NovelToon NovelToon
Jalan Yang Terkurung

Jalan Yang Terkurung

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tulisan_nic

"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."

Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Hari pertama kerja part time

Matahari belum sepenuhnya tampil,sudah menjadi kebiasaan Arina untuk membereskan semua keperluan Mamak di kedai.Adonan Mie sudah jadi,irisan daun bawang dan seledri juga tersaji rapi.Mangkuk-mangkuk bertumpuk kering dan bersih.

Arina mulai bersiap ke sekolah,setelah mandi dan berpakaian rapi terakhir memakai sepatu. Ia duduk di sebelah Bapak,ada secangkir kopi panas di dekatnya.Kebiasaan Bapak sebelum berangkat kerja kuli.Bapak tidak pernah sarapan,baginya kopi sudah cukup mengembalikan semangat kerjanya lagi.

"Arin,ini Bapak ada uang buat kamu.Kamu simpen nggak usah tahu Mamak atau Masmu"Bapak merogoh saku celananya,selembar uang lima puluh ribu ia lipat dan menaruhnya di genggaman Arina.

"Bapak gajian?"

"Ssttt...sudah jangan keras-keras,nanti Mamakmu dengar"

Reflek Arina menutup mulut dengan telapak tangan.Matanya melirik ke arah dapur tempat Mamaknya yang sedang meracik bumbu.

"Pak, terimakasih....Arina mau nabung"

"Iya,simpen dulu...nanti kalau Bapak ada uang lagi dan sudah cukup kita beli Ponsel baru ya"

"Bapak tahu Ponsel Arina rusak?"

"Tahu...Bapak lihat tadi malam,Ponsel kamu ada sarang laba-laba nya"

Arina tersenyum,matanya berkaca-kaca,betapa ini sangat berarti baginya."Bapak selalu ngertiin aku, terimakasih ya Pak"

Bapak hanya tersenyum,sorot matanya hangat...menunjukkan rasa cinta pada putri nya.

Sepatu sudah terpasang ,Arina pamit...berangkat ke sekolah. Setelah bersalaman pada Bapak dan juga Mamak.

Belum lama Arina berjalan kaki,sebuah mobil berhenti."Bukan mobil Arkan,Vivian juga bukan...siapa?"

Pintu mobil terbuka,Evan tersenyum

"Evan?"

"Ayo berangkat bareng aku"

"Iya,aku mau" entah kenapa hati Arina seperti musim semi yang bertaburan bunga-bunga.Duduk di sebelah Evan dengan senyum mengukir indah di wajahnya yang sudah manis.

"Evan,aku mau meminta maaf...aku sudah marah-marahin kamu.Aku hanya terlalu sensitif kemarin"

"Kamu tidak perlu meminta maaf,aku juga salah berbicara seperti itu ...saat kamu merasa sedang kesulitan aku malah enteng sekali menganggap nya mudah"Evan sambil membenarkan duduknya.

Suasana hening sejenak,di hati Arina sedang menimbang-nimbang."Sebenarnya aku khawatir,kamu tidak masuk kelas.Duh..aku tanyain nggak ya,kalau aku tanyain...nanti kelihatan banget aku mikirin dia.Kan malu banget kalau ketahuan.Duh gimana ya..." saat sedang seperti itu biasanya Arina secara tidak sadar meremas-remas jemarinya.Evan melirik sebentar ke tangan itu,dengan cepat dia bisa tahu kalau ada yang sedang Arina pikirkan.

"Kamu mau bilang sesuatu Arina?"

Di tanya begitu,Arina tidak langsung menjawab...dia menunduk sedikit,menelan ludah baru akhirnya kata-kata itu muncul.

"Kamu tidak masuk kelas, aku...aku jadi khawatir"Suaranya lirih,mirip seperti orang yang berbicara pada dirinya sendiri.

Evan tersenyum mendengar pengakuan kecil itu.Meski lirih Evan tahu kalau Arina sedang benar-benar mengkhawatirkan nya.

"Maaf ya,aku sudah buat kamu khawatir,aku kemarin sedang tidak siap menjalani hari-hari"

"Maksudmu apa?"

"Aku,ada hal yang membuat aku perlu mengandalkan diriku sendiri untuk sembuh,bukan berarti aku tidak membutuhkanmu..tapi aku belajar untuk berusaha menjadikan diriku bisa di andalkan saat aku benar-benar dalam kesulitan"

"Apa karena ucapanku kemarin?"

"Penyebabnya bukan itu,tapi justru ucapanmu yang kemarin menjadi jalan keluarnya"

"Aku semakin ngga ngerti Evan"

Evan menghela nafas,senyum samar di sudut bibirnya menjadikan wajahnya nampak semakin tampan

"Arina,aku ingin berterimakasih pada mu"

"Aku tak punya apa-apa untuk di berikan padamu,kenapa kamu berterimakasih?"

Evan tertawa kecil,ucapan Arina barusan terdengar polos dan lucu

"Kamu sudah bikin aku mengerti,bahwa diri kita jauh lebih bisa diandalkan untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang kita alami"

"Kapan aku mengatakan itu padamu?"

Evan tersenyum lagi,kali ini senyumnya tak hanya di bibir tapi juga di matanya.Senyum yang jujur dari hati yang mulai merasa sembuh.

***

Arkan berdiri di gerbang,tatapannya tajam ketika Arina dan Evan turun bersamaan."Kenapa dia nampak begitu senang?wajahnya ceria sekali seperti musim semi" yang di maksud Arkan adalah wajah Arina."Beda sekali kalau pergi bersamaku,apa aku seperti awan hitam sehingga membuat wajahnya mendung jika pergi bersamaku?"

"Ah...perbedaannya mencolok sekali".

Masih pagi,pelajaran di kelas belum di mulai,tapi Arkan langsung menuju lapangan Basket.Tangannya lincah memegang bola.Mendriblle bola dengan mata yang fokus,setelah puas lalu ia melakukan gerakan lompat,menembak bola ke arah ring ...bola masuk. Lalu dengan sigap ia menangkap bola itu melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.

Arkan dan bola basket seperti sudah menjadi satu kesatuan yang sulit terpisahkan,namun kali ini bukan sekedar permainan bola basket.Ada sesuatu yang menjadi penyebab permainannya penuh emosi.Bisa jadi karena dia sedang terbakar cemburu.

***

Arina sudah pulang sekolah,Evan yang mengantar.Teringat dengan janjinya pada Sinta untuk bekerja part time,ia mempercepat pekerjaannya di rumah membantu Mamak.

Cekatan ia mencuci mangkuk-mangkuk juga beberapa peralatan masak lainnya,hatinya tidak mengeluh justru rasa senang sudah membereskan pekerjaan itu

"Sudah selesai,sekarang lap meja terus sapu lantai" semangat itu masih ada,meski pekerjaan demi pekerjaan ia lakukan tanpa jeda.

Ia melirik jam dinding sambil menyeka peluh di dahinya.

"Sudah jam 3,aku mau ke rumah Mbak Sinta.Ini hari pertama aku bekerja...aku harus semangat" tangan kanannya mengepal mengacung ke udara.

Mamak sedang berbaring di bale-bale dekat TV, beristirahat setelah dari pagi buta sibuk dengan kedai.

"Mak aku mau ke rumah Mbak Sinta"

"Mau ngapain?"

"Aku bantu-bantu Mbak Sinta beresin rumah"

"Beresin rumah Sinta? Memangnya di gaji?"

"Iya Mak,Mbak Sinta kasih gaji lima puluh ribu setiap aku bantuin.Ini hari pertama aku kerja"

Mamak tersenyum setelah mendengar kata gaji lima puluh ribu dari Arina,ada rasa senang yang tidak bisa di tutupi.

"Kamu lagi dapat rezeki berati Rin,cepatlah nanti Sinta nunggu-nunggu"

Arina mengangguk,berbalik badan dan melangkah cepat,"Mamak sepertinya senang dengan keputusanku,pertama kalinya lihat Mamak begitu seperti mendapat dukungan darinya.Jadi seperti ini ya...rasanya di dukung Mamak"senyum samar menghiasi wajahnya bersamaan dengan hatinya yang berbicara.

Perumahan cluster milik Sinta dengan rumahnya tidak terlalu jauh,tidak butuh waktu lama untuk sampai di situ.Arina sudah sampai di gerbang yang di jaga oleh satpam.Ia melapor sebentar baru kemudian masuk ke area perumahan.

Rumah bernuansa cream pastel nampak sepi.Beberapa rumah di sebelah nya juga sepi."Kenapa rumah-rumah di sini seperti tidak berpenghuni,mungkin karena di sini orang-orangnya sibuk.Tapi punya rumah di lingkungan bersih dan rapi begini enak sekali.Kalau aku sudah dewasa dan punya uang,rumah seperti ini yang akan aku beli.Pasti menyenangkan" Sudut hati Arina menghangat,ada rasa percaya diri yang menyelinap.Ia percaya suatu saat nanti keinginan-keinginan nya akan tercapai.

Carport di rumah Sinta tidak terlalu luas,ada mobil hitam mengkilap terparkir di sana.Arina mengamati mobil itu,menyentuhnya pelan "Seperti kenal mobil ini,mobil milik keluarga Vivian...tapi,ada banyak orang yang punya mobil,bisa jadi mobilnya sama tapi pemiliknya berbeda"

Belum Arina memencet bel,pintu sudah terbuka.Sinta berdiri di sana.

"Arina,masuk sini..."

Arina tersenyum sambil mengangguk sedikit,terdengar suara laki-laki yang tidak asing baginya

"Siapa sayang?"suara itu di tujukan pada Sinta,tapi membuat Arina terbengong."Itu kan..."

*

*

*

~Salam Hangat Dari Penulis🤍

1
pilay
Lanjutin Thor🙏
Tulisan_nic: Terimakasih pilay,atas dukungannya🤍
total 1 replies
miu@
karya yang luar biasa untuk orang yang posisinya sama
Tulisan_nic: Terimakasih dukungannya Zahara🤍
total 3 replies
miu@
Thor,😥 lanjutin
Tulisan_nic: oke,dukung aku terus buat lanjutin ceritanya ya🤍
total 1 replies
OBELISKC
Aku bahkan rela membayar untuk kelanjutan cerita ini!
Tulisan_nic: Hai,kamu suka alur cerita nya? oke aku akan lanjutkan
dukung aku terus ya🤍
total 1 replies
Eira
Wajib dibaca semua orang!
Tulisan_nic: berasa realate ya,oke aku lanjutin
trimakasih support nya🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!