Cinta Tulus Seorang CEO

Air mata nadine mengalir deras setelah dia menampar arthur, tangannya bergetar menahan marah.

"Anda bukan siapa-siapa, simpan saja uang anda untuk membayar wanita lain yang mau menuruti keinginan anda. Walaupun saya miskin tidak mempunyai apa apa, anda tidak bisa merendahkan saya seperti ini" ucapan nadine terasa pilu.

Arthur tersadar atas ucapannya yang tak sopan kepada nadine, amarah menguasainya hingga kalimat demi kalimat tak terkendali keluar dari mulutnya.

Nadine berdiri dari posisinya dan hendak melangkah keluar. Baru saja hendak membuka pintu arthur menarik tangan nadine, sesaat mereka saling tatap dan diam. Tanpa disangka arthur memeluk nadine. Dia memeluk tubuh kecil nadine dengan posesif seolah takut kehilangan.

Nadine yang kaget akan perbuatan arthur tidak membalas pelukannya tapi juga tidak menolak pelukan itu.

Arthur melonggarkan pelukannya dan menatap nadine, tangannya masih menggenggam kedua bahu nadine.

Jadikan aku bagian dari kalian, izinkan aku jadi seseorang yang berhak atas kamu dan anakmu..

Nadine tersentak dengan ucapan arthur, dia tak menyangka si dokter aneh berwajah datar yang selalu memaksakan kehendaknya ini akan mengutarakan suatu kalimat semanis itu.

"A...anda jangan bercanda, sudahlah lepaskan saya, saya mau menyelesaikan tugas saya" nadine memilih tidak melanjutkan syuting drama korea itu"😂.

"Aku tidak bercanda, aku serius" arthur tak mau kalah. Dia memohon kepada nadine dengan tatapan dalam.

"Anda tidak mengetahui siapa saya, bagaimana buruknya masa lalu saya, sebaiknya jangan mencari masalah dengan masuk ke kehidupan saya, anda akan menyesal nanti" tegas nadine.

"Saya ini hanya wanita kotor, tidak pantas untuk menjadi bagian dari anda, tolong jangan memperdalam perasaan anda, jika memang saya dan putra saya mengganggu anda, saya bersedia untuk pindah ke rumah sakit lain" tambah Nadine, kali ini diikuti dengan isakan tertahan.

Arthur panik mendengar ucapan nadine, dia tidak mengira apa yang diucapkan Nadine begitu menyedihkan. Nadine menganggap dirinya sangat kotor padahal itu jelas bukan kesalahannya, nadine menyalahkan dirinya sendiri atas perbuatan buruk yang arthur lakukan.

Arthur mengusap kasar wajahnya menahan air matanya yang hendak jatuh, dia merasakan sakit yang dirasakan nadine selama ini begitu dalam hingga membuat dia tidak berani untuk menatap masa depannya sendiri. Nadine ternyata sangat rapuh dibalik sikap tegarnya selama ini.

Nadine telah pergi keluar dari ruangan arthur. Arthur tak lagi berusaha mengejar, dia ingin memberikan waktu kepada wanita itu dulu sendirian.

.

.

.

Sementara itu di ruangannya, mark sudah memanggil kepala HRD yaitu Bu cindy untuk menjelaskan permasalahan sebenarnya. Mark menginterogasi Bu cindy apa yang sebenarnya terjadi hingga nadine bisa diterima bekerja di rumah sakit ini sebagai cleaning service.

Bu cindy menjelaskan kepada mark bahwa dia merasa kasihan kepada wanita itu, dia kesulitan keuangan karena tidak lagi bekerja di tempatnya yang lama, sementara putranya sedang dirawat dan membutuhkan biaya yang tak sedikit.

Bu cindy menawarkan kepada nadine untuk mengisi lowongan yang kosong yaitu menjadi cleaning service, nadine sama sekali tidak menolak, bahkan merasa senang akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan.

Mark tak mampu bereaksi apa apa mendengar penjelasan dari kepala HRD itu, jelas Bu cindy tak bersalah dalam hal ini. Niatnya murni menolong nadine yang sebatang kara.

"Baiklah, kembali ke ruanganmu, biar saya yang menjelaskan kepada bos arthur!" perintah mark.