NovelToon NovelToon
Kisah Pengalaman Horor

Kisah Pengalaman Horor

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: butet shakirah

cerita ini adalah kumpulan kisah nyata yang di ambil dari pengalaman horor yang dia alami langsung oleh para narasumber


-"Based On truth stories"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butet shakirah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hah? Kok kakak ada disitu?

Sore itu langit tampak temaram, awan menggantung berat di atas rumah kecil di pinggir jalan. Satu per satu anggota keluarga Riri pulang.  Ayah, Ibu, Ami (kakak tertua), Riri (mahasiswi), dan Ari (siswa SMA) berkumpul di rumah mereka yang sederhana namun hangat.  Aroma masakan Ibu memenuhi ruangan, menandakan akan ada makan malam keluarga.  Namun, suasana haru mulai terasa.  Ami, yang biasanya ceria, tampak lesu.  Ia langsung masuk kamar setelah pulang kerja tanpa banyak bicara.

Saat makan malam tiba, ketika ibu sedang persiapkan makanan dia melihat semua anggota keluarganya sudah berkumpul namun ia menyadari ketidakhadiran Ami di meja makan.

“Ami kok belum ke meja makan? Katanya udah pulang kerja.” Ucap Ibu Sambil celingak celinguk mencari keberadaan anak tertuanya. Lanjutnya, “Riri, panggil kakakmu, Ami.  Kenapa dia belum makan kesini?”

“Ya Bu, aku panggil dulu.” Balas Riri langsung bergegas meninggalkan meja makan untuk memanggil kakaknya.

Riri pun melangkah menuju kamar kakaknya dan sesampai di sana ia mengetuk pintu kamar Ami.  Tidak ada jawaban, sunyi dan senyap tidak ada tanda – tanda kehidupan yang berada didalamnya.  Ia tanpa pikir panjang langsung membuka pintu kamar kakaknya. Kamar gelap gulita.  Riri menyalakan lampu.  Ia melihat Ami terbaring di tempat tidur, tampak lelah.

“Kak, makan malam, yuk!” ajak Riri dengan lembut.

Namun tidak ada jawaban dari kakaknya.

“kak....?” ajaknya lagi dengan pelan

“Nanti aja, Ri.  Kakak pusing banget, mau istirahat dulu.  Kalau lapar, ambil sendiri di dapur ya.” Lirih suara Ami dengan pelan dan lemas sambil tersenyum.

Riri kembali ke meja makan, menyampaikan pesan Ami.  Makan malam berlangsung dalam keheningan.  Kegelisahan mulai menyelimuti hati Riri dan anehnya ia merasa khawatir tidak karuan.

Waktu berlalu. Rumah tenggelam akan kesunyian dalam istirahat. Hal ini seperti malam yang tak biasa pada hari lainnya. Malam yang sangat berat , sunyi dan sepi serta hawa rumah seakan – akan memberikan pertanda akan ada berita yang berat untuk didengarkan. Riri semakin gelisah tanpa sebab dan namun itu semua ditepisnya.  Ia tetap melanjutkan tidurnya tanpa tahu apa yang akan terjadi di hari esoknya.

Keesokan harinya, Ibu membangunkan anak-anaknya.  Ia mengetuk pintu kamar Ami, namun tak ada sahutan.

Tok..! Tok..! Tok...! (ketukan pelan di pintu)

“Ami... Nak? Bangun, sudah pagi.”Ucap Ibu sambil mengetuk pintu kamar Ami dengan pelan.

Sampai ketiga kalinya, karna tidak ada jawaban dari dalam kamar Ami. Ia membuka pintu dengan perlahan...tak terkunci. Ibu mendekat ke arah Ami yang terbaring diatas ranjang. Ketika tangan menyentuh lengan Ami.

Degh......  Tubuhnya dingin. Ami terbaring kaku dengan posisi yang sama terakhir kali si Riri melihatnya terakhir kali.

“A-Ami...? (menjerit histeris) Ami bangun, Nak! Ami!  Anakku…  kenapa kamu…?!” teriak Ibu dengan kencang sambil menggoncangkan tubuh Ami.

Jeritan Ibu menggema di rumah.  Ayah, Riri, dan Ari berlarian ke kamar Ami.  Ayah memeriksa nadi dan napas Ami.  Ia terdiam, wajahnya pucat pasi.

 “Ada apa?!”tanya ayah yang kebingungan .

“(Suara bergetar)  Ami…  sudah tiada…”lirih ibu yang sudah duduk terpaku di lantai dengan wajah yang syok sambil air mata membasahi pipinya.

Ayah segera memeriksa, lemas, terhuyung, jatuh duduk di lantai. Tangisan Ibu pecah kembali. Begitu juga Riri dan Ari yang ikut menangis melihat kakaknya sudah tiada. Terlebih lagi Riri adalah orang yang terakhir melihat kakaknya malam itu dan membuat dia terpukul sedih menusuk hatinya. Riri terduduk lemas di lantai, memeluk lututnya.  Suaranya terbata-bata, diselingi isakan. Apalagi iya tidak menyangka kakaknya tiba – tiba pergi meninggalkan mereka.

“Kak… Kak Ami…  beneran…  udah nggak ada…?  (Isakan)  Kok bisa…  tadi malam dia Cuma sakit kepala…  (Menangis semakin keras)  Aku…  aku belum sempat…  pamitan…” teriakan pilu dari Riri sambil memeluk lututnya.

Tidak lama kemudian, tetangga langsung berdatangan dan membantu mengurus jenazah Ami.  Berita kematian Ami menyebar cepat.  Ami meninggal dunia di kamarnya, diperkirakan meninggal malam sebelumnya. Tidak hanya tetangga yang datang berhamburan, namun berita itu sampai ke telinga keluarga Ami yang lain. Sehingga mereka datang untuk ikut serta prosesi jenazah Ami dan tahlilan pada malam hari. Begitu juga Riri sibuk membantu Ibu menyiapkan keperluan pemakaman.  Ia terlihat tegar, namun matanya sembab dan sesekali ia menyeka air matanya

“Ri, kamu istirahat dulu, Nak.  Kamu sudah lelah.” Ajak ibu lembut sambil memperhatikan keadaan putrinya yang kacau.

“Nggak apa-apa, Bu. (Suara pelan)   Aku harus bantu Ibu.  (Sejenak terdiam, lalu melanjutkan dengan suara sedikit lebih keras)  Aku nggak mau ada yang kurang…  aku nggak mau Kak Ami…  nggak nyaman di sana…”balas Riri dengan tegas yang dimana air matanya tetap mengalir begitu saja di pipinya yang sudah mulai memerah.

Prosesi berlangsung hening. Jenazah dishalatkan, dikafani, dibawa menuju tanah peristirahatan terakhir. Saat di liang lahat...

 “Allahu Akbar… Nak, dengarkan azan dari ayahmu…”ucap Ayahnya dalam tangis piluhnya dengan kerutan wajah tuanya terlihat sedih melihat wajah anaknya untuk terakhir kali sebelum ditutup tanah.

Tanah menutup perlahan. Kelopak bunga bertebaran. Kepergian Ami menggores luka dalam, yang seolah tak akan sembuh.

Setelah pemakaman, tahlilan diadakan di rumah Riri.  Suasana duka masih sangat terasa.  Setelah acara tahlilan, Riri meminta orang tuanya beristirahat.

“Bu, Pak... tidur aja dulu. Kalian pasti capek banget.” Ajak Riri dengan lembut dan pelan untuk kedua orang tuanya yang tampak kelihatan kecapean serta lemas.

“baiklah, Ri. Kami langsung ke kamar. Kamu juga jangan lupa istirahat, yah. Ari bantu kakakmu bereskan semua, ya.” Balas Ayahnya Riri beranjak pergi menuju ke kamar sambil memapah istrinya.

“Iya, pak. Nanti kami istirahat setelah merapikan semuanya. Iya kan, Ari?” ucap Riri meyakinkan bapaknya

“iya, pak betul kata kak Riri” seru Ari dari kejauhan sambil merapikan bungkusan air minum di atas karpet.

Bapak nya tersenyum dan langsung membalikan badannya menuju pintu kamar. Sedangkan Riri dan Ari serta beberapa keluarga lain ikut membantu merapikan semua yang ada di sana sisa tahlilan tersebut. Setelah selesai mereka semua kembali ke kamar yang sudah disiapkan untuk beristirahat.

Larut malam yang sunyi dan sepi, saat semua tertidur, Riri gelisah dan belum bisa tidur.Tiba-tiba...  Riri mendengar suara-suara dari dapur.  Suara-suara seperti orang sedang memasak.

Suara panci... sendok... kompor menyala.

“Siapa malam-malam begini masak di dapur...? (Berbisik) Siapa itu…?” kata Riri dalam hatinya dengan raut wajah yang begitu gelisah dan hatinya masih kacau. Tetapi ia abaikan. Ia langsung mencoba kembali tidur, namun rasa penasaran mengganggunya.

Keesokan harinya, Riri bertanya satu persatu ke orang yang ada di rumahnya. Namun jawabannya tidak ada yang masak pada waktu dini hari apalagi mereka semua kecapean sehingga langsung tertidur. Ia langsung pergi ke kamar orang tuanya dan bertanya kepada Ibunya.

1
butet shakirah
mohon dukungannya dan Terima kasih readers
Siti Nurhalimah
👻😱so creepy
saijou
Jelasin dong!
butet shakirah: jelasin bagian part apa kak?
total 1 replies
Anonymous
lanjutkan thor penasaran cerita asli lainnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!