Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Mengakhiri
"Namira ayo dong kamu semangat!" Zahra yang berdiri di depannya memegang kedua tangan Namira agar berdiri dari tempat duduknya yang sejak tadi selalu saja di bawah pohon dengan memeluk lututnya.
"Namira kamu jangan galau dengan status kamu yang masih digantung, bukankah sebentar lagi status kamu akan diresmikan," tambah Nayra.
"Apa yang dapat dibanggakan dari seorang wanita yang baru menikah dan sekarang berubah menjadi statusnya seorang janda," ucapnya.
"Hmmm, bukankah kamu menginginkan semua itu?" tanya Nayra membuat Namira melihat ke Nayra.
"Kamu masih ingat tidak dengan perkataan kamu saat malam pertama kamu menikah. Kamu tidak menyukai Bian dan hanya menganggap sebagai seorang Kakak. Kamu tidak mungkin jatuh hati kepadanya secara personal kecuali rasa sayang layaknya seorang kakak dan adik. Kamu bahkan mendoakan suami kamu mendapatkan wanita lain agar kalian berpisah,"
"Benar apa yang dikatakan Nayra dan sebelum itu juga kamu telah menelpon kami dan membicarakan tentang wanita bernama Angela yang datang menemui kamu. Kamu bahkan mendoakan hubungan mereka agar berlanjut dan artinya kamu siap untuk berpisah dengan suami kamu,"
"Namira Allah kurang baik apa kepada kamu yang sekarang mengabulkan semua kemauan kamu. Kamu pada akhirnya berpisah dengan pria tampan itu dan pria itu bisa kembali bersama wanita pilihannya dan kamu kembali saja kepada Ferdi yang belum tahu apakah yang dia lakukan benar atau tidak," Zahra mengingatkan sahabatnya itu tentang ucapannya sembari menyindir Namira.
"Tapi ternyata semua itu tidak membuatku bahagia. Aku tidak semangat akan perpisahan ini, aku juga tidak semangat jika harus kembali kepada Mas Ferdi," ucapnya jujur akan hatinya.
"Lalu kamu akan berdoa lagi kepada Allah untuk mengubah semuanya. Namira kasihan Bian yang harus menjadi korban," sahut Zahra.
"Aku hanya menyayangkan, kenapa Kak Bian tidak memberi kesempatan untuk mempertahankan pernikahan ini. Apa salahnya dia memaafkanku dan memberiku kesempatan," ucap Namira.
"Karena kamu tidak menunjukkan keinginan untuk pernikahan kalian, coba saja kamu minta kesempatan itu sendiri dan aku yakin Bian pasti akan memberikannya," sahut Zahra.
"Namira kamu sadar tidak jika laki-laki yang kamu nikahi adalah laki-laki yang sangat baik. Aku bisa melihat dari wajahnya yang sangat menyayangi kamu dan itu bukan karena dia menganggap kamu seperti adik," ucap Nayra menduga-duga.
"Kak Bian memang selama ini adalah laki-laki yang sangat baik. Dia sangat menghargaiku dan tidak pernah memaksaku," batin Namira menyadari semuanya.
"Namira kamu mengatakan sudah tidak ingin bersama Ferdi lagi maupun dia melakukan zina atau tidak ada sebaiknya kamu langsung katakan saja kepadanya dan tegaskan kepadanya. Agar tidak pernah datang ke pesantren untuk menemui kamu atau dia tidak berharap banyak kepada kamu," sahut Zahra memberi saran kepada Namira.
Namira merespon tetapi dari wajahnya sepertinya setuju dengan apa yang dikatakan Zahra.
***
Karena akan bertemu dengan seorang pria yang bukan mahramnya. Namira meminta ditemani oleh Zahra dan juga Nayra ketemu dengan Ferdi di luar pesantren. Zahra dan Nayra menunggu Namira yang tidak jauh dari tempat pembicaraan Namira dan Ferdi yang hanya beberapa meter saja.
"Namira kenapa tiba-tiba ingin bertemu di sini? Aku bisa langsung datang ke pesantren," ucap Ferdi.
"Maaf Mas Ferdi. Jika Namira sudah mengganggu waktu Mas. Namira langsung saja yang ingin mengatakan bahwa sebaiknya kita jangan pernah bertemu lagi," ucapnya dengan to the point yang membuat Ferdi benar-benar kaget.
"Apa maksud kamu Namira?" tanya Ferdi dengan wajah kaget.
"Namira tidak ingin hubungan dilanjutkan dengan alasan apapun itu," jawabnya.
"Namira bukankah kamu sudah mengetahui yang sebenarnya bahwa aku hanya difitnah, aku sangat menunggu kamu selesai proses perceraian dengan suami kamu dan setelah itu kita berdua menikah. Apalagi yang kurang Namira," ucap Ferdi.
"Mas, meski Namira resmi bercerai dengan Kak Bian. Tetapi Namira tidak ingin menikah lagi dengan Mas. Kita hanya masalah lalu. Namira bukanlah wanita yang menikah, batalkan pernikahan dan menikah kembali lalu berpisah dan menikah lagi. Namira harus menjaga nama baik pesantren dan juga keluarga Namira. Namira tidak ingin karena perbuatan Namira mencoreng nama pesantren dan nama kedua orang tua Namira tercemar," ucapnya.
"Tetapi semua ini bukan kesalahan kamu dan aku tidak peduli dengan apapun tanggapan orang lain aku tetap ingin menikah dengan kamu setelah kamu bercerai dan menyelesaikan masa iddah kamu. Namira kurang baik apa aku yang menunggu kamu selama ini hah," ucap Ferdi yang benar-benar tidak menerima perpisahan di antara mereka.
"Maaf Mas. Tapi keputusan Namira sudah bulat dengan keputusan Namira," ucapnya.
"Kamu tidak bisa melakukan semua ini Namira. Ini tidak adil untukku dan kamu sendiri padahal sangat mencintaiku," sahut Ferdi.
"Itu yang Namira sesalkan," ucapnya.
"Namira sangat paham sekali bagaimana agama yang seharusnya tidak terobsesi dengan seorang pria yang bukan suami Namira. Adanya cinta sebelum pernikahan ternyata adalah sebuah kesalahan dan itu semua sama saja dengan zina. Kita berdua bahkan melangsungkan pernikahan bukan dengan proses taaruf, tetapi karena saling menyukai sehingga perasaan kita berdua tidak tulus dan tidak mendapatkan berkah,"
"Perasaan kita berdua hanya menimbulkan nafsu, keinginan yang salah dan tidak bisa berpikir logika, arah yang salah," ucapnya.
"Namira kamu tidak boleh menyalahkan seseorang yang telah jatuh cinta," sahut Ferdi.
"Bagaimana tidak mengatakan jika perasaan ini salah. Jika Allah memberi keberkahan dalam perasaan kita yang pasti Mas tidak akan seperti ini. Mas tidak akan protes dan bisa menerima keputusan Namira untuk tidak melanjutkan hubungan ini, bisa menghargai semua keputusan Namira. Sama dengan Namira seharusnya kita tidak bertemu saat Namira masih menjadi istri orang lain," ucapnya.
Ferdi terdiam yang tidak bisa berkomentar apapun lagi.
"Namira minta maaf sudah melakukan semua ini. Namira benar-benar merasa bersalah atas semua ini dan Namira mohon jangan ganggu Namira lagi!" ucap Namira dengan tegas yang langsung berlalu dari hadapan Ferdi.
"Namira tunggu!" Ferdi menghentikan Namira dengan memegang pergelangan tangan Namira yang membuat Namira kaget.
"Mas lepaskan!" ucap Namira.
"Kita bicarakan semua ini baik-baik. Jangan bertindak apapun!" tegas Ferdi
"Lepaskan Namira, sakit!" ucapnya dengan tegas.
Nayra dan Zahra melihat teman mereka yang membutuhkan pertolongan yang langsung membuat keduanya menghampiri Namira dan yang benar saja mereka berdua langsung mendorong Ferdi.
"Apa-apaan sih kamu, kasar kali kepada wanita!" tegas Zahra menunjuk Ferdi.
Namira juga tidak percaya jika Ferdi akan melakukan hal itu yang saat ini Namira memegang pergelangan tangannya bahkan sampai memerah karena perbuatan Ferdi.
"Namira aku benar-benar minta maaf, aku tidak sengaja melakukannya," ucap Ferdi.
"Bagaimana mungkin kamu mengatakan tidak sengaja melakukannya hah! kamu sudah melukai Namira dan seharusnya kamu tidak menyentuhnya. Dia masih istri orang lain dan juga bukan mahram kamu!" tegas Zahra.
"Tauh, nih dasar," sahut Nayra kesal.
"Aku ingatkan kepada kamu sekali lagi untuk tidak pernah mengganggu Namira dan jika kamu sampai datang ke pesantren atau berbicara kepada Namira maka aku akan mengatakan kepada semua guru yang ada di pesantren agar kamu ditindaklanjuti!" tegas Zahra yang tidak main-main memberi ancaman yang menunjuk tepat di wajah Ferdi.
"Ayo Namira sebaiknya kita langsung pergi saja," ajak Nayra membuat Namira menganggukkan kepala.
"Dasar laki-laki gila!" umpat Zahra terlihat emosi dan langsung pergi menyusul kedua temannya.
"Namira!" panggil Ferdi yang tidak dipedulikan oleh Namira.
Bersambung....
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi