Toni Lion, seorang petarung bebas yang ditakuti setiap lawannya di atas ring, seperti nama panggilan yang di sematkan padanya LION, seekor singa sang raja hutan yang bertahan hidup dengan keras seorang diri di tengah kehidupan yang kejam.
Takdir mempertemukannya dengan Raya, seorang gadis manja anak seorang pengusaha kaya raya yang sedang menjadi korban kejahatan ibu tiri yang ingin menguasai harta kekayaannya.
Tanpa di sadari Toni selalu berdiri sebagai pelindung Raya saat gadis malang itu menerima berbagai serangan dari orang orang yang menginginkan kematiannya demi warisan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Tujuh
Hati Raya menghangat, sepertinya di sana juga sudah terdapat taman bunga yang baru saja di bangun semenjak kehadiran Toni menghiasi hari harinya beberapa hari terakhir ini.
Langkah kaki Raya terlihat lebih penuh semangat dan percaya diri menuju ruangan di kantor ayahnya yang kini di percayakan di pundaknya.
"Selamat pagi nona, anu,,, itu,,, di dalam ada----" kata Ayu sekretarisnya yang duduk di luar ruangan terlihat gugup dan ketakutan saat melihat bos barunya kini berdiri di hadapannya.
"Pagi, apa sudah ada orang lain yang lebih pagi datang ke ruangan ku?" mata Raya melirik pintu ruangannya yang tertutup rapat.
Ayu tertunduk tak berani menatap wajah bosnya, terlihat jelas dari gerak geriknya kalau sekretarisnya itu sudah melakkan kesalahan yang lumayan fatal.
"Ma- maaf, tapi nyonya Karina----" gugupnya.
"Oke, sudahlah, aku tau!" Raya mengangkat telapak tangannya ke depan dadanya mengisyaratkan kalau dia sudah mengerti apa yang di maksud, dan meminta agar sekretarisnya berhenti menjelaskan.
Raya berjalan mendekati Pintu ruanganya yang tertutup rapat itu, terdengar samar samar suara orang mengobrol dengan di selingi canda tawa.
Di dorongnya dengan pelan pintu kayu yang pegangannya sudah dia putar itu, beruntung ruangan tak terkunci dari dalam,
"Hai bun, hai sayang!" sapa Raya pada Martin dan Karina yang langsung terlonjak kaget dengan kedatangan Raya pagi itu, belum lagi posisi mereka tadi saat Raya masuk ruangan sedang berpelukan sangat mesra, membuat kedua orang itu terlihat serba salah di buatnya.
Sementara Raya tak menampakan keterkejutannya sedikit pun, dia sudah tau dan sudah melihatnya dari cctv yang terhubung ke ponselnya sejak beberapa hari yang lalu saat dirinya di rumah sakit, setiap hari pasangan selingkuh itu terpantau selalu datang ke ruangan kantornya sekedar untuk merencanakan kejahatan mereka, bahkan mereka juga beberapa kali terekam berbuat asusila di ruangan itu, manusia manusia bejat tak tau diri itu bermesraan tak kenal tempat dan waktu.
"Eh,,, hai Raya, kamu tak pulang tiga hari ini, jadi bunda dan Martin mencari mu ke sini, ponselmu juga tak dapat di hubungi, Martin sampai sedih sekali takut terjadi apa apa dengan mu," kata Karina seperti biasa mengeluarkan kemampuan akting terbaiknya.
"Iya sayang, aku sangat hawatir dengan mu yang tiba tiba menghilang begitu saja, hampir saja aku membuat laporan orang hilang di kantor polisi, kalau sampai hari ini aku tak bisa menemukan mu," ternyata Martin juga jago akting bak aktor kawakan pemenang piala oscar, kalau saja Raya tak mengetahui cerita tentang kebenarannya, ia pasti akan tertipu dengan perkataan dan raut wajahnya yang terkesan sangat natural dan meyakinkan itu.
"Aku hanya berlibur beberapa hari saja ke luar kota melepas penat," bohong Raya yang sontak saja membuat Martin dan Karina saling berpandangan heran 'Apa,,,berlibur ?!?' begitu kira kira yang ada di pikiran mereka.
"Harusnya kamu mengabari ku jika ingin berlibur, aku bisa menemani mu," ucap Martin merengkuh bahu Raya yang membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan karena punggungnya sedikit tertarik sehingga membuat cedera punggungnya kembali terasa sedikit sakit.
"Ah, aku tak mau mengganggu waktu kerja mu sayang, kamu kan biasanya sangat sibuk, lagi pula aku sudah di temani bodyguard ku, kamu tak perlu hawatir lagi," Raya melepaskan rangkulan tangan Martin di bahunya, dia tak ingin dua mahluk jahat di depannya tahu kalau dirinya kini sedang kesakitan.
"Bodyguard? Tapi sejak kapan kamu pakai bodyguard, sayang?" tanya Karina merasa aneh.
"Entahlah, sebenarnya sudah di siapkan ayah semenjak beliau belum kritis seperti sekarang ini, namun aku baru menyetujuinya beberapa hari ke belakang," ucap Raya, seraya melirik ke arah Toni yang berdiri di dekat pintu, kehadirannya hampir saja luput dari perhatian Martin dan Karina karena saking terkejutnya dengan kehadiran Raya pagi ini.
"Perkenalkan, dia Toni, bodyguard yang di sewa ayah untuk menjaga ku,!" Raya memperkenalkan Toni pada kedua orang yang sekarang sedang kebingungan itu.
"Ta- tapi kenapa ayah mu harus menyewa bodyguard segala untuk menjaga mu, apa dia meragukan kemampuan ku untuk melindungi mu?" protes Martin merasa tersinggung dengan keputusan Arsan yang seolah mengecilkannya sebagai calon suami putrinya, seolah olah dirinya tak mampu menjaga Raya sehingga Arsan harus menyewa pria tegap berotot seperti Toni, dan yang paling mengusik harga dirinya saat ini adalah pria yang di sebut sebut bodyguard nya Raya itu berwajah tampan, lebih gagah dan keren di banding dirinya, itu membuat dirinya sangat kesal bukan main.
Sedangkan Karina, jangan di tanya lagi, semenjak Raya memperkenalkan Toni, mata ibu tirinya itu seakan mau loncat dari tempatnya, sepertinya Toni mampu membuatnya sangat tertarik dan tidak melepaskan pandangannya dari dada bidang pria kekar itu karena beberapa kancing kemeja Toni bagian atas sengaja di biarkan terbuka sehingga memperlihatkan dada yang membuat Karina hampir meneteskan air liurnya.
"I- itu bodyguard mu? Kamu yakin ayah mu tak salah bilang, seharusnya yang memerlukan bodyguard itu bunda, karena ayah mu sedang sakit dan tak bisa menjaga bunda, kalau kamu kan, ada Martin yang masih siap menjaga mu," ucap Karina tersenyum dengan genitnya sambil mengerjap ngerjapkan matanya beerapa kali berusaha bersikap genit bertujuan menggoda Toni yang kini dengan sigap di dekatinya.
" Sebaiknya bunda menanyakan dan memastikan sendiri pada ayah, dia buat aku,,,, atau buat bunda?" goda Raya seraya bergeser dari tempatnya berdiri menghalangi Karina yang hendak mendekati Toni.
Mau tau apa yang saat ini Toni lakukan? Dia hanya diam, dengan wajah yang datar, sikap yang dingin dan tak tersentuh, sambil memperhatikan apa yang sedang terjadi di hadapannya, matanya hanya mengarah pada satu titik fokus, yaitu Raya.
"Heh,,, jaga pandangan mata mu dari calon istri ku,! Apa kau ingin ku buat mata mu itu tak bisa melihat apapun lagi di dunia ini, huh?!" bentak Martin penuh emosi, bagaimana bisa pria yang derajatnya jauh lebih rendah dari dirinya itu mampu membuat dua orang wanita yang berada di hadapannya itu seperti terang terangan tertarik secara pribadi pada pengawal baru itu.
"Sayang, apa kamu sedang cemburu?" goda Raya menyentuh dada Martin sambil berjalan menuju kursi kebesarannya dan duduk manis di sana.
"Sayang, aku bisa menjaga mu, pecat saja pengawal mu itu, aku akan berada di sisi mu selama 24 jam, ayo kita segera menikah dan aku akan menjaga mu," Martin mendekati kursi tempat Raya duduk, dan mencondongkan wajahnya hendak mencium pipi tunangannya itu.
Tangan Toni terkepal dua duanya, darahnya sungguh mendidih saat ini, ingin rasanya melempar tubuh pria yang sedang berdekatan dengan Raya melalui jendela ruang kerja Raya yang berada di lantai 20 itu, gigi atas dan bawahnya saling beradu dengan rahang yang mengeras.
"Hai tampan, aku Karina, senang bisa berkelan dengan pria se gagah diri mu!" ucap Karina genit.
"Toni,,,! Ponsel ku sepertinya tertingal di mobil, apa kamu mau mengambilkannya untuk ku?" titah Raya saat melihat Karina bergelayut manja di lengan berotot milik Toni yang hanya diam membiarkan Karina berbuat seperti itu padanya, membuat Raya merasa dadanya sesak serasa di timpa batu yang sangat besar, sehingga dia mencari cari alasan agar pria itu menjauh dari bodyguardnya.
"Bunda,,, saat ini ayah sedang kritis dan belum meninggal, jadi tolong hargai dia, sebagai suami bunda dan juga aku sebagai anaknya!" ketus Raya yang tak dapat lagi menyembunyikan ketidak sukaannya pada sikap ibu tirinya itu.
"Isshhh,,, kenapa tiba tiba kamu menjadi gak asik kaya gini, sih. Biasanya juga kamu fine fine aja kalo bunda ngeledekin cowok ganteng kaya dia," oceh Karina kesal karena merasa anak tirinya itu telah mengganggu kesenangannya.
"Tapi dia bukan seperti cowok yang bunda pikirkan, dia di sini bekerja untuk menjaga ku, jangan main main dengannya, bunda!" tegas Raya lagi lagi menunjukkan ketidak sukaan pada sikap Karina, sepertinya ini untuk pertama kalinya Raya bersikap se keras itu pada Karina sehingga membuat ibu tirinya merasa sedikit syok dan heran dengan perubahan sikap anak tirinya itu setelah menghilang selama tiga hari lamanya.
'Ada apa dengan gadis bodoh ini, dia menjadi sangat berani pada ku, apa karena merasa sekarang punya pengawal pribadi? Lihat saja akan aku buat bodyguard tampan mu itu bertekuk lutut di kaki ku dan merangkak di atas tubuh ku, hahaha !' ancamnya dalam hati
tpi lupa" ingat.
seingatku cilla playvictim orgnya..
trus si raya jdi istri toni..
kyk nya gtu ceritanya