NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Zafran Dan Keyla

Setelah syukuran, perut Khanza tampak semakin besar dan bulat. Dia masih tetap fokus pada pekerjaannya.

"Za, kamu jangan terlalu capek bekerja, ingat kamu sedang hamil," ucap Mira memperingati putri pertamanya itu.

"Iya, Ma, Khanza nggak sampe capek kok, lebih banyak tiduran aja di toko. Kan ada dua karyawan aku juga Ma."

"Ya udah. Kalau ada apa-apa, apapun yang terasa kasih tahu Mama, jangan di tahan aja, ini hamil pertama kamu. Dulu, Mama waktu hamil kamu kewalahan banget, untung saja ada Bu Ijah. Dia baik, dermawan aslinya." Mira menerawang mengingat beberapa kejadian tahun lalu. "Tanan dulu juga sangat lucu, baik dan pintar." Mira menghela nafas.

"Sayangnya, sudah lama tak bertemu, karena Bu Ijah menjual rumahnya, malah kita bertemu kembali dengan kejadian seperti ini, padahal dulu Mama ingin silaturahmi dengan cara baik-baik, menjodohkan kamu dengan Tanan secara baik, bukan seperti ini .... " Mira berwajah sedih.

"Sudahlah, Ma. Ini semua juga takdir kami. Mungkin begini jalan jodoh kami. Jika saja tidak dengan kejadian ini, aku mungkin berat hati bersedia menikah dengannya Ma, perangainya aja seperti itu. Sementara sekarang, aku harus bersabar dan menerima takdir ku." Khanza berkata tegas dalam kesedihan hati.

"Zafran dan Keyla gimana sekolahnya di luar kota, ada hubungan Mama? Aku jarang nelfon sama mereka," kata Khanza mengalihkan pembicaraan setelahnya.

"Zafran ada kemarin, tapi Key belum, masih sibuk sama ujian akhir sekolah kayaknya," jawab Mira.

Zafran dan Keyla adalah anak adopsi Mira dan Bagas, mereka berdua jarang tampil di depan umum karena sibuk pendidikan saja, les dan lainnya, sementara Khanza sejak dulu selalu dibawa kemana-mana oleh Bagas, jadi orang berpikir hanya Khanza anak satu-satunya, anak tunggal.

"Aku agak cemas kalau nanti Zafran pulang Ma," ungkap Khanza.

"Cemas kenapa Nak?" Mira menatap Khanza.

"Cemas kalau dia tidak bisa terima ini," jawab Khanza pelan.

Mira melamun sejenak, Zafran adalah anak yang dibuang di panti asuhan, tidak tahu siapa ayah dan ibunya, hingga dia sangat membenci orang-orang yang berpacaran, dia membenci laki-laki tidak bertanggungjawab.

Mira menyentuh punggung tangan Khanza. "Mungkin ini sulit, tapi perlahan kita harus menjelaskan dengan hati-hati padanya."

"Iya, Ma. Dia kapan pulang katanya? Semester kemarin dia nggak jadi pulang, apa akhir semester sekarang dia pulang, Ma?"

"Katanya sih, pulang, kalo enggak udah mau setahun nih dia nggak pulang," balas Mira.

"Oh, kalau Keyla kapan pulang, Ma?"

"Katanya bareng Zafran, mereka 'kan satu kota sekolahnya," jawab Mira.

Keyla adalah anak sepupu Bagas. Sepupu Bagas sudah meninggal, pihak keluarga istri tidak menerima Keyla karena dulunya sepupu Bagas dan ibunya Keyla itu kawin lari, jadi Bagas lah yang merawat dan menyekolahkannya dengan Mira. Untuk menjaga dan mengamankan status Keyla, Bagas dan Mira mengurus surat adopsi.

Pernah saat itu, keluarga pihak Ibu Keyla ingin memoroti uang, sekali dua kali, Bagas memberi uang, tapi berkali-kali dia tidak mau lagi. Mira dan Bagas membawa mereka ke jalur hukum, hingga mereka mundur sendiri.

***

Ijah tersenyum saat menerima upah mengupas bawang jauh lebih banyak dapatnya hari ini. Apalagi, bawang sortir yang kurang bagus di berikan secara gratis padanya, Ijah bisa menggunakan bawang-bawang yang ukuran kecil dan tidak bagus ini untuk dia memasak. Bawangnya masih bagus untuk memasak, hanya saja kecil-kecil sekali.

"Makasih banyak Bu Gunawan, bukan hanya bawang, bahkan saya juga di kasih sayur dan ikan," kata Ijah.

"Iya, sama-sama, yang lain juga dapat ikan kok, cuma bawang dan sayur aja enggak," kata istri juragan bawang itu. "Kebetulan, suami dan anakku mancing, dan dapat banyak ikan, makanya bagi-bagi sama kalian semua," lanjutnya lagi.

Ijah pulang dengan tersenyum, dia memang melakukan penghematan, ditambah ada yang memberikan bahan masakan gratis, dia merasa sangat bersyukur sekali.

"Alhamdulillah, Maha Suci Engkau ya Allah, yang telah memberikan hamba banyak rezeki." Dia mengusap wajahnya.

Ijah sudah sampai di rumah sederhana yang ia sewa, bawang dan sayuran dia susun, dia masak sayuran yang paling cepat layu duluan, sementara yang lainnya dia masukkan ke dalam kulkas seken satu pintu.

Saat adzan magrib, Ijah berniat salat berjamaah di Masjid, tetapi saat dia hendak menutup pintu, Khanza malah sampai di rumah membawa sekantong makanan. Hingga akhirnya, dia dan Khanza salat magrib di rumah saja sendiri-sendiri.

Ijah salat lebih dulu saat Khanza menyiapkan makanan, lalu di susul Khanza.

"Wah, banyak sekali lauk pauknya Nak. Ibu juga sudah masak sayur dan sup ikan," kata Ijah merasa sayang sekali.

"Oh, kalau begitu kita habiskan yang berkuah ini saja dulu, Bu. Rendang sama sambal kalio bisa di hangat-in untuk besok," jawab Khanza.

Ijah tersenyum. "Nak Khanza dari toko capek-capek datang ke sini, Ibu jadi tidak enak, apalagi Nak Khanza lagi hamil sekarang, takutnya kelelahan," kata Ijah.

"Tidak apa-apa, Bu. Khanza kuat dan senang kok. Di rumah sering makan sendiri-sendiri, Mama dan Papa sibuk, kadang sudah makan duluan di luar. Kalau di sini, kita bisa makan bersama Bu," tutur Khanza.

Mereka makan dan mengobrol-obrol. Khanza dan Bu Ijah semakin akrab dan dekat.

"Ibu sudah pergi ke penjara, besuk Mas Tanan?" tanya Khanza setelah merapikan meja makan.

"Belum sempat, karena sekarang sering lembur dan banyak pekerjaan, dua hari lagi ibu akan ke sana, Nak Khanza mau ikut?" tanya Ijah berbasa-basi, dia tidak ingin memaksa, dia tahu Khanza belum bisa membuka hati sepenuhnya.

"Kayaknya enggak bisa Bu, ada pesanan banyak kemarin, jadi harus bantu-bantu dan kontrol karyawan juga. Beberapa hari lalu, Khanza sempat jenguk ke sana, Mas Tanan titip pesan sama ibu," ujar Khanza.

Bu Khadijah melotot, dia menatap Khanza lama setelahnya. "Sama Dik Mira?" tanyanya.

Khanza menggeleng. "Tidak Bu, sendirian saja, Mama yang nyuruh, soalnya kata Mama Ibu sibuk," terang Khanza.

Ijah tersenyum. "Makasih ya Nak, sudah jenguk anak Ibu." Dia memeluk Khanza. "Kamu menantu yang sangat baik."

"Khanza tidur di sini malam ini? Atau pulang?" Ijah bertanya sambil menatap jam di dinding yang semakin larut. "Bahaya jika pulang larut malam, apalagi hamil begini," lanjut Ijah.

"Khanza tidur di sini saja Bu, sama Ibu. Tadi sudah minta izin sama Mama dan Papa. Lagian besok pagi juga harus cepat ke toko, dari sini ke toko lebih dekat dari pada dari rumah," jawab Khanza.

"Baiklah kalau begitu, ibu jadi tidak khawatir lagi. Ibu juga senang ada teman malam ini di rumah,"ucap Khadijah tersenyum.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!