Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.
Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.
Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.
"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq
Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Kecurigaan Charlie
Pagi ini ada yang berbeda, karena saat bangun Aretha langsung pergi ke kamar mandi dan muntah-muntah. Kebisingan itu tentu membuat sang suami turut bangun dari tidurnya. Dia sedikit memberi perhatian dengan memijat bahu Aretha supaya wanita itu lebih enakan.
"Kemarin kamu makan apa sih sampai muntah-muntah begini?" tanya Dirga yang merasa aneh, karena tiba-tiba istrinya sakit.
Selesai gejolak yang sedari tadi memenuhi perutnya itu mereda Aretha langsung menegakkan tubuh dan menatap Dirga dengan dengusan.
"Apa yang aku makan tentu saja sama dengan kamu. Tapi sepertinya aku sakit bukan karena itu ...." Aretha menggantung kalimatnya, karena dia ingat betul bahwa jadwal menstruasinya bulan ini sudah terlambat. Dan kemungkinan besar kini dia hamil.
"Terus kenapa? Malah bengong?" seru Dirga yang melihat istrinya malah diam saja seperti patung.
"Sayang, ini gawat. Aku perlu mengeceknya!" ujar Aretha dengan wajah pias. Tanpa menunggu jawaban suaminya dia sudah melipir untuk mengambil tespek yang ada di laci, dan ternyata masih ada sisa dua buah.
"Re, kamu—" Dirga yang melihat Aretha membawa benda itu langsung ikut terperangah. Pasalnya anak mereka saat ini masih kecil, bisnis juga masih merintis dan belum sebesar yang mereka impikan. Lantas sekarang Tuhan memberi mereka beban lagi?
"Aku cek dulu!" cetus Aretha lalu masuk ke kamar mandi. Sementara di luar Dirga menunggu dengan harap-harap cemas, semoga saja apa yang mereka pikirkan tidak terjadi.
Namun, garis nyata itu tak bisa berbohong. Saat ini Aretha benar-benar tengah mengandung anak keduanya. Wanita itu pun langsung mengusap wajahnya dengan kasar, padahal dia sudah memakai alat kontrasepsi, tapi kenapa tak berpengaruh sama sekali?
"Bagaimana, Re?" tanya Dirga saat istrinya keluar dengan wajah lemas. Seharusnya dia sudah bisa menduganya, tapi rasanya Dirga belum yakin jika belum melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Dirga merebut apa yang di tangan Aretha dengan cepat. Detik selanjutnya mata Dirga terbelalak, reaksi mereka sama persis. Karena mereka sama-sama menganggap bahwa anak adalah beban yang harus ditanggung.
"Ck, kok bisa sih, Re?" Bukannya bersyukur, itulah yang keluar dari mulut Dirga.
"Ya mana aku tahu, Dirga! Kan kamu tahu sendiri aku juga pakai alat kontrasepsi. Tapi apa? Hasilnya tidak 100 persen!" balas Aretha. Pagi-pagi mereka berdua cekcok, sementara anak mereka menangis di atas ranjang.
*
*
*
"Akhir-akhir ini kamu sangat sibuk ya, Ben?" tanya Felicia sambil memasangkan dasi di leher suaminya, mereka duduk di sofa. Wanita itu sambil memeriksa apakah ada bekas percintaan di tubuh Ruben, dan ternyata Felicia tidak berhasil melihatnya.
"Iya, Sayang, kan Papa menyerahkan sebuah proyek baru padaku. Jadi, setiap pulang kerja aku cukup kelelahan," jawab Ruben, dia memang sedang menangani sebuah proyek. Namun, waktu tidak sepenuhnya dia gunakan untuk bekerja, karena mulai hari itu ada sedikit yang dia sisipkan untuk Sheana. "Memangnya kenapa, hemm?" Lanjut Ruben seraya memegang pinggang Felicia dengan mesra.
"Aku sudah lama tidak makan malam di luar. Bagaimana kalau kita agendakan dalam minggu ini?" Tangan Felicia beralih memeluk leher, dan mata mereka saling tatap dengan mendayu.
"Minggu ini?" Ruben seperti terkejut.
"Iya, memangnya kenapa? Kamu ada kegiatan lain?" tanya Felicia, sedikit demi sedikit mengorek. Namun, tentu saja Ruben selalu mengutamakan istri pertamanya.
"Tentu saja tidak. Kamu mau makan malam di mana? Silahkan langsung saja booking, karena aku pasti meluangkan waktu untukmu, Sayang," jawab Ruben seraya mencapit dagu Felicia dan mencium bibir wanita itu.
Felicia terkekeh kecil. Tapi dalam hati dia mulai merasa jengah dengan akting suaminya ini.
"Oke, dan malam itu kita tidak akan pulang, karena aku juga akan booking penginapan. Aku ingin menghabiskan malam dengan suasana yang berbeda. Kamu juga pastinya merindukan sentuhan dan desahaaannku kan, Ben?"
Felicia semakin bermanja-manja. Dan Ruben akan selalu terpikat dengan itu, meski dia juga telah menikmati kemolekann tubuh istri keduanya.
"Aku serahkan semuanya padamu, Sayang. Dan sepertinya pertanyaan terakhirmu itu tidak perlu dilontarkan, karena aku selalu merindukanmu setiap hari," balas Ruben kembali menciumi tubuh Felicia, hingga wanita itu bergerak kegelian. Namun, di antara gelak tawa itu, mulai ada amarah dan benci yang menjadi satu.
*
*
*
Charlie beberapa kali mendapati sang kakak pulang ke rumah yang katanya baru dibeli itu. Namun, hal tersebut malah membuatnya sedikit curiga, sebenarnya apa yang Ruben dan Felicia sembunyikan di sana. Atau mungkin ada sesuatu yang sedang direncanakan, agar orang-orang di rumah utama tidak mengetahuinya.
"Aku harus cari tahu lebih dalam. Bisa bahaya kalau tiba-tiba Kak Ruben punya rencana jahat dan membuatku harus hengkang dari perusahaan," gumam Charlie yang sudah duduk di balik kemudi. Dia tengah menunggu Ruben keluar dari perusahaan.
Namun, saat pria itu datang. Ruben justru mengemudikan mobilnya ke arah lain. Otomatis apa yang Charlie lakukan sedari tadi adalah sia-sia.
"Yeah! Hari ini dia tidak pulang ke rumah itu. Baiknya aku saja yang ke sana," rutuk Charlie sambil menghela nafas panjang.
Karena sudah cukup hafal Charlie pun tidak perlu kesusahan lagi untuk pergi ke gang rumah yang ditempati oleh Sheana. Saat tiba di lokasi Charlie memelankan kendaraannya, melihat satu persatu rumah besar yang ada di daerah itu.
Saat melewati satu rumah, Charlie seperti melihat Batari yang ada di halaman depan. Dia menajamkan penglihatannya, dan wanita itu benar-benar ada di sana.
Namun, bukan hanya itu yang menjadi fokus Charlie sekarang, tapi sosok wanita berambut panjang yang tengah sibuk dengan bunga-bunganya.
"Siapa dia? Wajahnya asing, apakah dia pelayan juga?" gumam Charlie menerka-nerka.
selamat luan, akhirnya kamu bisa masuk rumah utama. ingat luan? kamu harus selalu melindungi Shiena, karena di dalam rumah utama ada seseorang yang pastinya akan mencelakai Shiena.
Sukurinn kamu fel? pelan2 keberadaanmu pasti tersingkirkan, kamu yang memulai dan akhirnya kamu juga yang pasti tereliminasi. yang pasti nyonyah Sandra akan berada di pihak shiena 😂😂
apalagi kalo nti dia bisa memberikan cucu dari Ruben ..s Felicia bakal d tendang dari istana yg selama ini buat d nyaman 🤭
emejing bgt klo bgitu🤭🤣🤣🤣