Naomi harus menjalani hari-harinya sebagai sekretaris di perusahaan ternama. Tugasnya tak hanya mengurus jadwal dan keperluan sang CEO yang terkenal dingin dan arogan yang disegani sekaligus ditakuti seantero kantor.
Xander Federick. Nama itu bagai mantra yang menggetarkan Naomi. Ketampanan, tatapan matanya yang tajam, dan aura kekuasaan yang menguar darinya mampu membuat Naomi gugup sekaligus penasaran.
Naomi berusaha keras untuk bersikap profesional, menepis debaran aneh yang selalu muncul setiap kali berinteraksi dengan bosnya itu.
Sementara bagi Xander sendiri, kehadiran Naomi di setiap harinya perlahan menjadi candu yang sulit dihindari.
Akan seperti apa kisah mereka selanjutnya? Mari langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9 Ancaman Xander
Nicholas menatap aneh interaksi antara Xander dan Naomi.
Naomi yang baru saja meluapkan kekhawatirannya tentang ibunya, kini terlihat marah dan menuduh Xander.
“Ya, dia adalah pria mesum yang sudah berani menyentuh da– mph!” Naomi belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
Dengan cepat, Xander membungkam bibir Naomi menggunakan telapak tangannya, mencegah gadis itu agar tak bicara keceplosan.
Xander tahu Naomi akan membongkar perbuatannya pagi tadi di depan kakaknya.
“Jangan dengarkan gadis bar-bar ini, Nick!” seru Xander, berusaha terdengar santai, namun ada nada panik yang samar di suaranya.
Matanya melirik tajam ke arah Naomi yang kini melotot di balik telapak tangannya.
Nicholas sendiri semakin bingung dengan keduanya. Seolah mereka sudah saling mengenal jauh sebelum ini.
“Gadis bar-bar? Der, sungguh aku tidak mengerti apa yang kalian berdua bicarakan!” Ujar Nicholas, alisnya terangkat.
“Lupakan saja. Aku akan segera kembali dan menemuimu nanti,” Xander berucap cepat, lalu tanpa basa-basi, ia menarik Naomi pergi dari hadapan Nicholas.
Xander tidak ingin Nicholas terus mencurigai hubungan anehnya dengan Naomi.
Nicholas hanya bisa menggelengkan kepala, senyum tipis terukir di bibirnya. “Sejak kapan Xander dekat dengan seorang wanita? Ini benar-benar menarik,” gumam Nicholas.
Sebagai seorang kakak, ia tahu adiknya itu sangat menjaga jarak dari wanita, apalagi yang sampai bisa membuatnya kesal seperti ini.
Xander membawa Naomi menjauh, berjalan cepat menuju taman belakang yang ada di rumah sakit.
Begitu sampai di tempat yang sedikit sepi, ia melepaskan tangannya dari bibir Naomi.
“Lepaskan saya!” Naomi langsung berteriak, menarik tangannya dari genggaman Xander. Wajahnya merah padam karena kesal dan malu.
“Jangan pernah bicara hal bodoh seperti itu lagi di depannya!” Xander mengingatkan, suaranya rendah namun penuh penekanan. Matanya menatap tajam ke arah Naomi.
“Kenapa? Apa anda takut semua orang tahu kalau anda ini me–” Naomi kembali memancing, rasa kesalnya sudah memuncak.
“Sstt, diamlah!” Xander kembali membungkam bibir Naomi dengan jari telunjuknya.
Jika Nicholas sampai tahu kelakuan Xander, bisa habis Xander dihajar oleh daddynya—Nathan, yang sangat menjunjung tinggi moral dan etika. Xander tidak mau ada masalah dengan daddynya hanya karena gadis bar-bar ini.
Naomi menepis tangan Xander dengan kasar. “Anda apa-apaan sih!” pekiknya, marah.
“Ingat, jangan keceplosan lagi di depannya kalau tidak kamu akan kupecat!” ancam Xander, matanya menyipit. Ia tahu ancaman ini adalah kartu trufnya.
Namun, di luar dugaan Xander, Naomi langsung memasang wajah sumringah. Sebuah senyum lebar yang terlihat sangat tulus tersungging di bibirnya.
“Wah, dipecat? Dengan senang hati, Tuan!” jawabnya, seolah dipecat adalah kabar terbaik baginya.
Xander terkejut dengan respons Naomi. “Lalu bagaimana dengan biaya operasi ibumu?” tanyanya, mencoba melihat apakah Naomi hanya menggertak.
“Tentu saja saya akan melunasinya!” Ucap Naomi bangga, dadanya sedikit membusung.
“Dengan apa, daun?” ejek Xander, sedikit meremehkan. Mana mungkin gadis ini punya uang sebanyak itu dalam waktu singkat.
Naomi memalingkan wajahnya kesal. “Ya sudah pecat saja sekarang, saya sudah sangat siap!” Tentu Naomi senang jika ia dipecat.
Sesuai perjanjian mereka, Xander akan memberinya uang 100 juta jika ia dipecat karena ulah Xander. Jadi, Naomi tidak perlu pusing memikirkan biaya operasi ibunya. Ini adalah jalan keluarnya.
“Jangan terlalu percaya diri!” ujar Xander kembali dingin. Ia tidak akan semudah itu membiarkan Naomi lolos.
“Apa kamu pikir setelah keluar dari perusahaan akan ada yang mau menerimamu menjadi karyawannya? Aku akan menutup semua akses agar tidak ada yang mau mempekerjakanmu!” Ancam Xander, seringai tipis muncul di bibirnya.
Xander akan menggunakan kekuasaannya untuk membuat Naomi tidak bisa bekerja di mana pun.
“Anda!” Naomi mengangkat tangannya menunjuk Xander, matanya melotot. Ancaman itu terasa lebih serius dari yang ia duga.
“Diam dan patuh lah padaku. Atau kamu akan menerima akibatnya!” ujar Xander lagi, senyum menyeringai di wajahnya semakin lebar, menunjukkan betapa puasnya ia melihat Naomi yang kini tampak ketakutan.
“Sial! Sekarang aku benar-benar terjebak dengan pria arogan ini,” gumam Naomi kesal. Ia merasa frustasi dan terperangkap.
Harapan untuk mendapatkan uang operasi ibunya melalui pemecatan kini buyar. Ia tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Xander.
“Awas kamu!” makinya dalam hati.