NovelToon NovelToon
KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

KIN, DENDAM HARUS TERBALASKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Misteri / Horror Thriller-Horror / Hantu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Tsaniova

Melati dan Kemuning tak pernah melakukan kesalahan, tapi kenapa mereka yang harus menanggung karma perbuatan dari orang tuanya?

Sampai kapan dan bagaimana cara mereka lepas dari kutukan yang pernah Kin ucapkan?


Assalamualaikum, cerita ini murni karangan author, nama, tempat dan kejadian semua hanya kebetulan semata. Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Demi Cinta, Seno Menikahi Melati, Menjemput Mimpi Buruknya

Plak! Seno mendapatkan hadiah tamparan dari sang ayah yang menentang pernikahan itu.

"Umurmu berapa? Apa kamu bisa menafkahi anak orang? Enteng banget kamu ngomong nikah!" sergahnya.

Seno tak segera menjawab, dia masih mengusap pipinya yang terasa panas.

"Apalagi perempuan itu Melati, kaya nggak ada perempuan lain aja!" bentak ayahnya lagi.

"Seno, kamu tau sendiri kalau Melati dan adiknya itu pembawa sial, kakek dan nenek mereka saja nggak mau menerimanya, kok, kamu nekat!" tutur ibu Seno.

"Udah terlambat, Pak, Bu. Seno udah ngehamilin dia, nggak ada pilihan lain selain tanggungjawab."

Plak! Tamparan kedua mendarat di pipi Seno.

“Apa?!” Ayahnya melotot makin besar, nadanya setengah teriak. “Kamu pikir ini lelucon?!”

Ibu Seno terperangah, tangannya menutup mulut. “Astaghfirullah, Seno! Kamu sadar nggak apa yang kamu omongin barusan?”

Seno berdiri tegak, matanya menantang. “Sadar. Dan aku siap tanggung jawab.”

Ayahnya menghela napas keras, suaranya bergetar antara marah dan kecewa. “Dasar anak kurang ajar, kamu nggak tahu apa yang sudah kamu buat."

Ibu Seno hanya bisa memalingkan wajah, tak sanggup menatap anaknya. Tubuh wanita kurus itu akhirnya ambruk, tak sanggup menerima Melati menjadi bagian keluarga.

Mereka segera menolong Ibu Seno, membawa masuk ke dalam, tapi ia enggan menatap anaknya. Air matanya jatuh, penuh kekecewaan.

“Belum nikah aja kamu udah kebawa sial, ini malah mau jadi suaminya,” isaknya.

“Biarkan, Bu. Kalau dia tetap nikahi Melati, anggap saja dia bukan anak kita lagi!” tegas Ayah Seno.

"Pak, Bapak tega sama Seno?" tanya Seno.

"Silahkan, pilih Melati atau kami?"

"Pak, Bapak tega sama Seno?" tanya Seno.

"Silahkan, pilih Melati atau kami?"

Seno terdiam, dia sendiri sudah jatuh cinta pada gadis menyedihkan itu, tapi juga tak ingin memilih seperti ini.

"Nggak bisa milih? Sini, bapak pilihkan, kamu putuskan hubunganmu sama dia, terus pergi merantau yang jauh!" kata ayah Seno.

"Seno nggak bisa jauh dari Melati, Pak, Bu. Seno juga udah menggaulinya, Seno mau bertanggungjawab," jawab Seno yang kemudian masuk ke kamar untuk mengambil pakaiannya, dia benar-benar memilih pergi dari rumahnya, dia yakin bisa bertahan hidup tanpa bantuan orang tua.

"Anak nggak tau diuntung! Disekolahin malah jadi bajingan!" Ayah Seno menggebrak meja, kesal anaknya benar-benar sangat sulit diatur.

Tanpa menoleh, Seno melewati ruang tamu. “Maafin Seno, Bu,” ucapnya singkat, lalu berjalan keluar dari rumah.

“Pergi sana! Jangan pernah bawa nama keluarga ini lagi!” teriak ayahnya.

Langkah Seno mantap, meski di dalam dadanya, gelombang ragu masih bergejolak. Namun satu yang pasti, dia sudah memilih Melati meski harus kehilangan segalanya.

"Mel, aku harap kamu menerimaku!" harap Seno dalam hati.

Tujuannya sekarang adalah rumah Melati, Melati yang sedang memetik sayuran hijau di samping rumahnya itu berbalik badan, dia memperhatikan Seno yang masih penuhi lumpur, dari lumpur itu basah sampai sekarang jadi kering.

"Mel, ayo nikah!" ajak Seno dan Melati menjawab dengan sebuah tawa.

Umur mereka masih terlalu muda, Seno delapan belas dan Melati tujuh belas, lalu kenapa mereka satu kelas? Karena Seno si begajulan itu pernah tinggal kelas alias tidak naik kelas.

"Aku serius, Mel," kata Seno, dia menatap datar Melati.

Melati terdiam, tawanya mulai hilang,

dia menatap Seno yang serius, tapi hatinya justru diliputi ragu.

“Seno, kita ini masih terlalu muda,” ucapnya pelan.

“Aku nggak peduli, Mel. Aku cuma nggak mau kamu diambil orang,” balas Seno mantap.

"Karena setelah hari itu di toilet, kamu udah jadi milikku!" sambung Seno dan Melati tersenyum tipis.

Apakah Melati harus menerima Seno karena gadis itu merasa tak pantas untuk pria lain?

Sekilas, nama Arman hadir di kepalanya.

Pria yang sempat mengisi hatinya, tapi pergi tanpa pamit.

Melati menarik nafas panjang, menatap Seno yang menunggu jawaban.

Hatinya bimbang, antara menerima karena cinta atau karena merasa dirinya tak lagi pantas untuk siapa pun selain Seno.

Sekarang, Melati mengajak Seno untuk duduk lebih dulu di bangku teras, dia masuk ke dalam memanggil si mbok, ingin meminta pendapat wanita yang sudah seperti ibunya sendiri.

Sekarang, mereka berdua kembali ke teras dan saat itu di sana sudah ada Kemuning yang menemani.

Melihat kakaknya sudah kembali, Kemuning pun bangun, dia pergi ke kamarnya lagi.

Dari kursinya, Seno memperhatikan Kemuning yang sekarang hanya memiliki satu kaki. Terlebih lagi, dia masih terngiang-ngiang dengan apa yang Kemuning katakan tadi.

"Kamu akan mati!"

"Ya, bukannya semua orang akan mati?" tanya Seno dalam hati.

"Kenapa?" tanya Melati saat mendapati Seno seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kalau kamu berubah pikiran, aku nggak papa," celetuk Melati.

"Oh, biar aku masih muda, aku bukan pria plin-plan," jawab Seno.

Akhirnya, pernikahan sederhana mereka pun terlaksana di rumah Melati. Tak banyak yang datang karena sebagian mereka takut ketularan sial.

Pernikahan tanpa musik, tanpa pesta, hanya akad dan doa seadanya membuat tetangga dan mereka semua yang mendengar itu mulai bergosip.

Nama keluarga besar Seno pun tak luput dari perbincangan.

Seno tersenyum tipis melihat Melati kini sah jadi istrinya. Dengan riasan sederhana membuat Melati semakin terlihat cantik apa adanya. Melati menatap datar Seno.

"Kedepannya hidup kita nggak akan mudah, aku nggak nyangka kamu bakalan relakan hidupmu buat hidup menderita sama aku," kata Melati. Mereka berdua masih duduk di ruang tengah.

"Aku akan berusaha buat merubah hidup kita semua," jawab Seno.

Lalu, suara tawa Kemuning di belakang mereka membuat semua orang terdiam, sebab tidak ada yang lucu dari ucapan Melati dan Seno.

"Kenapa, kamu pernah bilang adik aku Idiot, kan? Karena sikapnya yang seperti ini?" tanya Melati dan Seno menggeleng, dia sedikit takut pada Kemuning, pada ucapan dan tatapan matanya.

Kemuning yang berdiri di ambang pintu, menatap mereka tanpa senyum.

"Tunggu saja." ucapnya pelan, tapi cukup membuat semua orang bertanya-tanya maksud dari ucapannya.

Kemuning kembali ke kamar, membuka bukunya dan mulai menulis pelan.

"Aku sudah peringatkan, tapi dia tak mendengar."

Tiba-tiba, dia menoleh ke sudut kamar yang kosong.

"Iya, Mas. Aku tau," bisiknya, seolah sedang menjawab seseorang yang mengajaknya bicara

"Benar kata Mas, hidup di dunia ini nggak adil," sambungnya, Kemuning kembali fokus ke bukunya, entah apa yang dia tulis di sana.

Kemuning mengernyit, tangannya melepas pulpen yang sedari tadi ia genggam. Pandangannya kembali terarah ke sudut kamar.

"Pergi? Pergi ke mana, Mas?" bisiknya.

Sejenak hening, lalu matanya menyipit, seolah mendengar jawaban yang sulit dia pahami.

"Ketemu Ibu? Mas yakin?" tanyanya pelan.

Tiba-tiba, suara engsel pintu berderit. Melati muncul sambil mendorong daun pintu, masuk begitu saja. Karena sudah menikah dengan Seno, kini mereka menempati kamar bekas orang tua mereka, sehingga harus kembali ke kamar lamanya hanya untuk mengambil barang yang tertinggal.

"Udah malam, Dek. Sebaiknya kamu tidur," ucap Melati sambil membuka pintu lemari.

"Iya, Mbak, nanti, sebentar lagi," jawab Kemuning, bibirnya mengukir senyum manis.

Melati menoleh, memperhatikan adiknya itu. Ada rona bahagia di wajah Kemuning, tapi Melati tak tahu apa yang membuatnya begitu. Apakah senyum itu untuk “Si Mas” yang selama ini mengisi ruang kosong di hatinya?

Kita temukan jawabannya yang hanya ada di episode selanjutnya, ya. 😇

1
Rhina sri
kasian melati yg jadi karma dari bapaknya
Rhina sri
apa yg dilu drajat lakukan sm kinan kena sm melati🥺
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
Rhina sri
kesalahan drajat di masa lalu membuat anak anaknya gk tenang di hantui dgn dendam
Queen Alma: Semoga ada cara buat Melati sama Kemuning lepas dari kutukan Kin
total 1 replies
Rhina sri
walau si drajat udah meninggal kinan masih bls dendam tuk meneror anaknya
Queen Alma: Sakit hatinya masih belum reda ka 🥺🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya aku suka
Queen Alma: Terimakasih 😍🥰🥰
total 1 replies
Rhina sri
kin harus balas dendam lagi gk seru dong kalo harus di musnahkan sm dukun😂
Queen Alma: kutukan itu bakal tetep ada walau Kin udah nggak ada, udh jadi karma turun temurun 😩🥺
total 1 replies
Rhina sri
makin seru ceritanya.. buka ajah kalung jimatnya biar kin yg ngejar ngejar si drajat
Rhina sri
astagfiruloh tega banget semua org.. udah saatnya kinan balas dendam
Rhina sri
kasian kinan hamil dari laki laki bejat😭
Queen Alma: 🥺🥺🥺🥺🥺
sedih bgt yaaa
total 1 replies
ㅤㅤ
kasihan karsih, tega baget si drajat..
Queen Alma: bukan manusia emang si Drajat 😌
total 1 replies
ㅤㅤ
kin blum musnah kan, biar bsa balas dendam lgi.. 🤭
Queen Alma: heheee belum ko,
total 1 replies
ㅤㅤ
tadi prasaan hamil muda kok udh mau lahiran thor..
Queen Alma: kayanya dipersingkat deh 🤭✌
total 1 replies
ㅤㅤ
tega banget orang² kampung, kasihan Kin dan emak.ny.. 😢
Queen Alma: 🤧🤧🤧🤧🤧🤧
total 1 replies
ㅤㅤ
jahat banget si Drajat, mana memanfaatkan anak kecil lagi..😒
Queen Alma: jelmaan dia mah bukan manusia 😌😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!