NovelToon NovelToon
Suamiku Dokter Sultan

Suamiku Dokter Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Yang sudah baca novelku sebelumnya, ini kelanjutan cerita Brayn dan Alina.

Setelah menikah, Brayn baru mengetahui kalau ternyata Alina menderita sebuah penyakit yang cukup serius dan mengancam jiwa.

Akankah mereka mampu melewati ujian berat itu?

Yuk baca kelanjutan ceritanya 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

"Oke." Brayn mengangguk. "Kita bicarakan nanti di rumah saja, ya," balasnya masih tenang. "Aku akan jemput kamu di jam pulang nanti. Kita bicara baik-baik di rumah."

Tetapi, kelembutan Brayn itu malah membuat Alina memasang ekspresi kesal.

"Memang kenapa kalau aku kerja di sini? Aku suka pekerjaanku. Kalau mau wanita yang kerjaannya bagus kenapa tidak memilih Dokter Siska? Dia cantik, masa depannya bagus, dia wanita baik yang menutup aurat," pungkas Alina.

Brayn menarik napas dalam, meskipun kalimat Alina terkesan galak. Namun, ia tahu seperti apa istrinya itu.

Setiap ucapan Alina malah ia balas dengan senyum gemas.

"Ya sudah, Sayang."

"Jangan panggil sayang, tidak cocok!"

Brayn tertawa pelan. "Ya sudah, Khumairah, Sayang." Ia membelai puncak kepala sang istri, lalu berpamitan dan segera melangkah.

Sementara Alina memandang punggung suaminya dengan mata yang mengembun.

"Kenapa kamu sebaik ini padaku? Apa aku akan sanggup?"

Ia terdiam sejenak, lalu mulai kembali bekerja.

"Suami kamu sudah pulang?" tanya sang atasan menghampiri Alina.

"Sudah, Mbak Mel."

"Ya sudah. Tolong barang yang di sana sekalian kamu pindahkan juga, kita harus kirim sore ini, takut yang pesan komplain, soalnya yang pesan bukan orang sembarangan. Hati-hati jangan sampai rusak! Ada orang gudang yang akan bantu kamu."

"Tapi, itu bukan tugas saya kan, Mbak?"

"Anggap itu sebagai teguran untuk kamu karena seenaknya memanfaatkan waktu kerja. Sudah datang telat, banyak protes lagi."

Alina pasrah. Toh hanya beberapa kotak.

"Baik, Mbak. Saya kerjakan sekarang." Ia mulai memindahkan barang satu persatu bersama beberapa staf gudang yang baru saja datang.

Sementara Brayn berjalan santai sambil memainkan ponsel.

Baru akan keluar dari gudang, tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh disusul dengan suara pecahan kaca.

Mendengar itu, sontak ia berlari masuk. Khawatir jika sesuatu terjadi terhadap Alina.

Benar saja, saat tiba di dalam Alina tampak terduduk di lantai dengan pecahan kaca yang berhamburan.

"Alina!" pekik Brayn mendekat, memeriksa tubuh istrinya yang tampak lemah. Wajah Alina pucat, tubuhnya dingin dan bekeringat. "Kamu kenapa?" Ia menepuk pipi berulang-ulang.

"Aku tidak aра-ара. Kakinya kesandung," sahutnya lirih.

Di sudut sana sang atasan tampak mendekat dan memeriksa benda yang dijatuhkan Alina. Semuanya pecah membuatnya benar-benar geram.

"Alina, kamu memang kerjanya tidak pernah beres. Padahal saya kan sudah bilang hati-hati sama barang-barang mahal ini. Kalau sudah begini siapa yang harus ganti rugi. Memangnya kamu sanggup ganti semua kerugian?"

Brayn hendak menyahut, namun ditahan Alina. Ia menatap suaminya dengan wajah memelas sambil menggeleng.

Terpaksa Brayn menahan diri dan memilih fokus pada kondisi istrinya.

Tentang kerugian, ia bisa menghubungi bawahan papanya untuk menyelesaikan masalah ini.

Yang penting sekarang ia harus membawa istrinya pergi dari tempat ini.

"Kita pulang saja, ya. Aku tidak suka dengar kamu dibentak begini." Andai tidak ditahan Alina, Brayn pasti sudah menegur atasan istrinya itu.

Alina hanya mengangguk. Namun, sekeliling mulai gelap dalam pandangannya. Hanya hembusan udara yang ia rasakan, berikut suara orang-orang di sekitar.

Tubuh yang lemas tak bertenaga membuatnya benar-benar tak berdaya. Hingga akhirnya, perlahan ia terpejam.

Tubuh lemahnya bersandar di dada suaminya.

"Alina ...! Alina!" panggil Brayn menepuk pipi.

Salah seorang karyawan sigap memintanya membawa Alina ke sofa.

Di sana Brayn membaringkan Alina dan memeriksa kondisinya.

Pikiran lelaki itu mulai dipenuhi pertanyaan tentang ada apa dengan istrinya.

Setidaknya sudah dua hari ini ia mendapati Alina pingsan.

Pertama saat ijab dan sekarang di gudang supermarket. Apakah hanya lelah atau ada sesuatu yang lain.

Di tengah kepanikan, deringan ponsel mengalihkan perhatian Brayn. Nama papa tertera di layar membuatnya segera menjawab.

"Papa...."

"Kamu di mana, Nak?" tanya Pak Vino.

"Aku di supermarket tempat Alina kerja, Pa. Alina pingsan!" jawab Brayn tanpa basa-basi.

"Astaghfirullah. Pingsan kenapa?" Pak Vino ikut panik.

Tentu ia terkejut mendengar informasi itu. Dan apa tadi? Alina bekerja di supermarket?

"Sepertinya kelelahan, Pa. Aku sedang berusaha bangunkan."

"Kamu bilang Alina kerja di supermarket? Supermarket mana?"

"Diamond Mart, Pa. Aku juga baru tahu dari Ibu tadi pagi. Alina pingsan di gudang barang."

"Ya Allah. Cepat bawa ke rumah sakit!"

"Tenang, Pa. Sepertinya Alina hanya kelelahan. Biar aku periksa dulu, kalau memang perlu, baru aku bawa ke rumah sakit."

Panggilan berakhir setelahnya. Brayn masih berusaha membangunkan Alina. Namun, tak ada respon apapun dari wanita itu.

Sementara Pak Vino merasa khawatir setelah mendengar kabar tentang Alina. Tanpa pikir panjang ia langsung menuju tempat tersebut.

Kebetulan lokasinya berada tidak begitu jauh dari tempat yang disebut Brayn. Tak sampai lima menit, ia sudah tiba dengan ditemani Mirza yang merupakan sekretarisnya.

Begitu tiba, Pak Vino langsung disambut oleh sang supervisor.

Wanita yang semula galak itu berubah ramah saat tahu siapa yang sedang mendatangi tempat mereka.

Tentu saja, sebab Pak Vino Hadiwijaya adalah pemesan barang yang akan mereka kirim sore ini.

"Maaf, Pak. Kami akan mengirim barangnya sore ini. Tapi... karena kelalaian salah satu karyawan kami, beberapa barang rusak dan harus dipesan ulang."

"Maaf, Pak Vino kemari bukan untuk menanyakan tentang barang pesanan kami, tapi untuk melihat karyawan yang pingsan."

"Oh ... maksudnya ... Alina?"

"Benar, Mbak," jawab Mirza. Mengiringi langkah sang bos.

Dahi wanita itu berkerut tipis. "Memangnya ada apa ya, Pak? Apa ada kesalahan lain yang dilakukan oleh karyawan kami? Kalau ada maka saya akan melakukan teguran keras. Kalau memang fatal, maka kami akan memutus kerjasama dengan karyawan tersebut."

Mirza menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap sang bos.

"Bukan itu. Kebetulan Mbak Alina adalah menantu Pak Vino. Kami menerima informasi bahwa beliau pingsan di gudang beberapa menit lalu."

"Apa? Menantu?" Mendadak wajah wanita itu terlihat memucat.

************

************

1
Nining Sariningsih
ngakak thorrrrrrrr,,,,,,🤣🤣🤣
Maulida Maulida
seru bgt
Maulida Maulida
sedih banget part ini😭 suka bgt cerita nya thor
Yasmin Natasya
up dong thor...
Endang 💖
pasti itu akal2n Siska tu hasilnya
DozkyCrazy
dasar siskamling
Endang 💖
jahat juga rupanya si Siska itu

up lagi thor
DozkyCrazy
pasti si siskamling
DozkyCrazy
syukaaa sama cerita author 😘
DozkyCrazy
Alhamdulillah
ovi eliani
Ya Allah semoga benar cuma anemia aja, tidak ada penyakit yg lain, cepat sembuh ya pengantin baru sehat 2, ya, semangat thor
Yasmin Natasya
lanjut Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!