NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

BALAS DENDAM ISTRI YANG DIBUNUH SUAMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Balas Dendam / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

PERINGATAN!!!! SELURUH ISI CERITA NOVEL INI HANYA FIKTIF DAN TIDAK RAMAH ANAK ANAK. PERINGATAN KERAS, SEMUA ADEGAN TAK BOLEH DITIRU APAPUN ALASANNYA.

Setelah membantu suaminya dalam perang saudara, dan mengotori tangannya dengan darah dari saudara-saudara suaminya, Fiona di bunuh oleh suaminya sendiri, dengan alasan sudah tak dibutuhkan. Fiona bangkit kembali, ke lima tahun sebelum kejadian itu, dengan tekad kuat untuk membalas Dendam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15: perselisihan dua bersaudara

Vergil berjalan di depan, langkahnya santai, meninggalkan Tristan yang masih terdiam, otaknya memproses setiap kata yang diucapkan. Ia telah menyerah pada iblis yang menawarkan kekuasaan dan cara untuk membalas dendam pada Felix, namun ia tidak tahu seberapa jauh ia harus melangkah. Tristan merasa seperti orang bodoh yang baru saja menjual jiwanya, tapi ia tak punya pilihan lain, selain mengikuti kemauan Vergil.

Tristan akhirnya menyusul Vergil, ekspresinya dipenuhi kekalutan. "Aku masih tidak mengerti," bisiknya, suaranya serak. "Bagaimana kita bisa membuat Pangeran Felix melawan Ratu Eleanor? Ibuku tidak akan pernah membiarkan dirinya terlihat lemah di mata orang lain. Dia terlalu lihai."

Vergil berhenti di depan sebuah pintu ganda yang terbuat dari kayu ek gelap, menoleh ke arah Tristan dengan senyum sinis yang mengancam. "Itu intinya, bodoh. Kau tidak perlu membuatnya terlihat lemah di mata orang lain, kau hanya perlu membuat semua orang, termasuk Felix, percaya bahwa ia adalah pion yang dikendalikan oleh ibunya. Kau akan membuat Ratu Eleanor terlihat licik dan manipulatif, membuatnya terlihat seperti penjahat yang siap mengendalikan semua putranya demi kekuasaan."

"Aku tidak bisa... aku tidak punya bukti, atau..." Tristan berbisik, matanya berkobar penuh keraguan, ia tidak mau melakukan hal yang mustahil.

Vergil membuka pintu ganda itu dan menoleh, matanya menyipit penuh ejekan. "Bukti? Kau lupa siapa dirimu? Kau adalah pangeran keenam yang terkenal karismatik. Kau punya kekuatan yang tidak dimiliki orang lain, kekuatan yang bahkan tidak dimiliki oleh ibuku, kekuatan yang bisa mengubah kebenaran menjadi kebohongan, dan sebaliknya. Kau bisa meyakinkan siapa pun. Popularitasmu adalah pedang bermata dua, dan sekarang, kau akan menggunakannya untuk menghancurkan mereka. Sekarang, kau harus memilih: menjadi pion yang hancur, atau pion yang menghancurkan?"

"Apakah kau benar-benar berpikir aku akan berhasil?" Tristan bertanya, suaranya dipenuhi putus asa.

"Kau akan berhasil," jawab Vergil, suaranya berubah menjadi nada yang jauh lebih lembut, nadanya terdengar seperti sebuah bisikan. "Kau tidak punya pilihan selain berhasil, Tristan. Atau kau akan hancur dan menjadi orang yang paling malang di Kerajaan ini."

Tristan melangkah keluar dari kediaman Vergil, menelan kekalutan yang membanjiri pikirannya, ia sudah membuat pilihan. Dengan langkah berat ia menuju ke ruang perjamuan, di mana para bangsawan dan Pangeran Felix berkumpul. Tristan menghela napas, kemudian memantapkan diri. Ia menepuk bahu seorang bangsawan yang sedang berbincang dengan Pangeran Felix. Bangsawan itu menoleh, ekspresi bingung terlihat di wajahnya.

"Ah, Pangeran Tristan," sapa bangsawan itu, matanya menyipit dengan waspada. "Saya dengar reputasi Anda... sedikit bermasalah?"

"Tentu," sahut Tristan, senyumnya tidak memudar sedikit pun. "Reputasi adalah pedang bermata dua, bukan? Tapi tahukah Anda, saya tidak terkejut sama sekali. Karena saya melihat bagaimana Ratu Eleanor mengendalikan semua putranya yang mencoba merebut takhta, dan itu tidak adil." Tristan menoleh ke arah Felix, yang sedang memperhatikan mereka. "Saya merasa kasihan padanya. Ia hanyalah pion yang bisa dibuang, ia tidak lebih dari boneka Ratu Eleanor, yang siap dikorbankan demi kekuasaan."

Felix mendekat, tatapannya datar. "Apa maksudmu, Tristan?"

Tristan tertawa pelan, ekspresinya dipenuhi kesedihan yang dipalsukan. "Tidakkah Anda melihatnya? Ia bahkan tidak diizinkan untuk membuat keputusan sendiri. Semuanya harus disetujui oleh ibunya. Tidakkah Anda merasa aneh? Ratu Eleanor yang akan memetik hasil dari semua kerja kerasnya." Tristan kemudian menoleh ke arah bangsawan lain, memastikan mereka mendengarnya.

Kemudian, ia meninggalkan mereka, melihat percikan keraguan dan kecurigaan muncul di mata mereka. Tristan menyeringai, ia menyukai perasaan ini. Ia menikmati setiap langkah kecil yang membuatnya semakin dekat dengan kehancuran Felix, dan ini semua berkat Vergil.

Melihat Tristan pergi, wajah Felix mengeras, dia tidak menyangka adiknya akan berkata seperti itu di depan para bangsawan. Tristan, yang dulunya lemah, sekarang tampaknya telah menjadi seseorang yang berbeda. Felix mengalihkan pandangannya ke para bangsawan, yang sekarang sedang berbisik-bisik, menatapnya dengan pandangan curiga. Felix mendengus jijik, ia tidak akan membiarkan dirinya hancur begitu saja, apalagi di tangan adiknya yang menyedihkan.

Felix berjalan menghampiri Tristan, menarik lengannya dengan keras. "Kau!" desis Felix, matanya menyala-nyala penuh amarah. "Apa yang kau katakan pada mereka? Kau membuatku terlihat seperti orang bodoh di depan para bangsawan!"

Tristan menoleh, senyum sinisnya terukir di bibirnya. "Oh, ayolah, Kakak. Kau sudah tahu sejak awal, bukan? Setiap langkah yang kau ambil, setiap pesona yang kau tebar, semua itu adalah pedang bermata dua. Kau terlalu bergantung pada popularitasmu, pada tepuk tangan dan sanjungan mereka, sehingga kau lupa betapa mudahnya semua itu berbalik melawanmu."

"Aku tidak bergantung pada popularitas!" teriak Felix, suaranya dipenuhi amarah. "Aku pewaris takhta yang sah! Aku tidak butuh bantuan siapa pun untuk mendapatkan apa yang menjadi hakku! Tapi kau! Kau menusukku dari belakang! Kau berkhianat!"

"Benarkah?" tanya Tristan, ia tertawa. "Kalau begitu, kenapa kau terlihat sangat terganggu dengan semua ini? Tidakkah kau merasa aneh, Kakak? Bahwa semua yang kau lakukan, semua rencana yang kau susun, semua itu tidak membuatmu semakin dekat dengan takhta, tapi justru semakin menjauh?" Tristan mendekat, membisikkan sesuatu di telinga Felix. "Kau tidak lebih dari boneka. Kau hanya pion yang bisa dibuang."

Felix mencengkeram kerah baju Tristan, matanya berkobar penuh amarah. "Aku tidak akan pernah menjadi boneka siapa pun! Kau akan menyesal telah mengucapkan kata-kata itu!" teriak Felix, ia mendorong Tristan dengan keras, lalu meninggalkannya sendirian, wajahnya dipenuhi amarah dan kebingungan.

Amarah Felix menggelegak, ia memelototi Tristan seolah-olah ingin mencabik-cabiknya. Langkah kakinya terdengar keras di lantai marmer, menarik perhatian beberapa bangsawan lain. Tristan hanya berdiri, menyaksikan adegan itu dengan senyum kecil yang terlihat sangat puas.

"Kau seharusnya tidak pernah bermain-main dengan emosiku, Tristan," bisik Felix, suaranya dipenuhi ancaman. "Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tapi aku akan mencari tahu, dan ketika aku melakukannya, kau akan menyesal seumur hidupmu."

"Oh, benarkah?" tanya Tristan, matanya berkilau, ia tidak takut sama sekali. "Aku rasa, hanya waktu yang akan menjawabnya. Tapi, aku akan memperingatkanmu, jangan terlalu banyak meragukan orang di sekitarmu, Kakak. Terutama mereka yang mengaku sebagai sekutu. Karena, terkadang, mereka yang paling dekatlah yang akan menusukmu dari belakang."

Felix mendengus, ia tidak akan membiarkan dirinya diintimidasi. "Aku tidak peduli dengan omong kosongmu. Yang aku pedulikan adalah kehormatanku. Kau menghancurkannya, dan aku tidak akan memaafkanmu."

"Kehormatan?" Tristan tertawa, ia mengulangi kata itu. "Kau tidak punya kehormatan sejak awal. Kau hanya punya popularitas. Dan popularitas tidak akan bisa membantumu jika semua orang tahu bahwa kau hanya boneka."

Wajah Felix memucat, tangannya mengepal erat, gemetar. Ia tidak bisa percaya bahwa adiknya yang dulunya lemah, sekarang begitu berani untuk memprovokasinya. Dengan napas terengah-engah, Felix berbalik dan meninggalkan Tristan, ia tidak ingin terlihat lebih marah lagi. Namun, percakapan itu sudah cukup untuk menanamkan benih keraguan di hati para bangsawan, dan itu adalah hal yang paling penting bagi Tristan.

1
Cha Sumuk
kurang menarik krna mc ceweknya lemah,, biasa' nya klo setelah kelahiran jd kuat tp ini mlh lemah hemmm
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!