Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Sofia!!!!" Alin berteriak sambil masuk ke dalam rumah Sofia.
Sementara yang diteriaki langsung menutup telinganya. Walaupun Sofia berada di ruang keluarga, tapi suara Alin menggema di seluruh sudut rumah.
"Berisik Alin!" teriak Sofia.
Alin berlari menghamburkan pelukan kepada sahabatnya itu.
"Lo udah sehat?" tanya Alin.
"Emangnya gue pernah sehat?" balas Sofia dengan wajah tengil.
"Kalau otak lo sih nggak pernah sehat. Udah miring sih jadi nggak heran kalau kejiwaan lo ada masalah" kelakar Alin tertawa terbahak-bahak.
Sofia menoyor kepala Alin karena kesal atas perkataan sahabatnya itu, "Sahabat nggak ada akhlak," balas Sofia dengan nada jengkel.
"Jadi nggak kita ke butik?" tanya Alin.
"Jadi dong" kata Sofia.
"Lo beneran mau hadir di pesta DC Models? Emang kaki lo udah baikan? Inget ya lo nggak boleh pake heels dulu, Fi" tutur Alin dengan nada memperingati.
"Gue yakin. Bukannya nggak boleh pakai heels, tapi jangan pakai yang terlalu tinggi. Gue nggak enak sama Yopi, kalau gue nggak dateng. Toh, gue juga udah telepon Sebastian Gunawan kalau hari ini gue bakal dateng ke butik dia" kata Sofia.
"By the way siomay batagor, ke mana bodyguard ganteng lo? Kok dia nggak kelihatan? Lo umpetin ya?" ujar Alin.
"Sialan lo. Ngapain gue umpetin. Emang dia harta karun diumpetin" tandas Sofia.
"Ih gue serius, Sofia" tegas Alin.
"Dia tadi pamit, katanya ada urusan di kantor Herm's Group. Udah dua hari ini sih dia ke kantor itu terus" jelas Sofia.
"Masa? Coba deh gue telpon Okka. Tanya, emang bener Danar ada di kantor Herm's Group" ucap Alin mengambil HP miliknya di dalam tas.
Alin hendak mencari nomor telepon Okka, namun tiba-tiba Sofia memegang tangan Alin dan menatap dia dengan tatapan dalam. Seakan-akan Sofia siap memutilasi Alin.
"Apa?" tanya Alin.
"Sejak kapan lo jadi akrab sama Okka hah?" balas Sofia dengan nada curiga.
"Hah? Gue? Nggak kok" jawab Alin dengan wajah serba salah. Dia pun menjadi gugup. Apalagi tatapan Sofia yang semakin tajam terhadapnya.
"Jadi pergi nggak?" elak Alin mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya" jawab Sofia judes dan memalingkan wajahnya dari Alin.
Sebenarnya Sofia merasa curiga dengan Alin. Tapi jika Alin belum ingin bercerita, maka Sofia tidak akan memaksanya. Mereka berdua pun siap untuk pergi ke butik. Mereka pergi menggunakan mobil milik Alin.
Setelah menempuh perjalanan satu jam, akhirnya mereka berdua sampai di butik Sebastian Gunawan. Keduanya masuk ke dalam butik dan langsung disambut dengan ramah oleh pegawai di sana. Mereka diantar ke lantai dua untuk bertemu dengan snaga designer kondang itu.
"Selamat datang Sofia!" sapa Sebastian begitu ramah dan langsung memeluk Sofia.
Sofia adalah salah satu model kesayangan Sebastian. Dia sering menjadi model untuk pagelaran fashion show Sebastian di beberapa negara. Dan Sofia selalu menjadi model utama yang memakai rancangan terbaik dan memiliki waktu tampil terlama.
"Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya?" ujar Sebastian.
"Terakhir kali kita ketemu, di Paris tahun lalu kan?" kata Sofia.
"Ya betul sekali" balas Sebastian mengingat-ngingat lagi pertemuan keduanya di Paris. Saat Paris Fashion Week. Saat itu Sofia begitu cantik mengenakan gaun berwarna perak bertabur kristal swaroski.
"Apa gaun yang aku minta sudah disiapkan?" tanya Sofia.
"Tentu saja. Aku langsung menyiapkan beberapa gaun yang bisa kamu pilih. Semuanya adalah gaun terbaik dan pastinya cocok untuk kamu kenakan. Kamu akan menjadi bintang yang bersinar di acara itu" tandas Sebastian.
"Selain ahli dalam mendesign baju, anda sangat ahli dalam memuji juga" sela Alin terkekeh.
"Hahaha, kamu bisa saja. Aku juga menyiapkan dress untuk kamu, Lin" ujar Sebastian.
"Wow, terima kasih. Aku harap gaun yang kamu siapkan untukki tidak terlalu glamour" balas Alin.
"Sebaiknya kita lihat saja gaunnya" ajak Sebastian.
Dia mengajak Alin dan Sofia menuju salah satu ruangan khusus. Ruangan itu biasanya Sebastian gunakan untuk menunjukkan gaun yang sudah dia pilih untuk kliennya.
Ada enam patung manequin yang terpajang. Tiga patung yang dipakaikan evening gown yang mewah dan berkilau. Dan tiga lagi dipakaikan dress simple yang natural.
Kedua wanita itu menerjapkan mata mereka melihat pesona keenam gaun itu. Walaupun Sofia sering memakai gown mahal tapi dia bukan pengoleksi gown-gown mahal seperti itu.
"Pilihlah gaun yang kalian suka. Aku siapkan ini khusus untuk kalian berdua" ujar Sebastian.
"Thank you Sebastian. Kamu adalah designer favoritku" balas Sofia.
"Tapi ingat! Saat kamu menikah nanti, kamu harus membuat gaun pernikahan di sini" tandas Sebastian.
"Pasti!" tukas Sofia dengan senang hati.
*****
Tiga jam berlalu tak terasa. Sofia tak hanya feeting gaun yang akan dia kenakan besok malam. Tapi dia sedikit berbicang dengan Sebastian, gaun impiannya jika dia menikah nanti. Tentu saja Sebastian menyambut penuh suka cita keinginan model kesayangannya itu.
Tidak hanya itu, Sebastian juga membicarakan rencana fashion show tahun depan dan tentu saja Sofia sudah terpilih menjadi model peraga jauh-jauh hari.
Setelah meninggalkan butik Sebastian, Sofia meminta Alin untuk mampir ke mall. Dia ingin sekali menikmati waktu sore. Seharian di rumah membuat kepalanya pening.
"Lin, kita cari sepatu dulu ya. Gue kan nggak punya heels yang pendek" ujar Sofia.
"Iya gue paham. Koleksi heels lo kan setinggi Burj Khalifa" kelakar Alin.
"Mulut lo" balas Sofia hendak meramas mulut Alin sebelum akhirnya dia menghindar dan tertawa terbahak-bahak.
Mereka masuk ke store Dior. Menari sepatu yang Sofia ingin. Dan hanya butuh waktu 30 menit mereka pun menemukan sepatu yang pantas untuk Sofia. Karena merasa lapar, keduanya memutuskan untuk pergi ke food court. Mengisi perut yang sudah keroncongan.
Saat mereka menuju ke salah satu stand makanan. Keduanya melihat anak kecil yang sedang dimarahi oleh ibunya hingga menangis.
"Buset. Ibunya galak banget. Itu anak udah nangis kejer masih aja dimarahin. Apa nggak malu dilihatin orang satu mall" gerutu Sofia.
"Nggak ada akhlak emang" sambung Alin ikut merasa gemas.
Mereka menghampiri ibu dan anak itu.
"Maaf bu permisi. Itu anaknya kalau udah nangis jangan dimarahin dong. Kasihan" ujar Sofia.
"Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan saya" balas ibu itu.
"Dih ngegas ibunya" lirih Alin.
"Ibu nggak malu dilihatin orang satu mall karena memarahi anak ibu sampai menangis?" tegur Sofia dengan tegas.
Entah sebuah kebetulan atau bagaimana. Disaat yang bersamaan Desi baru memasuki food court yang sama. Pandangan dia langsung tertuju pada keributan. Dia melihat Sofia sedang adu mulut dengan seorang ibu.
"Kamu itu tidak sopan, menasehati orang tua. Tahu apa kamu!" bentaknya pada Sofia dan tiba-tiba ibu itu mengangkat tangannya dan hendak menampar Sofia. Tapi dengan cepat Sofia menahan tangan ibu itu.
"Memang kenapa? Apa orang muda tidak boleh menasehati orang tua? Apa karena anda orang tua, jadinya anda merasa paling benar!" balas Sofia.
Ibu itu terdiam beberapa detik. Menatap anaknya dan Sofia bergantian.
"Bagaimana bisa Sofia membentak seorang ibu? Apa dia tidak pernah diajarkan sopan santun oleh orang tuanya. Berani sekali dia bersikap kasar pada ibu itu" gumam Desi dengan rasa tidak suka pada Sofia.
Karena moodnya menghilang, Desi memilih pergi dari food court itu. Kepala Desi semakin dipenuhi engan segala persepsi negatif tentang Sofia. Ditambah lagi dengan kejadian tadi.
Sofia melepaskan tangan ibu itu sebelum berkata, "Maaf bu, bukannya saya ikut campur. Tapi perlu anda tahu dengan dimarahi, anak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya atas dasar rasa takut, bukan karena menghargai. Ini bisa dikatakan tergolong seperti perilaku bully. Lama-kelamaan, anak yang sering dimarahi bisa mengalami depresi.
Di kemudian hari, anak bisa saja mencari pelampiasan untuk menuangkan luapan emosi negatifnya dengan merusak dirinya sendiri, misalnya menggunakan obat-obatan terlarang."
Ibu itu menundukkan kepala lalu berjongkok dan memeluk anaknya sambil berkata, "Maafin mamah ya sayang. Mamah salah," ucapnya pada anaknya.
Sofia pun tersenyum atas tindakan ibubitu yang menyadari kesalahannya. Tidak hanya itu, ibu itu meminta maaf kepada Sofia karena dia telah kasar kepadanya. Setelah masalah itu selesai, ibu itu justru mengajak Sofia dan Alin untuk makan bersama. Sofia sebenarnya ingin menolak. Tapi ibu itu memaksa dan akhirnya Sofia menurut saja. Toh anak kecil itu juga merengek memohon agar Sofia setuju.
"Gila, jiwa pengacara lo memang kental banget. Ternyata nggak sia-sia lo kuliah jauh-jauh ke Paris" bisik Alin.
"Ya iya dong. Siapa dulu? Sofia" ujar Sofia tersenyum bangga.