NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Enam minggu telah berlalu sejak kebocoran besar itu mengguncang dunia. Dunia internasional dihebohkan oleh skandal tersebut. Yayasan amal Raline, yang selama ini dipuja-puja sebagai lambang kebaikan, telah ditutup secara permanen. Beberapa tokoh penting yang terlibat dalam kejahatan tersebut telah ditangkap, sementara yang lainnya berhasil melarikan diri, menghilang tanpa jejak. Nama Monica Ayu Rahma disebut-sebut di mana-mana, dipuji sebagai "penyintas yang berani membakar sistem dari dalam," seorang pahlawan yang telah mengungkap kebenaran. Namun, di balik sorotan media dan pujian yang membahana, kemenangan itu terasa hampa, terasa pahit. Rasa kehilangan yang mendalam masih menghantui hatinya.

Monica kini tinggal di sebuah flat kecil yang sederhana di Lisbon, Portugal, jauh dari hiruk-pikuk Jakarta. Identitasnya diproteksi ketat, wajahnya hanya ditampilkan di media dengan efek blur, demi keselamatannya. Ia bekerja dari balik layar, berkolaborasi dengan jaringan aktivis global, melanjutkan perjuangannya untuk membongkar kejahatan-kejahatan serupa di berbagai belahan dunia. Namun, setiap malam, mimpi buruk datang menghampiri, menghantuinya tanpa henti: kilasan tembakan, asap yang menyesakkan, dan suara Teddy yang mengucapkan kata-kata terakhirnya, suara yang masih bergema di telinganya.

Adrian, yang berhasil selamat dari penyerangan namun mengalami luka parah, masih dirawat di sebuah rumah sakit di Swiss. Livia, yang telah lama menjadi korban, kini menetap di sebuah pusat rehabilitasi trauma bersama korban-korban lain, perlahan belajar untuk menyebut dirinya bukan sebagai "alat" yang digunakan untuk kejahatan, tetapi sebagai manusia yang berhak untuk hidup normal dan bahagia.

Monica sendiri… hidupnya kini hanya berputar di antara satu email dan email lainnya, satu agenda dan agenda berikutnya. Ia seperti mesin yang terus bekerja tanpa henti, tanpa istirahat, tanpa waktu untuk berduka. Hingga suatu sore, sebuah paket kecil tiba di depan pintunya, sebuah paket yang membawanya kembali ke masa lalu, ke kenangan pahit yang tak pernah bisa ia lupakan.

Seorang kurir berdiri di depan pintunya, membawa sebuah paket kecil yang dibungkus dengan kertas cokelat lusuh dan sederhana. Tidak ada pengirim. Hanya tulisan tangan yang sederhana di atasnya:

“Untuk yang bertahan. – T.M.”

Tangan Monica gemetar hebat saat ia membuka paket tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah jam tangan kulit hitam—jam tangan yang selalu dikenakan Teddy, jam tangan yang menjadi saksi bisu dari perjuangan mereka. Noda darah masih terlihat di ujung tali jam tangan tersebut, sebuah pengingat akan pengorbanan yang telah dilakukan Teddy. Dan, di samping jam tangan itu, terdapat sebuah flashdisk kecil.

Monica memasukkan flashdisk tersebut ke laptop cadangannya. Isinya hanya satu folder: “Jalan Keluar.” Di dalamnya terdapat sebuah rekaman suara Teddy, suara yang lemah, parau karena luka, namun tetap tegas, penuh dengan tekad.

“Kalau kamu dengar ini, berarti kamu selamat. Dan… mungkin aku tidak. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, Mon. Tapi aku percaya kamu tahu apa yang harus dilakukan.”

“Kebenaran sudah keluar. Tapi sistem… tidak pernah benar-benar mati. Dia hanya berganti wajah. Akan datang wajah-wajah baru, lebih muda, lebih suci di permukaan, tapi sama busuk di dalam. Aku… menemukan sesuatu sebelum malam itu. Satu nama yang tak muncul di dokumen mana pun. Dia… dalang sebenarnya.”

“Namanya—”

Rekaman terputus di tengah kalimat, file-nya rusak. Monica menahan napas, mencoba memutar ulang rekaman tersebut, mencoba melakukan recovery data. Namun, semua usahanya sia-sia. Namun, sebuah file lain muncul secara otomatis: sebuah koordinat, lokasi GPS di suatu tempat di kawasan Asia Tenggara.

Monica menatap layar laptopnya, lalu menatap jam tangan Teddy yang masih tergenggam erat di tangannya. Air mata mulai membasahi pipinya.

“Kalau kau masih di luar sana, aku akan menemukanmu,” bisiknya lirih, suaranya bergetar karena emosi yang bercampur aduk, "Kalau tidak… aku akan teruskan perangmu."

Di tempat lain, di lorong sempit sebuah rumah sakit tua yang kumuh di Vietnam, seorang pria bertudung berjalan menyusuri koridor yang gelap dan sunyi. Salah satu perawat menyapanya, menyebut nama palsu, namun pria itu hanya tersenyum tipis dan menyodorkan sebuah jam tangan kulit hitam yang identik—kembar dari jam tangan yang dimiliki Monica.

Di balik masker wajahnya, luka lama masih terlihat jelas, belum sembuh sepenuhnya. Namun, di balik topeng tersebut, di balik tatapannya yang dingin, ada sesuatu yang masih menyala, sebuah bara api yang tak pernah padam. Sebuah tekad yang tak tergoyahkan.

Teddy belum mati. Perjuangannya belum berakhir.

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!