"Kamu mau pilih Daniel atau aku?"
"Jangan gila kak, kita ini saudara!"
Arjuna tersenyum tipis, seolah meremehkan apa yang dimaksud Siren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Campur aduk
Siren duduk di sebelah Arjuna dengan gelisah sementara tangannya dipegang erat oleh Arjuna seolah tidak ingin melepaskannya sedikit pun.
Siren merasa gelisah karena saat ini mungkin Samuel akan segera sampai, dia takut.
"Besok kita pulang mau?"
Siren tentu kaget, dia langsung menoleh kearah Arjuna.
"Pulang ke mami?"
Arjuna mengangguk pelan.
"Kayaknya terlalu lama aku bawa kamu, udah seminggu lebih kamu nggak masuk sekolah.... Aku minta maaf"
Arjuna mencium punggung tangan Siren, apa karena dasarnya dia gampang terenyuh jadi saat ini Siren malah merasa sedih karena di detik-detik penangkapannya Arjuna malah bersikap baik.
"Mau? Janji habis ini aku gak akan sakiti kamu lagi, tapi malam ini aku mau tidur bareng sama kamu"
Siren tersenyum kaku.
Tak lama dari itu, terdengar suara mobil yang memasuki halaman rumah Arjuna. Arjuna yang juga mendengarnya jadi sedikit kaget serta penasaran karena dia merasa tidak ada orang yang dia kenali disini kecuali Sabrina.
sementara wanita itu sudah pulang sejak 30 menit yang lalu, jadi siapa yang datang.
Arjuna mau berdiri tapi Siren menahannya, dia menggenggam erat tangan Arjuna.
"Coba aku lihat dulu itu siapa"
"Gak usah kak, paling itu cuma orang numpang belok"
Arjuna mengerutkan dahi seperti merasa bahwa ucapan Siren kurang masuk akal karena gerbang depan dia tutup.
Meski tidak dikunci tapi siapa orang asing yang mau membuka gerbang hanya untuk numpang belok di halamannya?
"Gak mungkin lah Ren, bentar aku lihat dulu"
Siren tetap menahannya, dia justru memeluk erat tubuh Arjuna. Biarkan mereka yang masuk sendiri kedalam dan menangkap Arjuna.
"Kamu kenapa sayang? Ada yang sakit?"
Siren hanya menggeleng, sampai terdengar orang beramai-ramai masuk kedalam rumah.
"SIREN!!" Suara teriakan yang sangat familiar ditelinga Siren, barulah Arjuna melepas paksa pelukan Siren karena dia kaget.
Disana Samuel berjalan mendekat bersama 4 orang polisi, Siren berdiri kaku ditempatnya karena tubuhnya gemetar dan rasanya ingin menangis saat ini juga.
"Kamu bohongin aku Siren?" tanya Arjuna yang tampak begitu kecewa ketika menatap wajah Siren.
"Angkat tangan! Anda kami tangkap karena diduga melakukan tindak penculikan anak dibawah umur, silahkan ikut kami ke kantor polisi" ucap salah seorang polisi.
Pada saat ini tidak ada yang bisa Arjuna lakukan meskipun wajahnya sudah merah padam karena marah besar.
Dia terkepung dan berakhir pasrah, dua orang polisi memborgol tangannya ke belakang supaya Arjuna tidak bisa melawan.
"Aku kecewa berat sama kamu Siren, padahal niatku baik besok pulang ke Jakarta. Tapi sekarang apa?"
Air mata Siren berhasil mengalir begitu saja, dia menangis karena perasaannya campur aduk. Antara sedih, marah, senang, dan juga penyesalan yang bercampur menjadi satu.
Dia tidak mampu menjawab apapun yang dikatakan Arjuna, ketiga polisi itu membawa Arjuna keluar sementara polisi yang satunya mendekati Siren.
"Apa anda butuh pertolongan medis?"
Siren menggeleng pelan.
"Baik kalau begitu silahkan anda disini dulu bersama mas Samuel, kami akan segera menghubungi keluarga anda untuk menjemput anda kemari"
"Terima kasih pak" Samuel yang berbicara
Polisi tersebut mengangguk lalu menyusul yang lain keluar. Siren langsung terduduk lemas disofa tempat dia duduk bersama Arjuna tadi.
"Lo nggak papa kan Ren?"
Siren hanya bisa menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis sesenggukan.
Batinnya terasa terguncang setelah Arjuna ditangkap, padahal jauh-jauh hari dia meyakinkan diri untuk melaporkan Arjuna ke polisi tapi yang terjadi saat ini dia malah merasa campur aduk.
Samuel duduk disebelah Siren dan menenangkannya dengan cara mengelus pundak Siren. Sebenarnya agak canggung setelah lama tidak berkomunikasi tapi untuk keadaan sekarang rasanya dia perlu mengesampingkan perasaannya itu.
"Sabar ya sekarang lo udah aman sama gue, tinggal nunggu orang tua lo dateng aja habis itu kita pulang"
Siren mengangguk, dia mengusap air matanya lalu menurunkan kedua tangannya.
"Makasih banyak udah mau bantuin gue"
"Sama-sama"
"SIREN!! KURANG AJAR YA LO!" teriak seseorang yang masuk kedalam rumah, Sabrina?
Siren tentu terkejut, dia berdiri disusul Samuel yang juga berdiri.
"Kenapa lo nglaporin Arjuna ke polisi hah? Bikin kejahatan apa dia ke elo?"
Sabrina mendorong bahu Siren hingga dia mundur selangkah, mungkin karena naluri seorang laki-laki yang ingin melindungi jadi Samuel ganti mendorong bahu Sabrina.
"Siapa lo dateng-dateng langsung marah-marah?" tanya Samuel pada Sabrina sambil menatapnya tajam penuh emosi.
"Elo yang siapa! Heh lo berlagak jadi korban ya sekarang padahal lo juga sebelumnya sama-sama mau sama Arjuna"
Siren maju selangkah supaya lebih dekat dengan Sabrina, dia menatap Sabrina tajam tak mau kalah.
"Lo kalo nggak tau ceritanya gak usah nyolot"
"Halah bacot lo! enek banget gue lihat muka lo yang ngeselin itu"
"Emang muka lo gak ngeselin? Sama ya anjing"
"Apa lo bilang?"
Sabrina dengan kesadaran penuh ingin menjambak rambut Siren tapi dengan cepat Samuel menepis tangan Sabrina.
"Keluar kalo lo cuma mau buat keributan, atau gue laporin polisi lo"
"Cuihhh! Anak kecil aja belagu sok jadi pahlawan lagi"
Sabrina berjalan keluar tapi berhenti ketika sampai diambang pintu.
"Harusnya kalo lo emang gak mau, lepasin aja dia gak perlu lapor polisi kayak gini"
Siren hanya mampu menatap Sabrina dengan heran, bisa-bisa nya dia bilang begitu.
"Udahlah orang gila gak perlu ditanggepin"
Siren menoleh ke Samuel, bertepatan dengan Sabrina yang keluar dari rumah sepenuhnya karena diabaikan oleh Siren.
"Dia siapa sih?"
"Temennya kak Juna"
"Sumpah kek orang gila, dateng langsung marah-marah"
Siren mengangkat bahu.
"Lo udah makan?"
"Udah tadi perjalanan kesini gue mampir dulu ke resto"
"Tapi kok lo boleh kesini sama keluarga lo?"
"Bolehlah orang tua gue bukan yang strict ke anaknya"
"Ohhh.... Btw lo nyimpen nomor ortu gue yang di kertas orang hilang itu nggak? Soalnya di handphone gue nggak bisa nomornya udah diblokir semua jadi kayaknya gue harus ganti nomor baru"
"Ada, tapi belum gue simpen"
"Yaudah gue bacain deh nomornya, ntar lo catet"
Samuel mengangguk, dia mengeluarkan handphone yang dari tadi dia kantongi begitu juga dengan Siren.
Setelah berhasil disimpan, barulah Siren meminjam handphone Samuel untuk menelepon mami.
"Hallo, siapa ini?" tanya suara diseberang telepon
"Mami, ini aku Siren"
"Ya ampun Siren, kamu baik-baik aja nak?"
"Iya ma" Siren menangis lagi, dia tak kuasa membendung air matanya saat mendengar suara mami
"Maafin mami ya karna udah tega sama kamu sekarang tunggu disitu biar mami sama papi jemput"
"Mami udah dikabarin polisi?"
"Udah, semalem mereka udah bilang ini mami masih siap-siap mau naik pesawat"
"Yaudah hati-hati ya ma, aku kangen sama mami"
"Iya sayang mami juga kangen sama kamu"
Siren menutup telepon, lalu memberikan handphone itu ke Samuel.
"Udah?"
Siren mengangguk sambil mengusap air matanya.
"Makasih ya"
"Iya"
Samuel meletakkan handphonenya ke atas meja.
"Gue boleh tanya sesuatu nggak?"
"Apa?"