Karena penghianatan pacar dan sahabatnya, Zianna memutuskan untuk pindah sekolah. Namun siapa sangka kepindahannya ke SMA Galaxy malah mempertemukan dirinya dengan seorang cowok bernama Heaven. Hingga suatu ketika, keadaan tiba-tiba tidak berpihak padanya. Cowok dingin itu menyatakan perasaan padanya dengan cara yang sangat memaksa.
"Apa nggak ada pilihan lain, selain jadi pacar lo?" tanya Zia mencoba bernegosiasi.
"Ada, gue kasih tiga pilihan. Dan lo harus pilih salah satunya!"
"Apa aja?" tanya Zia.
"Pertama, lo harus jadi pacar gue. Kedua, lo harus jadi istri gue. Dan ketiga, lo harus pilih keduanya!" ucap Heaven dengan penuh penekanan.
Follow IG Author : @smiling_srn27
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Smiling27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. TIDAK PEKA
Setelah beberapa saat cekcok dengan Heaven, Zia yang memaksa pulang sendiri akhirnya di kunci di dalam kamar bersama Handa. Heaven terpaksa melakukannya karena tidak bisa membiarkan Zia pulang sendirian, di sisi lain Heaven juga tidak bisa meninggalkan tugasnya sebagai ketua geng Clopster.
"Lo sih Zi, pake larang Kak Heaven pergi. Jadi dikurung kita 'kan!" gerutu Handa. "Kayak ayam bertelur aja gue dikurung gini!"
"Tapi Nda, dia itu mau berantem, sama... sama siapa yah? Ah gue lupa namanya!" ucap Zia sembari mengingat nama yang tertera di layar ponsel Heaven tadi.
"Anak Gorized?"
Zia mencoba mengingat pesan yang sempat ia baca lagi. "Kayaknya itu deh! Pokoknya dia itu mau berantem, makannya gue larang!"
"Ck biarin aja sih dia berantem, ngapain juga lo peduli sama dia! Dia kenapa-kenapa juga bukan urusan kita!"
"Ya kan lo tau sendiri, gue nggak suka sama yang namanya berantem! Gue benci sama luka!" Zia mencebikan bibir bawahnya tidak suka.
Lama terdiam di dalam kamar berukuran sedang itu Zia tersadar akan sesuatu, pandangannya beralih menatap Handa dengan penuh selidik. Zia merasa seperti ada yang aneh dengan kejadian yang menimpa sepupunya tadi. Handa yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah sendiri. Jika Zia sudah menatapnya curiga pasti karena telah menyadari ada sesuatu yang di sembunyikan olehnya sejak tadi.
"Jangan liatin gue kayak gitu!" Handa mengalihkan pandangannya menyadari Zia yang mulai curiga padanya, mengelak adalah cara yang tepat agar tidak membuat Zia mengetahuinya.
"Jujur sama gue, lo abis berantem kan?" selidik Zia.
Handa gelagapan sendiri. "Ma-mana mungkin, jelas-jelas gue abis kecelakaan!"
"Terus kenapa tangan lo lebam gitu kalo bukan berantem?" Zia menunjuk buku-buku jari Handa yang sedikit membiru. Kulit Handa yang putih bersih membuatnya mudah berubah warna jika terkena benturan atau bahkan sebuah garukan sekalipun.
"Ini tadi tuh buat mukul kaca! Biar gue bisa keluar!" jawab Handa berkilah.
"Gue nggak buta! Kaca mobil lo masih utuh tadi?!" sangkal Zia. Kaca mobil Handa memang ada yang pecah, tapi itu di bagian depan. Sedangkan Handa duduk di bagian belakang, lagi pula untuk apa sampai memecahkan kaca kalau pintunya saja bisa di buka.
Handa melirik lalu memasang wajah di tekuk, lebih baik ia jujur karena akan percuma menyembunyikan sesuatu dari sepupunya yang pekaan itu. "Iya, gue abis berantem!" jawabnya jujur.
"Kok bisa sih? Sama siapa?" tanya Zia sedikit menahan kesal sekaligus khawatir. Meski sudah tahu jika sepupunya itu memang pandai ilmu bela diri, tapi tetap saja Zia khawatir jika sampai terjadi sesuatu padanya.
"Sama anak Gorized!" jawab Handa santai. "Tadi mobil gue di kejar sama mereka sampe nabrak pohon. Gue nggak terima, ya gue serang balik dong!"
Zia menepuk jidatnya, berarti orang yang ia ikuti tadi memang tidak bermaksud mengejar Handa. Mungkin Zia hanya salah mengira orang tadi.
"Berapa orang?!" tanya Zia.
"Dua!" jawab Handa, "Makanya gue alesan takut sama Bunda tadi, biar diajak ke sini. Gue udah duga pasti Clopster bakal perang lagi sama Gorized gara-gara masalah tadi!"
"Kenapa lo nggak bilang?!" tanya Zia sedikit nyolot.
"Ya kali gue bilang pas ada Kak Heaven! Niatnya gue mau ikutin mereka, terus gue nyalain sirine polisi biar mereka bubar!" ucap Handa mengatakan maksudnya.
"Terus gimana dua cowok yang ngejar lo tadi, lo apain mereka?"
"Mereka kabur!" ucap Handa cemberut karena belum puas menghajar kedua cowok kurang ajar itu. "Tapi nggak papa sih, paling bentar lagi mereka berdua juga diberesin sama suruhan Ayah! Berani-beraninya mau celakain keturunan Zielinski Atmaja!" ucap Handa dengan sombongnya.
"Terus gimana sekarang?" Zia berfikir agar bisa keluar dari kamar, ia tahu di luar ada dua orang yang sengaja Heaven tinggal untuk menjaga markas. Siapa yang akan mengira, sebagian anak Gorized bisa saja datang ke markas untuk mengacaukan tempat tongkrongan musuhnya.
"Ya mana gue tahu!" Mengendikan bahunya cuek, Handa melipat tangannya bersedekap dada.
"Gue tahu!" Zia berjalan menuju pintu, dan langsung menggedor pintu tersebut. "KAK, YANG DI LUAR? BUKA DONG, GUE PENGEN KE KAMAR MANDI...!!" pekik Zia dengan tangan yang terus menggedor pintu.
"Kenapa?" tanya Aldi dari luar.
"Buka dong, gue pengen ke kamar mandi!" ucap Zia lagi.
Melihat kelakuan Zia, Handa hanya menggeleng di tempatnya. Tidak ingin mengganggu Zia yang sedang menjalankan rencananya untuk kabur.
"Sorry, gue di larang buka pintu sama Heaven!" balas Aldi.
"Terus lo suruh gue buang air di sini?" ketus Zia, "Gue laporin ke Kak Heaven baru tau rasa lo. Cepetan buka ih, gue udah kebelet!"
Lama berpikir dengan Taufik, akhirnya Aldi memilih membuka pintu kamar. Masa bodo lah dengan peringatan Heaven tadi, tidak mungkin juga kan ia membiarkan Zia menahan kebeletnya. Salahkan Heaven saja karena telah mengunci kedua gadis itu di dalam kamar yang memang tidak ada kamar mandinya.
"Nah gitu napa dari tadi!" Zia berjalan keluar di ikuti Handa.
"Eit tunggu! Mau ke mana lo, kamar mandinya di sana!" Aldi menghalangi jalan, menunjuk arah kamar mandi yang letaknya jauh di belakang Handa.
"Gue...," ucap Zia terputus. Tidak tahu hendak mengatakan apa pada kedua cowok itu.
"Lo bedua nggak lagi bohongin kita kan?" selidik Aldi.
"Enggak lah ngapain kita bohong!" jawab Handa. "Mending lo keluar sana, di depan ada orang tuh!"
"Nggak ada orang di sini kecuali kita berempat!" sangkal Taufik, cowok yang berdiri di samping Aldi.
"WOY KELUAR LO! GUE TAU ADA ORANG DI DALEM!" Suara teriakan dari luar.
"Denger kan? Makannya lebarin tuh kuping, biar peka dikit!" cibir Handa.
Zia hanya melongo tidak percaya, ternyata pendengaran Handa masih sangat tajam.
"Kayaknya kita di jebak deh!" Aldi berjalan keluar di ikuti Taufik dari belakang. "Lo bedua jangan keluar!" titah Aldi memperingatkan.
"Kok lo bisa tahu sih?" tanya Zia.
"Iya lah! Gue gitu loh!" sombong Handa.
"Halah, pasti Tante Shena yang ajarin!" tebak Zia.
Handa hanya cengengesan, memang benar tebakan Zia, semua kemampuan yang ia miliki adalah hasil dari ajaran Tante Shena. Tante Shena memang ahli dalam bela diri dan tak tik tertentu, karena sejak kecil wanita itu tinggal di tempat yang tidak seharusnya.
"Udah ah, keluar yuk. Gue penasaran!" Handa menarik Zia keluar markas.
Sampai di luar, Zia dan Handa begitu terkejut melihat kekacauan yang terjadi. Aldi terhuyung jatuh di hadapan mereka, baik Aldi maupun Taufik sudah terduduk dengan beberapa lebam di wajahnya. Zia berjongkok, memeriksa keadaan Aldi yang memang jaraknya lebih dekat dengannya daripada Taufik.
"Lo nggak papa?" Zia meringis melihat Aldi yang mengerang kesakitan.
"Ngapain kalian berdua keluar? Cepet masuk, bahaya!" titah Aldi dengan susah payah.
"Anjir ada cewek cantik di sini!" pekik salah satu dari tiga cowok yang telah memukuli Aldi dan Taufik.
Handa tertawa mengejek melihat ketiga cowok itu, mereka adalah orang yang sama yang tadi mengikuti mobilnya. "Heh! Beraninya lawan cowok. Sini lawan gue, mau rumah sakit apa kuburan?"
Kedua cowok itu sontak mundur satu langkah, menelan salivanya dengan kasar melihat Handa ada di sana. Mereka mengumpat dalam hati karena telah datang di waktu yang tidak tepat. Hanya satu cowok yang terlihat biasa saja, karena memang hanya dia yang tidak ikut dalam pengejaran mobil Handa sebelumnya.
"Maju sini!" Handa menunjukkan kepalan tangannya sambil melotot tajam.
Bukannya maju, justru ketiga cowok itu memilih kabur begitu saja. Hal itu cukup membuat Aldi dan Taufik heran, tapi masa bodo lah. Yang terpenting sekarang kedua pacar dari sahabatnya itu baik-baik saja. Kalau sampai terjadi sesuatu pada mereka berdua, pasti makin berat urusannya. Apalagi kalau sampai Heaven tahu, ah tidak bisa di bayangkan apa yang akan terjadi nantinya.
"DASAR BANCI!" teriak Handa melihat semua cowok itu kabur menggunakan motor.
"Udah Handa, mending lo bantuin gue!" pinta Zia sambil membantu Aldi berdiri.
"Dih males!" Handa langsung masuk ke dalam tanpa memedulikan kedua cowok yang sedang terluka itu.
*********
"Gue laper nih Zi!" keluh Handa memegangi perut sembari memasang wajah memelas.
Ia melirik Zia yang sedang membantu Aldi membalut luka di siku. Tadinya Aldi hendak melakukannya sendiri, tapi karena tidak bisa akhirnya Zia yang turun tangan membantu mengobatinya. Sedangkan Taufik? Cowok itu sedang terbaring di atas sofa sebelah. Tidak peduli dengan keadaan sekitar, Taufik hanya ingin istirahat sejenak sebelum semua teman-temannya datang.
"Sabar dong, Kak Heaven aja belum balik!" Zia memasukkan kasa ke dalam wadah setelah selesai mengobati Aldi.
"Tapi gue laper, lo tahu kan kalo gue punya maag. Ntar kalo kambuh lagi gimana?"
"Ya tinggal bawa ke RS lah, susah amat!"
Zia sebenarnya paham, Handa hanya sedang beralasan agar dibolehkan pulang, karena sebenarnya Handa tidak memiliki riwayat maag. Tapi sayangnya Zia tidak bisa membiarkan, setelah kejadian apa saja yang telah menimpa Handa hari ini. Entah mendapat bisikan dari mana, Zia saat ini lebih percaya pada Heaven dan teman-temannya untuk mengantarkan pulang dari pada seorang diri.
"Ish lo tuh ya, nggak peka banget sih jadi orang!" gerutu Handa.
Beberapa menit mereka terdiam, Handa yang sedikit gusar terus bergerak ke sana kemari mencari posisi duduk yang nyaman. "Zi, gue beneran laper loh!" ucapnya lagi.
"Udah tenang aja, bentar lagi juga mereka sampe kok. Udah beli makanan juga katanya!" sela Aldi setelah membaca pesan yang dikirim oleh sahabatnya.
Aisshhh... Sial -gerutu Handa dalam hati.
Handa melirik tajam pada Zia yang justru di balas dengan juluran lidah, menyebalkan memang. Handa kesal, sepupunya itu tidak bisa di ajak kerjasama di saat-saat seperti ini. Kalau tahu begini ceritanya, sudah sejak tadi Handa kabur agar bisa bebas dari Agam dan teman-temannya.
"Baru juga diomongin udah dateng aja!" celetuk Handa. Melihat Heaven dan rombongannya datang membawa kantong kresek yang di yakini berisi makanan.
"Lo nggak papa?" Datang dengan raut wajah khawatir, Heaven langsung memeriksa untuk memastikan Zia dalam keadaan baik-baik saja.
Zia menatap dengan kesal, menepis tangan Heaven dari pundaknya. "Siapa lo?" ketus Zia.
"Heaven!" jawab Heaven sambil mengernyit.
"Oh!" Zia menggeser duduknya hingga menempel pada Handa.
"Di apain aja sama mereka, sampe lupa ingatan gini?" tanya Heaven khawatir.
Zia hanya diam saja, masih kesal mengingat apa yang telah Heaven lakukan padanya tadi. Bisa-bisanya cowok itu menguncinya di dalam kamar dan memilih pergi tanpa persetujuan. Dan jawaban apa tadi? Ah itu membuat Zia sedikit kesal. Bukan itu jawaban yang Zia mau.
"Lo tau nggak? Orang bodoh sama kurang peka itu beda tipis!" Gala sengaja berbicara pada Nanda, bermaksud menyindir Heaven yang terlampau bodoh.
"Ganteng-ganteng bego, di tanya siapa jawabnya nama?" Nanda terkekeh, "Eh tapi bener juga si!" ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pertanyaan perempuan terkadang memang sulit di artikan, untung saja Nanda adalah pawangnya para gadis, terutama gadis cantik.
"Salah atau benernya itu tergantung siapa yang nanya!" sahut Agam yang memang sudah berpengalaman.
"Berisik lo bertiga!" Heaven melirik tajam pada ketiga sahabatnya, lalu beralih menatap dua cewek di hadapannya. "Kenapa lo berdua keluar?"
"Di dalem sesek, makannya di keluarin biar lega!" celetuk Handa santai.
Zia menyenggol lengan Handa, sepupunya ini kalau bicara selalu asal. Semua cowok kini menatap mereka dengan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata. Ucapan Handa berhasil membuat mereka traveling dalam otaknya.
"Ngomong apa sih Nda, ambigu banget!" protes Nanda yang mulai terpancing jiwa keplayboyannya.
"Katanya Zia kebelet kan tadi, makannya minta keluar. Terus salah gue di mana?" cuek Handa.
"Aniir jiwa polos gue meronta!" pekik Nanda heboh.
"Mau ngapain emang?" balas Agam.
"Kabur!" jawab Nanda tertawa ngakak.
"Pasti pada mikir aneh-aneh!" tebak Handa setengah menuduh. "SESAT!"
Agam menepuk jidatnya, lalu membuka bungkus pizza yang ada di meja. "Mending lo makan aja deh, bahaya kalo lo udah laper. Banyak omong!" Tanpa menunggu persetujuan, Agam langsung memasukkan pizza ke dalam mulut Handa.
"Ish lo kwenapwa swih nggwak adwa lembwut lembwutnya sama cwewek!" gerutu Handa dengan mulut yang penuh dengan makanan.
"Ssttt... diem! Kalo lagi makan jangan sambil ngomong!" Agam mendelik memperingatkan, membuat Handa mendengus kesal namun tetap menurutinya.
"Perhatian banget sih Beb! Jadi makin cinta deh!" Nanda memukul manja dada bidang Gala, bermaksud menyindir Agam.
Gala yang terkejut langsung melihat Nanda dengan tatapan jijik. Gala masih waras. Dengan cepat cowok itu menyingkirkan tangan Nanda yang masih menempel pada dadanya. Siapapun tolong jauhkan Gala dari makhluk semacam Nanda.
"Jijik bangsat!" Bergidik ngeri, Gala beranjak pindah ke pojok ruangan. Cowok itu memang lebih suka duduk menyendiri, dan di sanalah tempat favoritnya.
"Gue udah bilang jangan keluar dari kamar Anna, bahaya!" Heaven duduk di sofa, menarik Zia hingga menempel padanya, "Sekarang jelasin ke gue!"
"Jelasin apaan?" Zia mencoba menyingkirkan tangan Heaven yang memeluknya posesif, tapi seperti biasa usahanya tidak membuahkan hasil.
"Lo punya utang sama gue, kalo lo lupa?" tagih Heaven.
"Hah?" Zia benar-benar tidak tahu apa yang di maksud Heaven.
"Lo belum jelasin ke gue soal mobil yang ngilang tadi!" ucap Heaven seraya mengingatkan. "Dan kenapa muka lo jadi panik gitu pas gue nanya?"
Ah benar, Zia lupa kalau sempat mengatakan akan menjelaskan semua pada Heaven saat di parkiran sekolah tadi. Sekarang Zia tidak tahu harus menjelaskan apa, yang pasti ia harus mencari alasan yang pas agar Heaven percaya.
*********
Muka Heaven abis baku tonjok. Udah dibilang jangan berantem juga, masih aja ngeyel. 🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️