda dan cantik? Nih aku ngomong terus terang ya… Aku, Sandra Pratama, emang suka sama Rama. Dan kalau suatu hari dia cerai dari anakmu, aku rela kok jadi istrinya. Aku yang bakal cuci bajunya, masakin, lahirin anak-anaknya, dan habiskan hidup bareng dia."

"Tapi untuk sekarang, aku dan dia nggak salah apa-apa. Aku udah pernah ngakuin perasaanku ke dia, dan dia nolak. Jadi tolong, jangan nuduh seenaknya."

Ayu yang tadi diam, akhirnya bicara, "Anda… CEO Candid, Sandra Pratama?"

"Oh, jadi kamu tahu aku? Wah, berarti nama aku lumayan terkenal juga di Kota Dakarta," jawab Sandra sambil senyum tipis.

Keduanya saling tatap. Tegang banget, kayak di film. Tatapan dingin, tapi penuh api.

"Sebagai orang penting, saya yakin Anda nggak mau rusak reputasi, kan? Saya percaya deh sama penjelasan Anda," kata Ayu dengan tenang.

"Apa yang aku bilang semuanya bener, dan aku nggak bohong. Tapi satu hal yang kamu salah paham," Sandra senyum dingin, lalu berkata dengan tenang, "Reputasi memang penting buat aku, tapi demi Rama, aku rela buang semuanya. Jadi, tolong jaga dia baik-baik. Jangan sampai aku dapat kesempatan sedikit pun."

"Aku akan jaga dia," kata Ayu pendek, tapi tegas.

"Kalau gitu, bawa suamimu dan pergi dari sini," ujar Sandra sambil menyilangkan tangan dan memberi jalan.

Rama melihat pipi kiri Sandra yang masih merah karena tamparan. Dengan rasa bersalah, dia berkata pelan, “Maaf ya, aku udah nyeret kamu ke situasi kayak gini.”

"Nggak apa-apa kok. Udah nggak sakit juga. Pulanglah," kata Sandra sambil senyum tenang.

"Aku bakal cari waktu buat minta maaf beneran nanti," kata Rama pelan.

"Sayang… kamu belum mau pulang?" kata Ayu dengan nada lembut dan senyum di bibir.

Tapi Rama langsung merinding. Nada lembut Ayu malah terasa kayak ancaman yang manis tapi tajam. Dia ngerasa pulang sekarang tuh bukan ide bagus.

“Yank.., maksudku Ayu, gimana kalau kamu pulang duluan? Aku pengen keluar bentar aja…”

"Pulang," potong Ayu sambil langsung menggandeng tangan Rama.

Pas jalan, dia ngomong pelan, "Sampai rumah, kita perlu bicara. Serius."

Sementara itu, Bu Heni yang tadi galak, sekarang jadi diam seribu bahasa. Begitu tahu Sandra adalah CEO, dia langsung ciut, nggak berani buka suara lagi.

"Hei, Ayu!" teriak Sandra dari depan pintu sambil melipat tangan. "Ingat baik-baik omonganku barusan. Jangan pernah kasih aku kesempatan!"

Ayu hanya menoleh sebentar, menatap Sandra tajam tapi tenang, lalu melanjutkan langkahnya sambil tetap menggandeng Rama.

1
Fatkhur Kevin
habisi para penjahat
Fatkhur Kevin
lanjutkan Thor
Was pray
Rama diperalat lagi. dan cuma diambil manfaatnya doang sama keluarga sidik, ntar, kayak sapi perah, kl Rama bisa masuk perangkap Heni dan sidik ya berarti Rama otak udang
Fatkhur Kevin
ngeharapin rama kembali
Was pray
Rama bermain api, ingat!!! menikah itu gak cuma mau menerima anaknya sebagai istri ,tapi juga mau menerima ke dua orang tuannya, kamu dibutakan cinta yg tanpa akal sehat, baru aja cerai udah mau rujuk, emang pernikahan itu permainan?
Fatkhur Kevin
untungnya gk sembuh total. msh disisakan penyakit nya
Was pray
masih mau diperalat Sama keluarga ayu? kl mau mengobati Bu jeni Krn bujukan ayu ya harga dirimu musnah sudah rama
Fatkhur Kevin
bertambah luka rama
Was pray
gak usah diobati itu Bu jeni, itu karma dari kesombongnya
Fatkhur Kevin
balas semua musuhmu
Was pray
mulai lembaran baru Rama, buang jauh jauh kisah dengan ayu, jadikan pengalaman hidup yg menjadi pemicu kesuksesan di masa depan
Fatkhur Kevin
tunjukkan kemampuan mu rama
Fatkhur Kevin
poligami aja
Vinski Ambar01
bagus
Vinski Ambar01
ceritanya bagus kok sepi pembaca ya
Was pray
mantap langkah Rama, ceraikan ayu dan pergi jauh dari keluarga Bu Heni dan antek2nya, buat lembaran baru dengan potensi yg kamu miliki Rama, itu baru bukan pecundang
Was pray
kl Rama udah dapat sesuatu yg istimewa dari Sandra terus Rama tinggalkan demi ayu yg gak pernah menghargainya ya goblok dan naif itu rama
Fatkhur Kevin
jadikan Sandra istri. sdh ckp usaha mu pada ayu. biarkan dia menyesal
Fatkhur Kevin
klo aq sdh tk hancurkan 2 keluarga itu. biar ngemis dikakiku
Was pray: sependapat
total 1 replies
Was pray
Rama hobi favoritnya direndahkan dan dicaci maki ya Thor? karena dari awal sampai sekarang tiada hari tanpa direndahkan, mungkin badannya gatal2 kl sehari saja gak direndahkan orang lain
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!