Pengasuh Buat Candu

Diam - diam Bagas sering memperhatikan pengasuh putranya saat mengasuh Bima. Awalnya ia tak peduli sama sekali atas keberadaan gadis itu. Tapi makin kesini entah kenapa ia begitu ingin selalu melihat senyum gadis itu.

"Ada apa dengan aku ini. Ga boleh kaya gini, aku suaminya Ana. Dia itu hanya gadis kampung tak sebanding dengan Ana." gumam Bagas. Semakin keras ia menolak tapi hatinya tidak bisa berbohong.

"Apakah Bima sudah tidur?" tanya Bagas malam itu.

"Sudah tuan." Lina beringsut memberi ruang majikannya untuk mendekati putranya. Bagas mencium Bima sebentar lalu duduk di tepi ranjang.

"Bagaimana perkembangan Bima?" tanya Bagas sambil melihat pengasuh putranya. Lina menunduk dan tidak berani menatap majikannya.

"Sudah mulai bisa berjalan selangkah demi tuan, makanya juga sudah mulai lahap." jelas Lina dengan kepala masih menunduk.

"Apa yang kamu lihat di lantai?" tanya Bagas membaut Lina binggung dan mengangkat kepalanya sedikit meliaht majikannya yang kebetulan tengah menatapnya. Lina merasakan aura dingin dari sorot mata itu membuat tubuhnya sedikit gemetar karna ketakutan.

"Ga ada tuan." jawab Lina dengan suara bergetar.

"Apa wajah saya menakutkan?" tanya Bagas kesal karna Lina tetap saja menundukkan kepalanya.

"Bukan begitu tuan tapi... anu...." Lina binggung mau menjawab pertanyaan dari tuanya.

"Anu, anu apa? Ngomong itu yang jelas." suara Bagas semakin membuat Lina mati ketakutan.

"Tuan ganteng kok." jawab Lina gugup.

"Tapi kenapa kamu tak berani melihat kearah saya?" kembali Bagas bertanya. Ia merasa terhibur melihat wajah tertekan pengasuh putranya. Sudah lama ia tidak bisa tersenyum selebar ini, tapi buru - buru kembali setelah awal sebelum ada yang melihatnya.

Bagas merasa puas mendapat hiburan malam ini, niat hati masih ingin mengerjai pengasih putranya tapi harus terhenti karna Bima terbangun.

"Sayang." Lina langsung mendekat kearah Bima dan tubuhnya hampir saja jatuh saat kakinya tak sengaja tersandung karna buru - buru. Untung Bagas cepat menangkap tubuh Lina sehingga tidak jadi jatuh.

Badan Lina panas dingin saat kedua yang kekar Bagas menompang tubuhnya. Bagas merasakan desiran yang aneh. Lina buru - buru melepaskan tubuhnya. Mukanya merah merona karna malu.

Untuk menetralkan detak jantungnya Lina mencoba mengalihkan perhatian ke Bima.

"Haus ya." Lina mengajak Bima berbicara dan itu membaut bayi itu menghentikan tangisnya dan berubah menjadi tawa.

Kelakuan Lina tak luput dari perhatian Bagas. Seandainya Ana yang berada di sana tentu ia akan merasa sangat bahagia. Tapi sayang istrinya lebih memilih karier dari pada mengurus suami dan putranya.

Dulu sebelum menikah mereka berdua sempat berjanji akan melaksanakan tugas masing - masing. Bagas yang bekerja dan Ana yang akan mengurus rumah serta akan menjaga tumbuh kembang anak - anak mereka nanti.

Tapi apa yang terjadi tidak sesuai dengan janji meraka dulu yang mereka buat. Saat mamanya menyerahkan butiknya pada Ana, saat itulah Ana sudah semakin sibuk dan mulai abai akan keluarga. Terutama putra mereka yang masih kecil yang masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Malang sungguh nasib putranya, di besarkan oleh orang lain yang tidak ada hubungan darah dengannya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? akankah ada kejutan dalam hidup Lina dan juga Bagas? tunggu bab berikutnya.

...****************...

Assalamualaikum kk

Terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen dan vote yang banyak biar thor semakin semangat 💪😘🙏