Perpisahan Kedua

"Clous, dimana Cindy? Dia menghilang lagi. Kenapa kalian suka sekali menghilang? Apa setelah ini kau juga akan menghilang? Kau tidak mau menjagaku lagi karena aku bukan anak kecil lagi?" Helena berdiri di belakang Clous. Kini pria itu duduk di atap gedung sambil menghisap rokoknya. Dia tersenyum mendengar ocehan Helena. Puntung rokok itu dia buang begitu saja sebelum menghela napas kasar.

"Gadis kecil, aku akan menjagamu. Aku akan menyayangimu sampai kau menikah."

Helena mengernyitkan dahinya. Dia segera duduk di samping Clous. "Sampai aku menikah? Lalu, setelah aku menikah apa kau akan pergi meninggalkanku?"

"Nggak seperti itu. Aku akan tetap menjagamu. Tapi tidak seperti sekarang. Jika kau memutuskan untuk menikah, itu berarti kau sudah memiliki sosok yang akan melindungimu selama 24 jam. Kau pasti tidak membutuhkan bantuanku lagi."

"Aku pasti selalu butuh bantuanmu. Suamiku sangat sibuk. Dia tidak bisa melindungiku selama 24 jam," sahut Helena dengan wajah sedih.

"Suami? Kau sudah menikah? Kapan? Dengan siapa? Dimana nikahnya?" Clous kaget mendengar pernyataan Helena. Wajah pria itu terlihat sangat serius.

"Aku sudah menikah. Sekarang Aberzio Guineno sudah menjadi suamiku," sahut Helena dengan senyuman.

Clous menatap Helena tanpa berkedip sebelum akhirnya dia tertawa terbahak-bahak. Pria itu tidak percaya dengan apa yang dikatakan Helena. Ditambah lagi memang selama ini Aberzio Guineno hanya sekedar kekasih hayalan bagi Helena. Keberadaannya tidak nyata. Mereka berdua tidak akan mungkin pernah bertemu. Bahkan Helena sendiri tidak tahu seperti apa wajahnya. Hanya Clous yang tahu.

"Astaga, kau ini. Sekarang sudah malam dan kau membuat lelucon yang begitu garing," ledek Clous.

Helena kembali diam. Sulit membuat Clous percaya padanya. "Jika aku tidak menikah sampai tua, apa kau mau menikahiku?"

"Tentu saja tidak. Aku menyayangimu bukan mencintaimu. Nggak kebayang, seperti apa jadinya jika kita menjadi suami istri." Clous memandang ke langit gelap di depannya. Malam ini tidak ada taburan bintang maupun cahaya rembulan seperti malam sebelumnya. Terasa dingin dan sangat sepi.

"Tapi kenapa sampai detik ini kau belum memiliki pacar?" Helena kembali menyelidiki.

"Itu karena aku tidak mau membagi rasa sayangku yang selama ini untukmu kepada wanita lain. Aku akan mencari wanita yang aku cintai. Aku yakin pasti akan segera menemukannya. Tetapi, semua itu terjadi jika kau sudah menikah." Clous memejamkan matanya. Dia ingin tidur di sana. Ditemani angin malam yang dingin.

Helena juga menjatuhkan tubuhnya. Menjadikan lengan kekar Clous sebagai bantal. Memandang ke langit lepas di angkasa.

"Mulai besok, kau sudah bisa mencari wanita yang sesuai dengan kriteriamu. Kau harus bahagia. Kau harus segera menemui wanita yang kau cintai dan juga mencintaimu. Jangan memikirkan kehidupanku lagi. Seseorang sudah menjagaku dengan baik. Dia tidak akan membiarkanku celaka."

Clous membuka matanya. Dia memiringkan kepalanya ke samping. Menatap wajah Helena dengan serius. "Kau sudah menikah? Dengan Aberzio Guineno? Bagaimana bisa? Kapan kalian bertemu, Helena?"

"Ntahlah. Aku sendiri juga masih tidak menyangka kalau sekarang aku sudah menikah dengannya. Aku sudah menjadi istri seorang Aberzio Guineno. Pria yang namanya selama ini aku gunakan untuk kabur dari kejaran musuh. Terdengar tidak masuk akal, bukan? Tapi aku memang sudah menikah." Helena memamerkan cincin pernikahannya kepada Clous.

"Kapan kalian bertemu? Kau mencintainya?" Masih dengan posisi berbaring. Mereka mengobrol sambil saling menatap satu sama lain.

"Waktu itu aku bertemu dengannya. Dia membawaku ke rumahnya dan aku menginap di sana selama beberapa hari. Saat aku mau pamit pulang, dia melamarku. Aku segera menerima lamarannya lalu beberapa hari setelahnya kami menikah."

Clous segera duduk. Wajahnya terlihat kecewa. Gadis kecil yang selama ini dia pikir tidak bisa hidup tanpa dirinya kini sudah menikah? Bahkan tanpa sepengetahuannya? Helena menganggap apa hubungan mereka selama ini?

"Kau membuatku sakit hati, Helena. Aku kecewa mendengarnya. Apa dia menjebakmu hingga kau kehilangan keperawananmu yang berharga dan memutuskan untuk menerima ajakannya menikah? Helena, di mata seluruh pembisnis dan bahkan mungkin di kalangan dunia gelap. Status Aberzio Guineno masih single. Dia belum menikah. Sekarang kau bilang sudah menikah dengannya. Kau menjadi istri simpanan? Istri yang tidak akan pernah diakui di depan semua orang? Kau mengecewakanku Helena. Kau terlalu cepat untuk memutuskan menikah. Memangnya kalau kau tidak menikah, kau akan mati?" Clous habis-habisan memarahi Helena. Semua ini dia lakukan karena dia sangat menyayangi Helena. Sangat mengkhawatirkan keselamatan gadis kecilnya. Sosok yang sudah dianggap seperti adik kandungnya sendiri.

Helena merangkul lengan Clous berusaha untuk membujuknya. "Dia baik. Aku yakin Aberzio tidak seperti itu. Dia mencintaiku."

"Helena, untuk pertama kalinya kau luluh dan langsung menerima lamaran seorang pria. Bagaimana aku tidak khawatir? Aku takut kau hanya ditipu olehnya Helena. Aku takut kau sakit hati. Dia berasal dari keluarga bangsawan. Nama baik keluarga Guineno sudah dikenal dikalangan atas. Apa lagi di dunia mafia. Aberzio Guineno cukup ditakuti karena wilayah kekuasaannya. Astaga, Helena Helena. Aku takut setelah dia puas memilikimu dan bosan, dia akan mencampakkanmu. Aku sudah pernah bilang. Di dunia ini tidak ada pria yang bisa dipercaya selain aku."

Helena terlihat sedih. "Tapi ...."

"Begini saja. Semua sudah terlanjur. Kau sudah menikah. Bagaimanapun juga pernikahan itu merupakan janji sehidup semati antara sepasang kekasih yang saling mencintai. Aku tidak tahu apa dia benar-benar mencintaimu. Begitupun sebaliknya. Apa kau benar-benar mencintainya.

Sekarang aku ingin berpesan. Untuk saat ini, jaga hatimu Helena. Jangan melakukan hal bodoh. Dia harus benar-benar menunjukkan rasa cintanya kepadamu. Setelah kau yakin kalau hanya kau yang dicintainya, maka aku mengizinkanmu untuk mencintainya. Apa kau mengerti?"

"Kenapa serumit ini? Aku hanya menikah, bukan melakukan tindakan kriminal yang tidak termaafkan lagi," protes Helena kesal.

"Astaga, Helena. Aku hanya tidak ingin kau sakit hati. Gadis kecilku tidak boleh sampai patah hati." Clous memeluk Helena dengan erat. "Apa kau mengerti?"

"Aku mengerti. Lalu, apa yang akan kau lakukan jika nanti kau berhasil menemukan wanita yang membuatmu jatuh cinta? Apa kau akan melupakanku?"

"Aku sudah bilang, itu tidak akan terjadi. Tapi, aku akan mencintainya dengan segenap jiwa dan ragaku. Tolong jangan pinta aku untuk memilih. Aku tidak bisa memilih antara kau atau wanita yang aku cintai. Aku berharap tidak pernah ada di posisi itu."

Helena tertawa. "Aku juga tidak bisa memilih jika Aberzio memintaku untuk memilih antara dirinya atau dirimu, Clous. Kau sudah seperti bagian dari hidupku. Berjanjilah untuk tetap hidup dan selalu bahagia."

"Aku janji. Kau juga harus bahagia Helena. Mungkin mulai besok aku tidak bisa sering-sering bertemu denganmu lagi. Aku tidak mau Aberzio salah paham. Hanya kita yang tahu seperti apa perasaan kita. Mereka pasti akan selalu berpikir kalau kita saling mencintai. Buruk sekali," ungkap Clous.

Helena tertawa lagi mendengarnya. "Tapi aku serius. Aberzio sangat mencintaiku. Dia memperlakukanku seperti seorang ratu."

"Aberzio yang aku kenal sangat sulit disentuh oleh wanita manapun. Jika dia memutuskan untuk menikah denganmu, itu berarti dia sudah jatuh cinta pada Helenaku. Pria mana yang bisa menolak pesonamu yang memabukkan itu?" Clous kembali meledek. Mencubit pipi Helena dengan gemas.

Helena menyandarkan kepalanya di pundak Clous. "Aku menyayangimu. Jangan pernah tinggalkan aku. Aku tidak akan sanggup melihat kepergianmu."

"Aku juga tidak akan sanggup melihat kepergianmu, Helena. Kau juga harus bahagia dengan suamimu itu. Jika dia sampai menyakitimu, aku akan membunuhnya."

"Kau tidak akan menang," protes Helena.

"Aku tahu. Tapi setidaknya aku sudah berusaha. Tidak ada yang boleh menyakiti Helenaku. Siapapun orangnya, akan berhadapan langsung denganku. Siapapun itu. Meskipun itu wanita yang sangat aku cintai sekalipun. Aku akan berdiri di depanmu dan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Helenaku sangat berharga."

"Benarkah? Kalau begitu berjanjilah untuk tidak meninggalkanku."

"Aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu."