NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Sang Mafia

Terjebak Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Bad Boy / Gadis nakal
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.

"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.

"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.


>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenyataan & Milik Kael

"Jangan teriak-teriak nanti tenggorokan kamu sakit honey." ujar Lion dengan suara seraknya.

Jarinya mengusap salivanya di bawah bibir Vanya, "manis aku suka, pantas saja Kael tak ingin gue keluar. Ternyata semanis ini bibir kamu Vanya." ujar Lion sambil terkekeh pelan.

Vanya memejamkan kedua matanya.

BUGH!

Kini giliran tubuh Lion yang ada di bawah, sungguh Lion pun sangat kaget.

"Wow...wow... calm honey, jangan buru-buru, punyamu masih ori susah kalau kamunya di atas." celetuk Lion dengan kurang ajarnya.

PLAK!

"Jaga ya mulut lo, dasar brengsek! Kembalikan Kael gue!" marah Vanya sambil menampar pipi kanan Lion.

Bukannya marah, Lion justru terkekeh sinis, "gak akan, kamu punyaku, tak akan ku biarkan manusia bodoh itu mengambil alih tubuhnya." jawabnya sambil mengusap pinggul Vanya.

"Honey bibirku berdarah, sakit." ujar Lion saat ada darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Vanya tersenyum miring, "gak akan gue biarin lo kurang ajar sama gue!" ujar Vanya sambil berusaha mencekik Lion.

"Honey lepas tangannya jangan buat aku marah." peringat Lion dengan nada dinginnya.

"Lo harusnya mati!" ujar Vanya sekali lagi.

Sungguh kali ini Vanya tak akan menyembunyikan jati dirinya, sudah cukup selama ini ia pura-pura takut.

"Jangan bilang gue perempuan terus gue takut sama lo gitu, ENGGAK....!"

Vanya langsung memukul bahkan menendang tubuh Lion membabi buta, "VANYA CUKUP! APA YANG KAU LAKUKAN!" teriak Kael dengan kerasnya.

Ya kini jiwa Kael sudah kembali pada tubuhnya, jiwa Lion, entah pergi ke mana, tiba-tiba saja langsung hilang.

"Kael...."

Vanya langsung tersenyum miring, "Kael, kamu udah kembali? saatnya kita berpisah. Mari berpisah baik-baik."

Kael mengusap bibirnya yang berdarah itu, lalu menatap Vanya dengan tatapan tajamnya.

"BRENGSEK SIAPA YANG BIKIN TANDA DI LEHER KAMU ITU HAH? JANGAN JADI CEWEK MURAHAN VANYA....!!" teriak Kael dengan penuh amarah.

BUGH!

"APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN...!" teriaknya sekali lagi sambil memukul tembok dengan kerasnya.

Vanya memejamkan kedua matanya, "bodoh! Ini perbuatan lo brengsek!" marah Vanya.

"Sialan jangan bilang Lion yang bikin ini hah? Gak Vanya ini gak boleh hikss hikss, kamu milikku sayang! Gak akan aku biarin dia keluar lagi. Dia gak apa-apain kamu kan." ujar Kael sambil menahan isak tangisnya.

Wajah hingga hidungnya sudah memerah karena menahan tangis. Kael langsung menarik lengan Vanya.

Vanya syok bahkan baru kali ini ia melihat Kael seperti akan kecil yang enggak dikasih permen sama ibunya.

Kael menangis, dan itu karena Lion, jiwa lain dalam dirinya yang berani membuat tanda di lehernya padahal itu tubuhnya sendiri yang melakukan itu.

"Look at me. Dia apain kamu aja?" tanya Kael dengan suara seraknya.

Kedua matanya berkaca-kaca, sungguh ia tak suka situasi ini, ia ingin marah tapi gimana lagi gak bisa.

"Gak ada cuma ini." jawab Vanya.

"Gak boleh, semuanya punyaku, sialan kenapa harus Lion yang buat tanda harusnya gue bukan dia!" ujar Kael yang mulai tantrum lagi.

Bahkan Kael sampai lupa dengan masalahnya kalau ia ke sini mau bawa menangkap Vanya yang kabur darinya. Sekarang orangnya sudah di dekapannya malah ada drama baru.

"VANYA INI GAK MUNGKIN KAN BAHKAN SAMPAI LEHER KAMU PENUH GINI? BRENGSEK!" teriak Kael lagi namun sambil menangis sesenggukan kali ini.

"Gak usah teriak bisa gak, dasar bodoh. Kan bibir kamu ini yang bikin tanda di leher aku. Dasar cowok gila!" maki Vanya dengan kesalnya.

"Tapi itu Lion bukan aku!" jawab Kael.

Dengan cepat Kael langsung menarik Vanya, ia membuat banyak tanda di leher Vanya, bahkan kini leher itu seperti habis di cekik KDRT.

"HUAA KAEL GILA LEPASIN LEHER GUE SAMPAI SAKIT MEMAR SEMUA INI AAAHH SHHHH TANGAN KAMU JANGAN DI SITU WOY...!" teriak Vanya sambil menjambak erat rambut Kael.

"Diam, dia tadi pasti grep grep kamu kan. Yang mana aja sekarang bilang sama aku biar aku ilangin jejak di brengsek itu," sahut Kael sambil mencengkeram kedua tangan Vanya di atas kepalanya.

"Lepas Kael jangan gila....!" teriak Vanya sekali lagi sambil meronta-ronta.

"Diam dan nikmati, aku tak suka ada jejaknya. Sekarang hanya akan ada jejakku saja. Paham kamu," bisik Kaelion Garamosador dengan suara seraknya.

"Harusnya kau mati Kael....!"

......................

Sejak seminggu yang lalu, Calista telah melacak setiap jejak yang mungkin ditinggalkan oleh sahabatnya, Vanya.

Kekhawatiran menggerogoti hatinya, pikirannya selalu melayang pada kemungkinan terburuk bahwa Vanya diculik oleh ibu tirinya yang kejam.

Setiap malam, Calista menghabiskan waktu berjam-jam di internet, mencari informasi dan menghubungi siapa saja yang mungkin tahu keberadaan Vanya.

Hari ini, Raka, Leo, dan Galih datang menghampiri. "Cal, Vanya kemana?" tanya Raka dengan nada penasaran.

"Bukan urusan lo!" jawab Calista, suaranya keras dan penuh emosi. Dia tidak ingin membahas hal itu dengan Raka, yang pernah memiliki hubungan singkat dengan Vanya.

"Kenapa sih, gue cuma mau tau kabar cewek gue," sahut Raka, tidak terima dengan sikap Calista.

"Cewek lo? Mimpi lo ketinggian, anjir!" balas Calista dengan nada mengejek. Rasa frustrasinya memuncak, tidak hanya karena khawatir tentang Vanya, tapi juga karena hadirnya Raka yang selalu membuat situasi menjadi lebih rumit.

"Jaga mulut lo, Cal," ujar Galih mencoba meredam suasana yang memanas.

Leo hanya diam, matanya mengamati interaksi antara Calista dan Raka, mencoba memahami situasi tanpa memperburuk keadaan.

Calista menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia tahu bahwa berdebat dengan Raka bukanlah solusi. Yang dia butuhkan adalah informasi tentang Vanya, bukan pertengkaran yang tidak berujung.

"Pelacakan terakhir gue menunjukkan bahwa Vanya mungkin ada di sekitar sini minggu lalu," lanjut Calista, suaranya lebih tenang. "Gue khawatir banget. Lo semua tau kan, ibu tiri Vanya itu... dia bisa apa saja."

Mendengar ini, ekspresi Raka berubah.

Walaupun sering bertengkar dengan Calista, dia juga khawatir dengan Vanya. "Sorry, Cal. Gue juga khawatir. Kita semua harus cari dia, bareng-bareng."

Akhirnya, kesalahpahaman mulai reda. Mereka semua setuju untuk bekerja sama mencari Vanya. Galih mengusulkan untuk membagi area pencarian dan menggunakan sumber daya yang mereka punya untuk mempercepat pencarian.

Dengan keputusan itu, mereka mulai bergerak. Setiap langkah yang mereka ambil diperuntukkan untuk satu tujuan: menemukan Vanya dan memastikan dia aman.

Kekhawatiran masih menyelimuti hati Calista, tapi setidaknya sekarang dia tidak sendirian dalam pencariannya. Dengan bantuan teman-temannya, dia mulai merasa sedikit lebih berharap.

"Udah berapa hari Vanya hilang?" tanya Raka cemas.

"Seminggu yang lalu." jawab Calista yang kembali fokus pada ponselnya.

BRAK!

"KENAPA LO GAK NGOMONG SAMA GUE SIALAN! DI MANA RUMAHNYA, BIAR GUE KE SANA!" teriak Raka dengan kerasnya.

"Sorry Van, kali ini gue di pihak Raka dulu, nanti kalau lo udah ketemu nih anak bakalan gue hempas." ujar Calista di dalam hatinya.

"Ayo kita ke sana sekarang bareng aja, bawa motor sendiri-sendiri." usul Calista dan diangguki oleh mereka semua.

Calista memimpin jalan di depan, dengan cepat ia menarik pedal gasnya. Motor sport itu melaju dengan kencangnya.

Sampai di depan mansion besar milik Vanya, mereka berempat langsung turun dari motor.

"Wow ini beneran rumah Vanya, kaya banget gila." ujar Galih terpesona.

"Gak usah norak!" sahut Raka kesal.

"Hehe pisshh bos." jawab Galih sambil cengengesan.

Malam itu, mansion Vanya tampak sunyi sepi, hanya lampu-lampu taman yang menyala redup menyinari jalanan setapak menuju pintu utama. Kedatangan sebuah mobil tua berbunyi keras saat memasuki gerbang, memecahkan kesunyian malam.

Satpam yang masih terjaga langsung menegakkan tubuhnya yang sudah mulai merasa kaku karena dinginnya malam.

"Cari siapa tengah malam begini, hah?" tanyanya dengan tegas, matanya menatap tajam ke arah mobil yang parkir di depannya.

"Orangtua Vanya," jawab Calista dari dalam mobil, suaranya terdengar serak karena kecemasan yang mendalam.

"Tuan Arka di luar negeri, hanya ada Nyonya Rosse," sahut satpam, memberikan informasi seadanya.

"Panggilkan!" sahut Raka dari samping Calista, matanya menunjukkan kegigihan yang tidak terbendung.

Tidak lama, Nyonya Rosse muncul dengan gaun tidurnya yang mewah, raut wajahnya menunjukkan ketidakpuasan.

"Ada apa kalian ke sini, hah? Mengganggu waktu saya, tau tidak? Dasar brandalan tak berguna, pergi saja kau sana dari mansionku!" bentak Rosse Montgomery dengan suara meninggi, veining di lehernya menonjol karena marah.

"Tante, di mana Vanya? Anda terlibat dalam hilangnya Vanya, bukan?" ujar Calista dengan nada sinis, matanya menatap tajam ke arah Rosse, mencari kebenaran.

"Bocah, kau tau apa, pergi!" balas Rosse dengan nada tinggi, tangannya menunjuk ke arah gerbang mansion, isyarat agar mereka segera meninggalkan properti tersebut.

"Tante jangan jahat sama Vanya. Om Arka belum tau aja gimana sifat asli tante. Aku bersumpah kalau Vanya udah ketemu bakalan bawa tante ke penjara. Inget Hendra bukan? dia Papa ku tante, dia laki laki yang tante tipu ratusan juga." bisik Calista sambil terkekeh sinis.

Kedua mata Rosse langsung membulat tajam, ia ketakutan sekarang.

"JANGAN BOHONG KAMU! SAYA GAK ADA URUSAN SAMA HENDRA BAHKAN SAYA GAK KENAL DIA SAMA SEKALI!" jawabnya dengan teriakan keras.

"Katakan sekarang di mana Vanya tante, saya Raka pacarnya, saya khawatir sama Vanya." ujar Raka yang mulai kesal dengan wanita di depannya ini.

"Sudah saya katakan saya tidak tau kemana perginya anak sialan itu, kalian ini memang berandalan ya tak ada sopan santun nya datang kemari dengan begundalan begini." ujar Rosse.

Ia tak mau kalah dengan anak muda di depannya ini.

Raka langsung tersenyum miring, "Katakan sekarang tante, jangan buat saya marah. Atau akan saya acak-acak rumah ini beserta isinya. Hmm?"

"Kurang ajar! kau anak siapa hah beraninya mengancamku, bisa saja aku penjarakan kalian semua!" marah Rosse.

"Lalu kenapa? Laporkan saja aku tak takut tante. Dengan begitu semua akan lebih mudah, tante juga akan membusuk di penjara. Papa saya saksi dan korbannya." sahut Calista yang mencoba menantang.

"SATPAM USIR ANAK INI, MEREKA TAK BERGUNA SAMA SAMA SEKALI...!" teriak Rosse.

Ia langsung lari masuk ke dalam rumah.

BRAK!

Pintu itu ditutup dengan kencangnya, sungguh seluruh tubuhnya gemetar, "berengsek anak-anak itu, kenapa bisa anaknya Hendra tau semuanya. Aku harus hati-hati mulai sekarang. Jangan sampai kasus ku dan Hendra mencuat ke publik bisa-bisa aku langsung di ceraiin sama Mas Arka." ujarnya panjang lebar penuh ketakutan.

Angin malam yang dingin seolah menambah ketegangan di antara mereka.

Kekecewaan dan ketakutan terpancar dari mata Calista dan Raka, sementara Rosse hanya menunjukkan kemarahan dan kebencian.

Suasana menjadi semakin tegang, setiap detik terasa seperti jam, dan mansion Vanya yang megah itu, seolah menjadi saksi bisu atas konflik yang terjadi di depannya.

"Ayo pergi kalian semua dari sini!" ujar satpam itu.

Bukannya ada di pihak mereka, satpam itu malah ada di pihak Rosse.

"Sekarang gimana?" tanya Calista pada Raka.

"Vanya, kamu di mana sayang, jangan bikin aku khawatir." ujar Raka dengan raut wajah cemasnya.

"Jangan-jangan diculik orang lain bos?" ujar Leo.

"Gak mungkin Vanya kan jago boxing," sahut Galih.

"Ya terus di mana dia sekarang, gue gak bisa hidup tanpa Vanya. Bahkan gue udah tobat gak main cewek lain lagi. Yang gue mau sekarang hanya Vanya. Dari dulu sampai sekarang ga ada yang bisa gantiin Vanya dari hati gue." ujar Raka frustrasi.

"Meskipun selalu ditolak." celetuk Calista.

"Ya, meskipun selalu ditolak. tetap Vanya yang ada di dalam hati gue." jawab Raka dengan tegas.

Calista langsung tersenyum kecut.

Sungguh ia tak menyangka kalau semuanya akan seperti ini.

Galih pun langsung tersenyum miring saat melihat perubahan raut wajah Calista.

"Miris." ujar Leo di dalam hatinya.

"Gini banget ya rasanya kalau cinta bertepuk sebelah tangan." ujar Calista di dalam hatinya, sungguh hatinya sangat sakit rasanya.

1
Coffe. maniss
aku kasih penilaian nih biar authornya notic😭

KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
Coffe. maniss
ni cowok Mandang fisik banget ya!!!
Coffe. maniss
Dihh ngaju" si Reke
Coffe. maniss
sumpah yaa.... jadi cewek sebadassss ini si vanyaaa😭😭
Coffe. maniss
menyala Vanya...
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥
Coffe. maniss
Issss geram nya aku Ama nek lampir satu iniiii,
Coffe. maniss
mantap Vanya🔥🔥🔥
Styyyy.gen z
suka dn bgus jg... alur ceritanya y gk aneh" dn nggak menye"... tpi knpa bnyk bgt tokoh pria tampannya yh jdi ny kn Vanya bingung mau pilih yang mana ya wlpun ttp bara pemenangnya...😭☝🏼
Styyyy.gen z
Jujur ceritanya keren, nggak ngebosenin... tingkah vanya yang bar" sama bara yang posesif bacanya sambil senyum-senyum sendiri wkwk...u
Styyyy.gen z
oke bagus menarik alur ceritanya di setiap ceritanya juga sangat menghayati sampai saya 24 jam tidak mau berhenti membacanya kata-katanya pun tidak terlalu bagus sehingga mudah dimengerti
Styyyy.gen z
Cihuy bener gak usah di anggap deh orang begitu☝🏼
Styyyy.gen z
Woi😭😭😭😭🫵🏼
Styyyy.gen z
Tajem banget mulutnya... gilakkk
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️🍓
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️
Arin
🤣🤣🤣🤣🤣
Syriii.kzza
Behh emang yang begini harus di kasih tahu siapa yang berkuasa!!!!
Syriii.kzza
apa karna ini juga ya si Kael itu jomblo Mulu, karna kalo ada yang Deket sama dia musuhnya auto di mana-mana
Syriii.kzza
ini kayaknya si Kael punya masa lalu yang kelam deh? apa cuma aku yang mikir gitu???
Syriii.kzza
Thorr, thanks udah ngasih judul begitu, ini langsung ku skip kok😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!