Di balik hutan Alaska, Rowan menikahi cinta pertamanya, Anna. Mereka tinggal di rumah yang ia bangun dengan harapan suatu hari akan di penuhi tawa anak-anak. Tapi Anna belum siap menjadi ibu dan Rowan menghargainya.
-
Kabar tak terduga tiba “Rowan, Anna mengalami pendarahan di Prancis”.
-
Pria muncul di tengah penantian Rowan, Anna tengah mengandung.
“Aku ingin melakukan Tes DNA pada bayi kembar itu!!”
-
Kesetian, Kepercayaan, Penghianatan serta Penantian.
Segelas teh hangat di tengah hutan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam
Ruangan kosong, kini telah berubah menjadi studio yoga yang nyaman. Anna mendekorasinya sesuai keinginannya sendiri ruangan dengan perpaduan putih lembut serta biru pastel. Langit-langit di hiasi pola bunga dan awan serta dekorasi lainya bergaya minimalis rococo.
Tentu saja Anna menggunakan beberapa barang dari perusahaan milik suaminya yang menambah kesan elegant pada studio barunya.
“Sayang, sudah memilih nama yang cocok?” Rowan datang mencium wajah Anna dan meletakan tas berisikan makan siang mereka.
“Snowlace Studio” ujarnya dengan bangga. Rowan senang mendengarnya mereka menghabiskan waktu bersama untuk mengawasi tahapan akhir untuk studio yang akan di buka tiga hari kemudian.
......................
Pop!!! letupan kertas warna-warni membuka pesta pembukaan studio baru Anna disertai tepuk tangan dan kemeriahan tamu-tamu yang datang.
“Selamat, Anna!”
“Kau akan menjadi instruktur yang keren!!”
“Ini sangat indah, Anna!” beberapa wanita menghampiri Anna dan memberikannya selamat atas pembukaan studio ini karena di kota mereka belum adanya studio yoga kini Anna membawa impian bagi wanita-wanita kota.
“Terimakasih!!” Anna sangat senang hari ini, ia mengenakan gaun pinknya yang elegant dan manis.
“Selamat, Anna!!” Daisy memeluk Anna di belakangnya Velma memeluknya juga.
“Terimakasih, ibu” Anna senang melihat keduanya hadir hari ini, mereka merupakan ibu dan kakak perempuan Rowan.
“Kau benar-benar mewujudkan impiannya” seorang pria dewasa yang sangat mirip dengan Rowan menepuk bahunya.
“Terimakasih, ayah. Aku sangat beruntung dapat melikinya di sisiku” Rowan tersenyum padanya dan menuangkan bir pada gelas ayahnya.
“Bagaiman dengan kualitas kayu dari hutan di sana?” tanyanya.
“Cukup bagus, warna dan pola sangat indah. Saran ayah memang tepat” jawab Rowan keduanya kemudian membicarakan bisnis mereka.
Sementara untuk para wanita tengah menikmati pesta pembukaan studio baru ini, lusa kelas akan segera di buka.
......................
Hari-hari telah berlalu studo Anna kini telah memiliki banyak orang yang mengikuti kelas khusuhnya wanita dan Anna menjadi idola di kota itu. Sosok wanita yang cantik dengan light blonde, bertama biru cerah dengan kulit putih dingin serta kepribadiannya yang ramah dan ceria.
Tak lupa fakta mengenai suaminya, Rowan pemilik perusahaan furniture kayu yang membangun usahanya sejak kuliah namun yang paling membuat iri para wanita adalah sikap Rowan terhadap Anna, ia memperlakukannya
seperti mutiara yang sangat berharga.
“Selamat pagi, sayangku” Anna mencium Rowan yang tengah membuat salad untuk sarapan keduanya.
“Selamat pagi, bagaiman rencana mu hari ini?” tanya Rowan menyelesaikan potongan terakhirnya dan menyiapkan salad di piring.
“Seseorang dari kota lain akan datang untuk mengikuti kelas ku, dia berpikir untuk mempelajari kelas ku. Mungkin kami akan berkerja sama” Anna menuangkan jus pada gelasnya dan gelas Rowan.
“Dan sore mungkin pergi menemani Lucy, kucingnya terluka” keduanya sarapan bersama.
“Makan malam di rumah?” tanya Rowan.
“Ya, aku akan pulang setelah itu” ujar Anna dengan santai, Rowan mengangguk keduanya menyelesaikan sarapan bersama sebelum pergi dengan kesibukan masing-masing.
......................
“Rowan, ini data-data yang di butuhkan?” Max memasuki ruangan Rowan dan memberikanya file padanya.
“Terimakasih” Rowan melihat file itu dan lajut fokus dengan komputer di depanya, Max tersenyum kecil akan keluar.
“Max, daging rusa dengan Pinot Sauvignon atau Merlot?” tanya tiba-tiba Rowan, Max berhenti sesaat dan berpikir.
“Pinot Sauvignon, ringan dengan sedikit manis”
“Merlot, lebih seimbang” jawabnya dengan berimajinasi memakan kedua daging rusa dengan red wine itu.
“Rowan, kita akan makan malam?” ia dengan semangat mengesekan kedua telapak tanganya tidak sabar.
“Tentu saja tidak!” Rowan mengerutkan alisnya menatap dengan heran pada Max.
“Aku akan memasaknya untuk Anna” mendengar itu Max murung dan pergi menutup pintu.
Setelah menyelesaikan pekerjaan, Rowan mengendarai mobilnya menuju swalayan untuk membeli bahan-bahan makan malam ia pun melihat pada dua botol yang di sarankan oleh Max, memikirkan Anna yang nampak senang karena mendapatkan mitra baru Rowan memilih Merlot.
Ia pulang segera menyiapkan semua makan malamnya yang romantis untuk Anna dan menunggunya pulang.
“Selamat malam, Madame” Rowan menyambutkan dan memberikan buket bunga mawar putih padanya, Anna menerima bunga itu dengan senyuman manis.
“Silahkan” Rowan melayani Anna dengan sepenuh hati membuat Anna tersenyum manis melihatnya, memang Rowan sering melakukan ini padanya.
“Anna” Rowan memegang lembut tangan istrinya.
“Yaa” Anna tengah menikmati segelas wine di tanganya.
“Aku berpikir untuk memiliki bayi bersama mu untuk mengisi rumah ini” ia berbicara dengan lembut dan pelan padanya, mendengar itu Anna meletakan gelasnya dan menarik tanganya.
“Rowan, kau tau aku belum bisa memilikinya” Anna dengan dingin.
“Tapi Anna aku pasti akan mempersiapkan segalanya untuk mu dan bayi kita” Rowan memegang kedua tangan Anna dengan harapan.
“Aku tau Rowan, kau pasti melakukanya tapi masalahnya bukan itu!!’
“Aku belum siap membagi kasih sayang untuknya”
“Dan aku tidak ingin dia tumbuh seperti ku” Anna menepis tangan Rowan.
“Anna, aku selalu mendukung mu” Rowan kembali berusaha membujuknya.
“Hentikan!! Aku tidak ingin membicarakannya
lagi” Anna bangkit dari kursinya meninggalkan Rowan sendirian di meja makan bersama cahaya lilin yang terasa gelap.
Rowan membuka pintu kamarnya, terlihat Anna sudah tertidur, ia menghela napas berat merapihkan selimut di pundak Anna dan mematikan lampu di sampingnya.
Ia pun berbaring di sebelahnya menatap langit-langit kamar yang di hiasi awan-awan. Mereka telah lama bersama dan Anna mengajukan permintaan padanya agar tidak memiliki anak terlebih dahulu.
Rowan menghormati keinginannya berpikir mungkin karena kondisinya saat itu masih membangun perusahaanya akan membuat Anna dan bayi mereka kekurangan sesuatu. Namun, saat ini perusahaanya telah berkembang dengan baik dan stabil di tambah mereka memiliki tabungan yang cukup untuk membesarkannya dengan baik tanpa kekurangan apapun.
Lalu apa yang membuat Anna belum mau memilkinya?
Apakah masih ada yang kurang dari dirinya?
Atau masih ada luka di jiwa Anna hingga membuatnya ketakutan untuk memiliki bayinya sendiri?
Beberapa pertanyaan memenuhi pikiran Rowan, ia pun mematikan lampu tidur di sampingnya.
“Maafkan ku, Anna” Rowan berbisik lembut di telingannya dan mencium wajahnya sebelum tidur.
...----------------...