Bijaklah dalam membaca!!
Firo, seorang pria malang yang dianggap gila. Salah satu keluarganya sengaja mengasingkan Firo dan mencampurkan ganja di makanannya sejak kecil. Dia sanggup bertahan hingga dewasa demi mengungkap siapa pelaku pembunuh ibunya.
Medina, gadis cantik yang mau menikah dengannya, menemani Firo mengungkap misteri yang tersimpan rapat di keluarganya.
Balas dendam, pembunuhan dan keikhlasan mengiringi perjalanan pernikahan mereka yang penuh dengan cinta dan tangisan.
Akankah mereka berakhir bahagia? Atau akan berakhir menyedihkan?
Simak kisahnya disini.
follow Ig author: @afsheen_yanyan
Cerita ini di bumbui adegan romantis, balas dendam dan juga pembunuhan.
Terimakasih sudah membaca novelku
jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya.
Salam hangat_Afsheen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afsheen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersadar
Medina terbangun, Dipegangnya kepalanya yang masih terasa sangat pusing.
Kenapa aku berada di kamar sekarang? Batinnya.
"Non, sudah baikan?" Bi Inah memberikan segelas air putih.
Medina yang tersadar duduk bersandar di ujung kasurnya.
"Terima kasih, Bi"
Medina mencoba mengingat yang barusan dia alami sebelum dirinya tersadar. Diingatannya dia sedang di sekap di sebuah ruangan. Tangannya terikat dan mulutnya tertutup kain. Samar-samar Dia melihat dua orang yang sedang berkelahi di depannya. Medina tak mengenali kedua orang itu. Karena kedua orang itu mukanya tertutup. Mereka saling memukul dan satu orang yang hendak menolongnya perutnya tertusuk senjata tajam.
Setelah itu ada sebuah kayu yang jatuh mengenai kepalanya dan membuat dia tak sadarkan diri lagi.
"Bi, Siapa yang membawa aku kesini?" tanya Medina.
Bi inah hanya tersenyum tak menjawab.
"Kamu istirahat saja kalau masih pusing." Firo yang juga ada di kamarnya menyela pembicaraan mereka.
"Tuan, apa tadi tuan datang ke Wahana X tadi siang?" tanya Medina penasaran.
"Dari tadi aku ada di rumah," jawab Firo santai.
Medina teringat seperti melihatnya di tempat itu, "Oh mungkin aku hanya salah lihat," seru Medina.
"Sebaiknya cepat kamu bilang pada Daddy kalo kamu tidak hamil, ada orang yang tidak suka dan itu membahayakan mu!" ucap Firo berbicara membelakanginya.
"Maksud anda apa tuan? Tentu saja tanpa di suruh aku akan bilang kepada Tuan Bram,"
Belum sempat dijawab Firo malah mendekatinya, Medina langsung perlahan menjauh. Firo semakin mendekat, tetapi Medina semakin mundur menjauh hampir terjatuh dari kasur yang ia duduki.
Ditariknya tangan Medina agar dia diam tak menjauh.
"Diam lah sebentar." Tangan Firo mengusap pipi Medina dengan sangat lembut, Kemudian Firo mengobati luka yang terdapat di pipi Medina.
"Auhh.. pelan pelan." Medina melihat kaca di sebelahnya dan benar saja ada luka di pipinya. Medina pikir Firo mendekat ingin menciumnya lagi.
Firo selesai mengobati pipi Medina.
"Jangan mesum kamu" Firo mendorong kening Medina dengan telunjuknya.
Medina tidak tahu ada luka di pipinya.Kejadiannya begitu cepat. Medina masih terasa pusing di kepalanya.
"Mulai sekarang kamu harus berhati-hati,"
Kata-kata Firo menurut Medina ada benarnya. Karena tidak mungkin orang menyekapnya tanpa ada maksud dan tujuan.
"Tuan, Terima kasih" Medina berkata ketika Firo hendak meninggalkannya.
"Apa hanya ucapan Terima kasih?" ucap Firo.
Medina berpikir tidak mengerti apa yang di maksud Firo barusan.
Firo lalu tersenyum meninggalkannya.
***
Flashback.
Hari itu Firo dan Bi inah keluar rumah. Seperti biasa mereka memberikan alasan akan melakukan terapi untuk Firo agar mereka diijinkan keluar bebas. Dengan diantar sopir mereka pergi menuju rumah Bi Inah.
Setengah jam di perjalanan mereka akhirnya sampai di tempat terapi yang juga rumah Bi inah.
Seperti biasa setelah sampai, Sopir yang mengantarnya akan disuruh pergi jalan-jalan keluar. Agar bisa libur menemui keluarganya, Sopir itu sangat senang menyetujuinya. Dan akan datang menjemput lagi ketika sore hari.
"Neneeeekkk," seorang anak kecil berteriak senang mendatangi Bi inah.
"Gio, Nenek kangen banget sama kamu," Bi inah menciumi anak bertubuh gembul itu yang ternyata cucunya.
Anak kecil itu bernama Gio berumur sekitar empat tahunan anak dari Ricko dan Laras. Laras adalah dokter psikiater yang menangani Firo dan Ricko adalah anak Bi Inah yang tinggal terpisah dari kecil.
Ricko jatuh cinta kepada Laras karena sering mengantar Firo waktu terapi. Lambat laun mereka akhirnya menikah dan memiliki seorang anak bernama Gio. Tidak ada yang mengetahui laras adalah menantu Bi inah.
"Om Firo ajakin Gio main dong, Gio kangen sama om," Gio menarik narik baju Firo.
Gio begitu gendut dan gemas.
"Hai boy gimana kabarmu? Enak gak tinggal di luar negri?" Firo menyentil hidung mancung Gio.
"Ah gak enak! Om sama nenek gak bisa ikut," ucap Gio manja.
"Ehm..gimana rasanya sudah punya istri?" seorang lelaki berumur delapan tahun lebih tua darinya mendekatinya.
"Darimana kamu tahu kak? Bagaimana kabarmu? " tanya Firo sambil merangkul orang yang sudah di anggap kakaknya sendiri.
"Kabar aku baik dong, apalagi sekarang Gio mau punya adik lagi"
Ricko mengelus perut laras yang membuncit.
"Ibu yang memberitahukan kita," ucap Laras tersenyum sambil memberikan minuman kepada mereka. Sebenarnya laras lah yang mempengaruhi Tuan Bram agar segera menikahkan Firo. Laras dan Ricko ingin Firo bisa hidup normal lagi dengan mempunyai istri.
Gio menaiki punggung Firo, "Om udah janji kalau Gio pulang om mau mengajak Gio jalan-jalan, " Berkali-kali Gio menagih janjinya.
"Ok.baik bos! kalau begitu ayo kita jalan-jalan, "
Mereka bertiga sudah berbulan-bulan berada di luar negri. Mereka baru tahu kalau Firo sudah menikah, itupun karena diberi tahu Bi Inah lewat telepon.
Gio bersorak girang, Akhirnya Firo dan Ricko mengajaknya keluar jalan-jalan. Sementara Bi inah menemani laras yang sedang hamil di rumah.
Mereka bertiga datang ke wahana X siang itu.
Karena rengekan Gio, Firo mau menuruti Gio untuk menemaninya bermain berkeliling.
Karena gendut dan berat Firo dan Ricko bergantian menggendong Gio yang kecapean karena berjalan.
"Ahh dasar gendut! Baru jalan sebentar aja udah kecapean," Firo meledek Gio sambil menggendongnya.
Karena bercanda Gio melepas Topi dan masker yang biasa Firo gunain untuk menutup mukanya.
"Om ganteng kalau gak pakai masker.. ha.. ha.. " Gio turun berlari sambil membawa topi dan masker Firo.
Firo pun mengejarnya, Mereka sangat akrab bahkan Ricko yang ada di sebelahnya diacuhkan.
Saat itu pula dari atas Medina melihatnya.
Sudah banyak permainan yang di mainkan. Karena merasa capek akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar.
Di sini Firo tidak di kenali karena kembali memakai topi dan masker. Sambil meminum minumannya pandangan Firo tertuju kepada Medina yang kebetulan ada di tempat itu.
Firo memperhatikan Medina yang sedang bersama Shaka dari jauh.
Firo melihat Medina sedang duduk dan Shaka yang sedang menuju gerai eskrim.
Tiba-tiba.
Seseorang membekap Medina dari belakang. Dengan gerakan cepat orang itu lalu membawa Medina ke dalam mobilnya.
udh doong..kesian medinaa