NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Teman lama bertemu kembali / Office Romance / Ayah Darurat / Ibu susu
Popularitas:46.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Teman Diskusi

Pagi itu apartemen mereka terasa lebih sibuk dari biasanya. Meski Ares bukan putranya, rasa sayang Stasia padanya begitu besar hingga ia ribut sejak dini hari hanya untuk memastikan semua keperluan sekolah Ares lengkap. Seragam disetrika rapi, kotak bekal sudah disiapkan, bahkan peralatan sekolah pun ia cek ulang.

“Ares, pensil warnanya sudah masuk tas, sayang?” teriak Stasia dari ruang makan.

“Sudah, Ma!” jawab Ares yang baru keluar kamar dengan seragam barunya.

Stasia tertegun sejenak. “Tampan sekali jagoan kesayangan Mama ini…” ujarnya berbinar, hatinya bergetar melihat anak itu tampak gagah dengan seragam berlogo sekolah Internasional. Andreas sengaja memilihkan sekolah internasional untuk mengantisipasi kendala bahasa Ares. Meski Ares bisa berbahasa Indonesia, tapi lebih baik mengantisipasi diawal.

Ares tersenyum dan bergaya dengan jari telunjuk dan jempol yang dibuka dan di letakkan di bawah dagunya penuh rasa banggakarena pujian yang didapat. Stasia terkekeh melihat gaya Ares. Anak itu memang terbiasa mandiri sejak kecil. Hidup berdua bersama Stasia membuatnya jadi pribadi pengertian, terbiasa mengenakan pakaian sendiri tanpa banyak rewel.

“Mama bikin sarapan apa?” tanyanya sambil melangkah ke meja makan.

“Ada sandwich. Untuk bekal, Mama buat bola-bola udang. Nanti Ares bisa makan dan kalau mau, berbagi dengan teman. Oke?”

“Siap, Mama!” jawabnya penuh semangat.

Mereka pun duduk berdua, menikmati sarapan hangat dengan obrolan ringan. Sesekali Stasia melirik putranya itu, tak percaya waktu berjalan begitu cepat.

Setelah sarapan, mereka naik taksi menuju sekolah. Ares menatap jalanan Jakarta dengan rasa ingin tahu, sementara Stasia sibuk menahan degup jantungnya.

“Ma,” suara Ares memecah keheningan, “kata Daddy, Mama mau tungguin Ares di sekolah. Apa itu benar?”

“Mama akan tunggu di ruang tunggu, bukan di dalam kelas Ares.”

Ares menggeleng kecil. “Tidak perlu, Ma. Mama bisa jalan-jalan atau senang-senang. Nanti kalau Ares pulang, baru Mama jemput.”

“Tapi kalau Ares butuh bantuan Mama bagaimana?” suara Stasia bergetar, setengah khawatir.

Ares tersenyum, menepuk tangan mamanya. “Ares sudah besar, Mama. Ares bisa jadi anak pintar.”

Hati Stasia seolah diremas. Anak sekecil itu bisa berkata begitu dewasa.

“Jadi Mama tidak boleh menunggu di luar sekolah?” tanyanya pelan.

“Tidak, Mama. Ares mau jadi anak pintar.”

Stasia akhirnya menghela napas panjang. “Baiklah. Tapi Ares harus jaga diri baik-baik, ya?”

“Pasti, Mama. Ares juga akan cari teman yang baik dan cantik seperti Mama.”

Stasia terkekeh sambil mencubit hidungnya. “Ih, anak Mama kok genit? Ngikutin siapa sih?”

Ares tertawa renyah.

“Dengar ya, sayang,” kata Stasia lembut, “bertemanlah dengan siapa pun yang baik. Tidak boleh pilih-pilih.”

“Ok, Mama.”

Taksi pun terus melaju menuju halaman sekolah. Sementara Stasia menatap Ares dengan rasa bangga bercampur haru, menyadari inilah awal dari langkah besar putranya di negeri asal orang tuanya.

Sementara itu, di rumah sakit, Wulan yang sudah mendapat izin pulang menyempatkan diri menjenguk Baby Rey sebelum benar-benar keluar dari rumah sakit. Bayinya yang baru saja terlelap kini telah bersama mama Rini.

Wulan melangkahkan kakinya menuju ke ruangan Baby Rey yang kebetulan sepi. Didekatinya boks bayi dan diangkatnya serta ditimang bayi kecil itu.

Ia tampak senang sekali melihat kondisi bayi mungil itu semakin baik dan sudah bisa keluar dari NICU.

“Baby Rey sekarang agak lebih chubby ya… gemes banget,” ucap Wulan dengan suara manja khas anak kecil sambil menimang-nimang bayi itu.

“Baby Rey harus selalu sehat, jadi anak yang kuat, ya. Cepat besar biar bisa main bola. Kalau nggak suka bola, main mobil-mobilan juga boleh. Pokoknya Baby Rey harus sehat terus, Nak.”

Bayi kecil itu tentu belum bisa menanggapi, tapi Wulan terus saja berceloteh seolah Baby Rey mengerti apa yang ia katakan.

Di pintu, Andreas yang baru datang hanya berdiri memperhatikan bagaimana Wulan bersikap lembut pada bayinya. Hatinya terenyuh melihat ketulusan Wulan, rasa sayangnya pada Baby Rey membuat Andreas semakin menghormatinya.

Wulan yang merasa diperhatikan segera menoleh.

“Lho, Pak Andre? Kapan datang?”

“Barusan saja,” jawab Andreas sambil melangkah masuk.

“Maaf ya, saya menemui Baby Rey tanpa izin anda. Kebetulan saya dan bayi saya sudah diizinkan pulang hari ini, jadi siang ini kami akan pulang. Tapi rasanya saya ingin ketemu dulu sama Baby Rey sebelum benar-benar pulang.”

“Terima kasih sudah peduli dengan putra saya,” kata Andreas tulus.

Wulan tersenyum lembut. “Saya sudah menganggap Baby Rey seperti anak saya sendiri. Kebetulan bayi saya lagi tidur, dijaga Mama saya. Jadi saya sempatkan ke sini sebentar untuk ngobrol sama Baby Rey. Saya nggak tahu ke depan masih bisa sering ketemu atau tidak. Mungkin nanti saya hanya bisa mengirimkan ASI, tapi tidak sempat bercengkerama lagi.”

“Kalau Anda ingin bertemu putra saya, tentu saya izinkan. Bagaimanapun juga, Anda yang berjasa membuat dia bisa sehat seperti sekarang,” balas Andreas.

“Jangan terlalu sungkan, Pak Andre,” jawab Wulan tersenyum.

Keduanya lalu tertawa kecil dan larut dalam obrolan ringan seputar bayi. Sama-sama baru menjadi orang tua, mereka pun asyik berdiskusi tentang cara merawat anak.

“Menurut teman saya, merek ini yang paling bagus,” kata Wulan.

“Saya juga dapat rekomendasi dari teman untuk pakai merek itu. Soalnya, beberapa merek lain katanya bikin bayi nggak nyaman, bahkan sampai ruam,” balas Andre.

“Oh, kalau ruam, saya sempat dikasih saran teman, diolesi minyak zaitun murni. Katanya cukup manjur.”

“Benarkah? Wah, berarti saya juga harus sedia minyak itu di rumah.”

Wulan tersenyum. “Ya, lebih baik sedia payung sebelum hujan.”

Andre terkekeh. “Sepertinya kita bakal sering jadi teman diskusi soal urusan mengasuh bayi.”

Wulan ikut tertawa kecil. “Iya, kita sama-sama orang tua baru, jadi masih harus banyak belajar. Untungnya saya dibantu Mama. Kalau Pak Andre, apa mau pakai baby sitter?”

“Iya, saya sudah mulai seleksi baby sitter untuk Baby Rey. Soalnya Mama saya sering sakit-sakitan, saya tidak tega kalau beliau harus ikut repot.”

“Kalau saya sebenarnya juga maunya pakai baby sitter. Tapi Mama saya bersi keras, katanya masih kuat dan pengen langsung ikut rawat cucunya. Jadi ya… saya ngalah. Bisa jadi karena ini cucu pertama, jadi masih sangat semangat untuk merawat sendiri tanpa bantuan babysitter.”

"Wah... Pasti bayi Bu Wulan nanti akan menjadi cucu yang dimanja. Soalnya belum ada saingan."

"Benar juga, tapi sepertinya lebih tepat kalau disebut pemegang tahta tertinggi di keluarga. Sekarang saja sering jadi bahan rebutan untuk digendong."

Keduanya tertawa bersama, merasa senasib dalam peran baru mereka sebagai orang tua.

1
arniya
nano nano, campur rasa
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Erna Fadhilah
hayo kamu cy tenangin tu singanya biar ga ngamuk karna cemburu😀😀😀
Reni Anjarwani
lanjut doubel up thor
Erna Fadhilah
alkhamdulillah di posisi yang berat seperti saat ini ada Damar yang selalu menjaga Stacy, pak hadi menyesalpun percuma tp jangan berkecil hati kamu harus ttp jaga Stacy dan Ares dari jangkauan orang jangan
nonoyy
nah kau harus menjaga sisi dam, takutnya si ular betina akan mengincar calon istrimu
arniya
penyesalan.....
nonoyy
nikmati ajaa karmamu hadi dgn kebodohanmu selama ini wkwk
Ade Bunda86
kayaknya Wulan jadi jodonya Andreas deh
Reni Anjarwani
lanjut thor
Erna Fadhilah
kamu tenang aja dulu pak hadi jangan emosi, kamu harus bikin strategi secepatnya kamu alihkan hartamu atas nama Stacy semua agar kalau ada apa-apa sama kamu hartamu jatuhnya ke tangan anak kandungmu bukan anak haram dan ulat bulu
partini
balas lembut tapi mematikan buat kejutan yg dahsyat untuk mereka y penghianat
Erna Fadhilah
pak hadi terlalu percaya pada ulat bulu udah di kasih selakangan jadi ga ingat anak dan istri
nonoyy
sudah telat hadi telat.. menyesal pun tak guna
arniya
kebenaran terbuka lagi
Erna Fadhilah
alkhamdulillah pak hadi merestui Damar sama Stacy, semoga hanna ga ganggu acara Damar dan Stacy
Ade Bunda86
lanjut dulu thor
Erna Fadhilah
ga adam ga Damar sama-sama udah pada ngebet pengen nikahi pasangannya 😁😁😁
Nur Mila
damar ngabet kawin🤣🤣🤣🤣🤣
wo te
udh 2 hri ga up,kmna ja kak 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!