Azzura: The Fight Of The Tough Lady

"Tuan, bukannya aku tidak mau, tapi aku takut mengecewakan mu. Aku sudah cukup dengan seperti ini saja. Aku takut mengacau."

Aaron tersenyum, dia meminta Azzura untuk melanjutkan pendidikan bukan karena ingin Azzura mendapatkan nilai yang bagus. Tapi daripada Azzura kerja di bar, lebih baik Aaron mengirim Azzura ke universitas.

"Aku anggap kau menerima tawaran ku. Tidak perlu mendapatkan hasil terbaik. Cukup lulus tepat waktu dan jangan bekerja lagi. Dan jadi asisten khusus untuk ku jika kau diperlukan."

Perbincangan mereka terus berlanjut sampai mereka menemukan titik temu yang pasti. Azzura sebenarnya sangat senang mendapatkan kesempatan besar seperti ini. Dia berharap dia tidak akan mengecewakan Aaron. Dan bersyukurlah Azzura karena saat ini kampus ternama di kota tersebut sedang membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru.

Karena harus mengambil beberapa dokumen di rumahnya, Azzura terpaksa pulang ke rumah orangtuanya. Meskipun rasanya dia sangat enggan namun Azzura tidak bisa melakukan apa-apa. "Tidak apa Rubby, ini yang terakhir!" gumam Azzura pada anak anjing di gendongannya.

"Kita sudah sampai Nyonya!"

Azzura mengangguk. "Bert tunggu di sini, aku tidak akan lama!"

"Baik Nyonya!" jawab Bert.

Azzura membawa Rubby turun dari mobil, menatap bangunan besar nan megah di depannya dengan perasaan tak menentu, inilah yang Azzura tidak suka berada di tubuh Azzura Aurora, dua masih bisa merasakan emosi gadis itu, selama ini Azzura tahu kalau Violet memperlakukannya tidak adil, Azzura anak kandung Violet tapi diperlakukan dengan tidak baik. Azzura seperti anak angkat, dan itu Violet lakukan hanya karena tidak ingin kehilangan harta. Dulu mereka memang orang miskin, namun saat Violet menikah degan ayah dari Gardenia, kehidupannya berubah 180°.

"Huhhhh, maaf Azzura, tapi kau sangat bodoh. Seharusnya kau tidak usah memperdulikan orang-orang semacam mereka. Mereka tidak pantas di hargai." Azzura terus menggerutu sembari berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mengetuk pintu beberapa kali. Dan saat pintu itu terbuka, Azzura langsung masuk begitu saja.

"Maaf Bi, aku sedang ada keperluan!" ucap Azzura pada asisten rumah tangga.

Azzura berlari menuju lantai atas, namun belum sempat masuk ke kamar, tiba-tiba rambut panjangnya di tarik seseorang dari belakang.

"Arghhhhh!" Azzura memekik sembari menarik Kapala, dia berbalik. Matanya mendelik saat menatap Gardenia sedang tersenyum evil padanya.

"Arghhhhh!"

Kini giliran Gardenia yang memekik karena Azzura yang menarik rambutnya lebih kencang dari apa yang tadi Gardenia lakukan.

"Kenapa pulang ke sini hah? Tidak ijin tidak apa? Mau ngapain?" Gardenia yang sudah mulai kesal tidak ingin berpura-pura lagi. Dia akan melawan Azzura dengan tabiat aslinya.

"Cih, gak ada kerjaan! Terserah gue lah mau ngapain. M" Azzura membuka pintu kamar tidak berniat untuk meladeni Gardenia lagi. Wanita di depannya ini akan semakin menggila jika mendapat respon. Jadi lebih baik Azzura tidak membiarkan Gardenia mendapat kesenangan.

"Hei!" Gardenia mengikuti Azzura sampai ke dalam, keningnya berkerut saat melihat Azzura mencari sesuatu di dalam laci lemari pakaiannya.

"Nah, ketemu!" Seru Azzura di dengan wajah berbinar.

Azzura berbalik, dia berjalan melewati Gardenia yang saat itu sedang berdiri berpangku tangan menatapnya tajam.

"Apa yang kau ambil!"

Gardenia merebut sebuah maf berisi kumpulan dokumen dari tangan Azzura. Azzura kembali berbalik dan merebut dokumen tersebut.

"Apaan sih. Gak usah ganggu kenapa? Kita itu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi!"

Azzura menaikkan nada suaranya, Gardenia bukannya marah malah tertawa. Dia mengambil sebuah pajangan di atas lemari Azzura dan membantingnya ke lantai sampai suara barang jatuh terdengar sangat nyaring. Azzura semakin mengerutkan kening melihat gelagat aneh Gardenia. Wanita laknat itupun semakin tersenyum, dan beberapa saat kemudian, Azzura melihat Gardenia ambruk di atas lantai, dia menunduk sembari terisak seperti orang yang teraniaya.

"Apa yang kau lakukan Azzura!" teriakan di ambang pintu tentu saja membuat Azzura menoleh. Sekarang Azzura mengerti kenapa Gardenia bertingkah seperti orang tidak waras.

"Kenapa kau selalu berbuat jahat kepada Gardenia Azzura? Apa salah dia padamu?" Violet menatap Azzura dengan tatapan sengit, dia membantu Gardenia untuk berdiri.

Azzura hanya berdecih mendengar tuduhan Violet padanya. Azzura tidak perduli, dia ingin meninggalkan orang-orang itu namun instruksi dari Violet membuatnya geram.

"Minta maaf Azzura!"

"Hah!" Azzura membeo. Dia kembali berbalik. "Kenapa aku harus minta maaf? Aku tidak merasa jika aku melakukan kesalahan!" tegas Azzura semakin di buat kesal saja.

"Kau sudah membuat Gardenia seperti ini tapi kau masih tidak menyadari kesalahan mu. Terbuat dari apa hatimu Azzura!" Violet memekik semakin keras.

Gardenia menatap Azzura dengan tatapan mengejek, dia masih pura-pura menangis namun mata dan bibirnya tersenyum.

"Ibu bilang aku jahat? Yang jahat sebenarnya itu siapa? Setelah membuang ku demi melindungi anak kesayangan mu, Ibu masih bisa mengatakan kalau ini semua kesalahan Azzura? Sebenarnya Azzura ini anak siapa? Apa Azzura hanya anak yang keluar dari celah batu sampai Ibu bisa berbuat setega ini? Azzura anggap hubungan kita sudah berakhir setelah Ibu melempar ku keluar. Dan Ibu lihat! Pecahan itu ada di mana? Yang melempar pajangan itu bukan aku, tapi anak kesayangan Ibu. Jangan mudah di bodoh-bodohi Bu. Gardenia itu sangat licik!"

"Azzura!" Violet kembali berteriak dengan mata melotot tajam.

Azzura mengangkat bahunya acuh. Dia keluar dari kamar itu meninggalkan Gardenia yang masih berusaha meyakinkan Violet bahwa apa yang Azzura katakan itu tidak benar, dia yang teraniaya di sini.

"Sudah sayang, biarkan saja! Jangan anggap dia ya. Maafkan dia Nak!" Violet mengelus kepala Gardenia dalam dekapannya. Violet melirik pintu kamar itu nanar. Ada rasa bersalah dan juga kecewa didalam hatinya. Anak yang dia kandung dan dia besarkan ternyata menjadi anak yang menjadi sumber masalah untuknya.

****

"Nyonya!" Bert berlari menghampiri Azzura. "Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Bert sedikit khawatir karena Azzura terlihat berkaca-kaca. Wanita cantik itu tersenyum namun Bert sangat tahu kalau senyum yang Azzura tunjukan tidak tulus dari dalam hatinya.

"Aku baik-baik saja Bert. Apa kita bisa pulang sekarang?"

Bert mengangguk, dia membukakan pintu mobil mempersilahkan Azzura untuk masuk. Setelah pintu mobil itu tertutup. Azzura menatap rumah yang sudah menaungi Azzura Aurora selama lebih dari 10 tahun, selama itu juga Azzura tahu bahwa Azzura Aurora mendapatkan perlakuan tidak adil di rumah ini.

"Mulai sekarang aku akan berusaha untuk membuat Azzura Aurora bahagia Rubby. Aku tidak akan membiarkan dia berakhir seperti ku. Kita akan merubah takdir figuran ini menjadi pemeran utama yang sangat di kagumi banyak orang."

Rubby mengangguk, dia tidak banyak bicara karena Rubby pun tahu bagaimana menderitanya Azzura Aurora sebelum Azzura datang. Mereka memiliki nasib yang sama namun sifat mereka sangat berbeda. Jika Azzura Aurora dikuasai Azzura yang sekarang, Rubby yakin. Kehidupan Azzura Aurora bisa jauh lebih baik. Tidak ada perlakuan tidak adil, dan tidak akan ada air mata lagi. Bahkan mungkin kematian Azzura Aurora akan bisa di hindari.

"Kau harus kuat Azzura!"