NovelToon NovelToon
Gadis Mungil (I Love You)

Gadis Mungil (I Love You)

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:27.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Motifasi_senja

NOTE!
-Mengandung beberapa cerita dewasa/adult romance. Mohon bijak!
-Kalau cerita mulai tidak jelas dan dirasa berbelit-belit, sebaiknya tinggalkan. (Jangan ada komentar buruk di antara kita ya) Hiks!

Pantaskah seorang pria dewasa atau terbilang sudah matang, jatuh cinta dengan gadis di bawah umur?

Dia Arga, saat ini usianya sudah menginjak 26 tahun. Dia pria tampan, penuh kharisma dan sudah mapan. siapa sangka, pria sekeras Arga bisa jatuh cinta dengan seorang gadis yang masih berumur 15 tahun?

simak kelucuan dan kemesraan mereka!

Writer : Motifasi_senja

Mohon maaf jika ada kesamaan beberapa nama tokoh yang sama. 🙏🙏🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Motifasi_senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal kehancuran Agus

Sebelum melanjutkan membaca, sebaiknya siapkan hati ya. cerita ini mengandung komedi dan emosional tinggi. kalau tidak kuat mending stop! hehe! kasihan outhornya mendapat cacian karena tulisannya kurang keren.

“Ambilkan Aku minum lagi!” teriaknya pada salah satu bartender. Tubuhnya sudah lunglai setelah meneguk 5 gelas Wine. Untuk menyangga kepalanya saja rasanya sudah sangat berat. Biasanya Ia masih bisa berdiri kalau Cuma meneguk beberapa gelas wine saja, tapi hari ini adalah hari paling buruk di dalam hidup nya. Tubuhnya sudah ambruk di atas meja. Jemarinya mengetuk meja beberapa kali. Rasanya ingin mati saja. Itu ucap nya dalam hati.

Tiara masih tetap pada posisinya di sana. Bola matanya mengatup. Kepalanya sudah terasa sangat sakit. Tapi bibirnya masih bergumam beberapa kata.

“Kau sangat jahat!” cerca Tiara. Ia mendongak, mengangkat tubuhnya untuk duduk tegak lagi.

“Hei Kau!” Tiara menarik kerah baju seseorang yang sedang duduk di sampingnya. “Bukankah aku sangat cantik?” Tiara menyentuh dagu pria itu dengan telunjuknya.

Tentu saja itu karena dia sedang tak sadar. Minuman beralkohol telah membuat nya teler berat. Pikirannya sangat kacau. Tangannya mencengkeram semakin erat. Ini tentu kesempatan untuk lelaki itu. Jarang jarang ada kesempatan seperti ini. Seorang wanita yang begitu sangat menggoda dengan mudahnya menempel pada dirinya.

Sadarlah Tiara! Sadar! Teriakan keras entah dari mana. Jauh tapi masih terdengar. Pria itu sudah mulai menyentuh bagian pahanya yang kenyal. Persetan dengan pengunjung lain. Toh mereka yang ada disini para manusia brengsek. Tiara sudah Ia papah menuju ruang belakang. Sebuah ruangan yang sudah tersedia untuk para penikmat dosa.

Brak!!

“Kurang ajar Kau!!”

Pintu terbuka lebar sebelum pria itu sempat menguncinya nya. Wajah nya sudah terlihat mengerikan di tambah sorot matanya membuat nyalinya menciut.

Satu tonjokan keras akhirnya mendarat di pipi kanan pria itu. Tiara sudah tergolek di atas ranjang dengan rok yang sudah tersingkap ke atas. Paha mulusnya sudah terlihat hingga menunjukkan kain berwarna merah yang menutupi daerah sensitifnya.

Pria itu sudah lemas setelah beberapa pukulan dan tonjokan di pipi dan perutnya. Dengan sempoyongan Ia berdiri dan pergi dari tempat itu setelah sebelumnya sempat melirik Dika.

Selesai dengan aksinya, Dika langsung menutupi tubuh Tiara. Ia menggendongnya keluar dari kamar itu. Tiara masih terpejam tak sadarkan diri. Bau alkohol dari mulutnya yang sedikit terbuka membuat Dika terasa kliyengan. Entah sudah berapa banyak minuman yang Ia alirkan ke dalam mulutnya. Yang pasti sangatlah banyak.

Melihat wajahnya yang sayu, Dika merasa menyesal telah gagal menjaganya. Sebanyak apapun penolakan yang di lontarkan dari bibir Tiara, tak akan bisa membuat Dika mundur.

“Maaf kan Aku.” Entah ini salah nya atau bukan. Tapi itulah yang keluar dari mulut Dika.

Setengah jam kemudian Mereka berdua telah sampai di apartemen Dika. Entah apa yang membuat Dika berfikir hingga memilih membawa Tiara ke apartemennya. Dia menaruh pelan tubuh Tiara di atas kasur. Menutup nya dengan selimut tebal.

“Apa yang membuat mu sampai mabuk seperti ini?” Dika duduk di bibir ranjang. Mengusap lembut wajah tiara. “Apa yang sebenarnya terjadi? Apa ada hubungannya dengan CEO sialan itu?”

***

Suasana rumah sudah kembali normal. Tak ada satu dari mereka yang menanyakan ataupun membahas keributan semalam. Semuanya duduk dengan tenang menikmati sarapan pagi. Arga, Hutomo dan Meri sudah sangat rapi dengan setelan jas yang mereka kenakan. Ya, seperti itulah biasanya.

Sementara Meri memakai celana panjang berbahan katun dan kemeja bermotif monokrom. Hari ini mereka akan sibuk dengan pekerjaan masing masing. Mona dan Radit pun sudah siap dengan seragam mereka.

“Ibu, nanti Aku ke kantor dulu, setelah itu baru pergi menuju Proyek Ibu” Ucap Hutomo. Bibirnya Ia usap dengan tisu lalu berdiri dan berangkat terlebih dahulu bersama Radit.

Meri mengangguk. “Nanti temui Aku dulu di kantor.”

“Baik Bu...”

Arga mengerutkan dahi. Bertanya ada apa gerangan di antara Ayah dan Nenek nya. Sebelumnya tak pernah seperti ini kan?

Menyuap satu sendok terakhir makanannya.

“Ayo cepat!” Arga menarik ujung rambut Mona.

“Eh tunggu, Aku belum minum.” Jawab Mona. Ia hendak meraih gelasnya. Tapi semakin maju rambutnya sakit karena tarikan Arga.

“Arga, biarkan Mona minum dulu.” Ujar Santi. Lalu menyodorkan segelas air putih.

Kini hanya tinggal Santi dan Meri yang tersisa di ruang makan. Santi sudah selesai menghabiskan sarapannya, sementara Meri tinggal beberapa suap lagi. Santi sempat melirik Ibu nya. Kini Meri sedang Menulis sesuatu di ponselnya. Ia sendiri sudah mengabaikan makanannya yang masih tersisa. Mungkin isi ponselnya lebih penting dari pada sesuap sarapan.

“Ibu.” Panggil Santi. Meri diam. Tetap fokus pada ponselnya.

“Ibu!” Panggilnya lagi lebih keras.

Meri mengangkat kepalanya pelan. “Kenapa sayang?” Meri menaruh ponselnya kembali. Memasukkannya ke dalam tas.

“Aku panggil Ibu dari tadi lho... Ibu diam saja.” Ujar Santi. Ia mengerucutkan bibirnya.

Baru kali ini Meri seperti itu. Sebelumnya Ia tak pernah melamun. Bahkan sebanyak apapun pekerjaannya, Beliau tetap fokus pada hal lain nya.

“Maaf, Ibu sedang mengurus sesuatu...” Menggamit tas nya dan berdiri. “Ibu berangkat dulu.” Kecupan mendarat di kening Santi.

Ada apa dengan Ibu? Kenapa jadi seperti itu. Sebenarnya urusan apa yang sedang di kerjakannya?

Santi terus bergumam sendiri. Sampai di dalam mobil, Santi masih terus bertanya. Kalau nanti bertanya langsung mungkin akan di beri jawaban.

“Ya tunggu sebentar, Aku nsegera kesana.” Meri duduk di depan setir, memasang sabuk mengamannya. Menaruh kembali ponselnya ke dalam tas.

Mobilnya sudah melaju. Entah kenapa jemarinya tak bisa diam. Jemarinya terus mengetuk bulatan setir. Di perempatan jalan Meri memutar stang, berbelok mengarak ke sisi timur dimana perusahaan Joanda Group berdiri kokoh.

Kaki nya menekan rem mobil, memarkirkan di area parkiran di samping gedung berlantai 5 itu. Setelah seluruh tubuhnya keluar dari mobil, meri menghela nafas. Kakinya sudah berjalan menuju pintu masuk. Meri datang kesini hanya sendiri. Ke dua bodyguard nya sudah Ia tugaskan untuk mengurus proyek nya bersama Hutomo.

Masuk ke ruangan, Meri langsung di sambut oleh seorang resepsionis wanita. Ia tersenyum ramah menjabat tangan Meri.

“Silahkan Nyonya...” wanita itu membawa Meri keruangan Presdir di lantai 2.

Keduanya sudah membuat janji untuk bertemu. Meri terus mengikuti kemana arah resepsionis itu menuntunnya. “Silahkan masuk Nyonya, Tuan Agus sudah menunggu. Saya pamit.”

Meri mengangguk. Jemarinya memegang gagang pintu. Mendorongnya hingga terbuka. “Kapan terakhir kali Aku masuk ke ruangan ini?” batin Meri. Matanya tak langsung bertemu dengan seseorang yang tengah duduk di kursi kuasanya, akan tetapi menyapu setiap sudut ruangan itu. Semua sudah berbeda. Sudah tak ada yang sama disana.

“Selamat pagi, Nyonya.” Agus berdiri. Menggeser kursinya mundur. Melangkah menjabat tangan Meri.

Meri tak bergeming. Bibirnya sedikit berkerut menatap lengan Agus yang masih menjulur. Rasanya tak sudi menyentuh tangan itu. Meri memilih langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan disana.

Agus menarik jas nya. Membenarkan dasi birunya yang bergeser. Duduk kembali. Agus tak curiga dengan sifat Meri yang acuh padanya. Mungkin saja Ia seperti itu karena wanita yang sedang ada di hadapannya ini adalah seorang konglomerat yang sangat kaya raya.

“Aku ingin mengambil alih perusahaan mu.” Tanpa basa basi dan tanpa ekspresi. Meri menatap serius wajah Agus.

“Maksud Nyonya?” Agus tak mengerti.

“Jangan kira Aku tak tahu perbuatan mu di masa lalu.” Seringai terlihat di ujung bibir. Meri menatap Agus sengit. Kalau saja boleh, rasanya ingin menamparnya dengan keras. Wajahnya yang sok ramah itu sungguh menjengkelkan.

Dasar Pria licik!

“Tolong jangan berbelit belit Nyonya. Jelaskan saja apa maksud Anda.” Wajah nya sudah berubah ekspresi. Agus terlihat mulai kebingungan. Masa lalu apa yang di maksud wanita tua ini.

“Kau tunggu saja tanggal main nya, dan lihat kehancuran mu sendiri.” Papar Meri. Telapak tangannya menggebrak meja. Namun tak begitu terdengar keras. Hanya mengejutkan Agus yang bingung dan tak mengerti.

“Baiklah... Aku pergi. Lama lama memandang mu aku jadi mual.”

Apa yang di maksud wanita tua itu? Sepertinya sangat serius.

Dert dert...

Agus mengangkat ponselnya yang bergetar. Wajahnya masam ketika usai menutup telpon yang hanya berlangsung sekitar satu menitan saja. Agus menggebrak meja, hingga meninggalkan warna merah di telapak tangannya. Matanya menyorot tajam. Dengan kepalan di tangannya.

“Dimas!!” Panggilnya menggelegar. Wajahnya merah menandakan Ia sangat marah.

Dari depan ruangannya, Dimas bergegas menghampiri Agus. Dimas sudah gelagapan.

Jemarinya yang masih terkena cemilan belum sempat Ia bersihkan. “Ada apa Bos?” Dimas membungkuk.

“Kemarilah.” Agus melambai. Meminta Dimas untuk duduk di hadapan meja kerjanya.

Dimas menurut. Kalau melihat wajah nya, sudah bisa di pastikan beliau sedang marah besar. Tapi kenapa? Dimas sudah mulai panik. Ia duduk gemetar, kedua kakinya mengatup saling menempel.

“Kenapa Tuan Arga membatalkan rencana kerja sama dengan perusahaan ku?” Perlahan namun jelas. Jelas namun tak bisa di mengerti. Dimas tak mengerti maksud ucapan Agus tentunya.

“Maaf Tuan, Aku tidak mengerti dengan ucapan Anda?” Ucap Dimas lirih.

Agus menggoyangkan kursi kerjanya pelan. Setelah mengusap wajahnya, Agus menyikukan lengan kanan menyangga kepalanya yang terasa berat sekali. Masih belum ada jawaban dari mulut nya. Bagaimana bisa tiba tiba perusahaannya gagal bekerja sama dengan Arga. Dan lagi dengan tiba tiba pula ada seorang wanita tua yang menghubunginya meminta bertemu. Lalu setelah bertemu justru dengan mudahnya mengatakan akan mengambil alih perusahaannya. Apa maksudnya? Dan sebenarnya siapa wanita tua itu? Mungkin Dia juga menginginkan perusahaan ini sebelumnya.

“Cari tahu siapa wanita tua tadi. Cari informasi tentangnya.” Wajahnya sangat serius. Pasti ada alasan di balik semuanya. Aneh saja, kenapa bisa ada wanita tua yang mengajaknya bicara lalu berkata aneh dan tidak masuk akal.

“Dan jangan lupa tanyakan kenapa tuan Arga membatalkan kerja samanya.”

Apa? Dimas mengangkat kepalanya. “Jadi ini yang membuat Bos marah?” batin nya.

“Baik Tuan...”

***

1
Qaisaa Nazarudin
Kenapa Perannya Monalisa disini harus jadi CEWEK LEMAH,kalo aku jadi Lisa udah aku tampar tuh muka si Tika,Jangan taunya cuman nangis doang,Ckk ogeb..
Qaisaa Nazarudin
Untung aja Lisa menceritakan semuanya ke Arga,Biar Arga tau siapa Cia/Aura itu..
Qaisaa Nazarudin
Keluarga BENALU, Keluarga TOXIC
Qaisaa Nazarudin
Pasti lagi mencari Lisa nih
Qaisaa Nazarudin
Dasar pengecut..
Qaisaa Nazarudin
Bagus,pastikan jangan sampai dia ganggu Arga lagi..
Qaisaa Nazarudin
Ternyata Dika dengan Tiara,Ku pikir si Arga..Kalo si Arga mah aku langsung capcus cari novel lain,Soalnya aku gak suka oeran utama cowoknya si TEH CELUP..
Qaisaa Nazarudin
Adduuhh Nama perannya kesering ketukar,bikin feel baca ku ambyar .
Qaisaa Nazarudin
Astaga Lisa,Pertemuan pertama aja udah bikin Meri marah,Gimana Meri akan bisa menyukainya..Aduuh bakal bikin tambah ribet nih urusannya..
Qaisaa Nazarudin
Kenapa Arga gak ngomong sama Ortunya Kalo emang dia gak suka sama Tiara..
Qaisaa Nazarudin
MERI apa MIRA?
Qaisaa Nazarudin
Tapi kenapa Feeling ku,Meri gak bisa menerima Lisa sebagian keluarga mereka,Semoga aja feeling ku salah ya..
Qaisaa Nazarudin
Oh ortunya Santi..
Qaisaa Nazarudin
Meri ortu nya Santi atau Hutomo?
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah..Semoga Santi dan Suami membela dan mengembalikan HAK Lisa,Pasti kecelakaan itu ulah Paman dan bibi nya sendiri tuh..
Qaisaa Nazarudin
Kenapa Santi gak bilang Lisa anak siapa? Apa ada sesuatu kah?
Qaisaa Nazarudin
Yang menjalaninya bukan nenek mu..
Qaisaa Nazarudin
Nah gini nih sikap yg gak ada TEGAS2 nya,Makanya tuh cewek ngenyel..
Qaisaa Nazarudin
Nah kan..SAYANG itu ada maunya,SAYANGnya itu ke ATM kamu doang..😁
Qaisaa Nazarudin
Menolak itu harus dengan Tegas Ga,Kalo cuman dengan marah2 dan di ketusin mah gak mampan..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!