cover diganti NT yah.
Kecelakaan membuat pasangan kekasih bernama Amanda Rabila dan Raka Adhitama berpisah dalam sekejap. Kehadiran ibunda Raka pada saat itu, membuat hubungan mereka pun menjadi bertambah rumit.
"Lima milyar!"
"Ini cek berisi uang lima milyar. Semua ini milikmu, asalkan kau mau pergi dari kehidupan putraku selamanya."
-Hilda-
Amanda pun terpaksa memilih pergi jauh meninggalkan Raka yang sedang terbaring tak sadarkan diri.
Hingga suatu hari, takdir mempertemukan mereka kembali dalam kondisi yang berbeda. Amanda datang bukan lagi sebagai Amanda Rabila, melainkan sebagai Mandasari Celestine, bersama seorang anak lelaki tampan berusia 5 tahun.
Apakah Raka mengenali kekasihnya yang telah lama hilang?
Mampukah Raka mengungkap anak yang selama ini dirahasiakan darinya?
Temukan jawabannya di cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia sudah Melupakan Aku
Lima tahun kemudian...
Los Angeles
"Amanda, kamu yakin ingin pulang ke Indonesia?" tanya Sarah, teman Amanda sedari kecil.
"Iya Sar, pria itu sering meneror aku. Dia suka tiba-tiba muncul di apartemen atau di tempat yang biasa aku datangi. Aku tak tahan lagi. Malam ini aku berangkat, bisa jemput kan?"
"Oke, tentu. Aku jemput kamu di Bandara."
"Tapi malam-malam begini, tidak apa-apa?" tanya Amanda ketika ia melihat jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 09.30 malam.
Terdengar suara tertawa di seberang telepon.
"Amanda... Amanda, kamu lupa kalau Indonesia dan Los Angeles itu beda 14 jam? Jam 10 malam di tempatmu, jadi jam 11 siang di sini."
Amanda tertegun. Bisa-bisanya ia lupa jika ada perbedaan waktu antara Indonesia dan Los Angeles. Pikirannya sudah terlalu rumit karena pertemuannya dengan pria bernama Arga Dharmajaya.
Arga dahulu adalah teman sekolahnya. Pria itu tertarik pada Amanda sejak Amanda membantunya sewaktu acara camping sekolah. Arga hampir kehilangan nyawanya karena ia terperosok ke dalam jurang hingga Amanda datang memberinya bantuan, sebelum Arga benar-benar jatuh.
Sejak saat itu, Arga ingin Amanda menjadi miliknya. Mereka pun sempat memiliki hubungan, namun baru sebentar terjalin, keluarga Arga tiba-tiba menghilang dan tak pernah kembali lagi.
Amanda tak menyangka jika ternyata Arga dan keluarganya tinggal di Los Angeles. Dari sanalah, drama dimulai kembali.
Arga bahkan mengancam Amanda agar mau menikah dengannya, atau ia akan mengambil Rayyan, putra kecil Amanda. Arga berencana ingin mengakui Rayyan sebagai anaknya, karena istri yang dinikahinya belum juga hamil.
Dengan begitu, keluarga besarnya pasti akan dengan senang hati membawa Rayyan sebagai bagian dari mereka.
Amanda ingin menolak, ia tidak ingin menjadi istri simpanan Arga. Karena itu, ia meminta waktu 1 tahun, dengan alasan ia menunggu Rayyan besar dulu. Padahal Amanda segera mengurus kepindahannya untuk kembali ke Indonesia.
Buah simalakama sebenarnya. Di Indonesia dia harus menghindari Raka karena perjanjiannya dengan Hilda, belum lagi ia khawatir sewaktu-waktu dapat bertemu dengan wanita itu.
Tetapi di negara ini, ia juga terdesak dengan kondisi percintaannya yang rumit bersama Arga. Pria itu terus memaksanya untuk menjadi istri simpanan dan membuat Amanda jengah.
Jadi, Amanda akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan meninggalkan kota Los Angeles yang selama lima tahun ini menjadi bagian dari hidupnya.
"Oh iya, aku lupa Sar, hehe."
"Ya sudah, apa Rayyan tidak akan rewel?" tanya Sarah, mengingat Amanda memiliki putra yang baru berumur 5 tahun.
"Tidak, dia pintar kok. Nanti kamu kenalan saja dengannya."
"Baiklah, aku akan menjadi sahabat anakmu. Oke? Jadi cepatlah datang. Aku sudah memilihkan apartemen untukmu."
"Oke, terima kasih ya Sar. Kamu memang bisa diandalkan," sahut Amanda merasa tenang.
"Tidak masalah, kamu sudah seperti saudara bagiku."
"Baiklah, kalau begitu aku tutup teleponnya ya? Aku ingin bersiap-siap."
"Tentu."
Setelah telepon tertutup, Amanda menatap kosong apartemen kecilnya. Ia mungkin akan rindu suasana di kota itu. Di sana ia begitu nyaman, tidak ada yang mengganggunya seperti di Indonesia.
Lima tahun meninggalkan kota kelahirannya, Amanda memilih tinggal di sebuah kota besar di luar negeri. Kepergiannya terdapat campur tangan dari Hilda agar semua identitas dan apapun terkait dirinya tak bisa tersebar kemanapun dan ke siapapun.
Karena itu, semua layanan transportasi bahkan kependudukan, tidak ada yang dapat menyebutkan jati diri Amanda, berkat campur tangan Hilda.
Selama beberapa tahun Amanda hidup tanpa bekerja secara formal, ia bekerja freelance, karena ia harus merawat putra yang ia lahirkan lima tahun yang lalu. Meskipun begitu, kehidupan Amanda terbilang cukup baik bersama ibu dan putranya karena ia menggunakan uang 8 miliar dari Hilda.
"Nyonya Hilda...aku tidak ingin bertemu dengan keluarganya lagi. Aku sudah memutuskan, aku akan mengganti identitas dan wajahku dengan penyamaran," gumam Amanda seraya menatap cermin.
"Raka, bagaimana kabarnya ya? Dia pasti sudah melupakan aku. Maafkan aku, karena harus menghindari mu lagi. Aku akan membuat kalian semua tak akan mengenali wajahku ketika aku kembali."
...----------------...
Indonesia
"Amandaaa.." teriak Sarah bersemangat begitu melihat Amanda berjalan ke arahnya bersama seorang anak lelaki yang tampan.
Amanda pun tercekat, lalu memaksakan diri untuk tersenyum. Wanita itu menggandeng tangan Rayyan dengan melangkah cepat untuk menemui Sarah.
"Akhirnya setelah sekian lama, kamu bisa pulang juga..."
"Heh, kamu lupa kalau sekarang namaku bukan Amanda?" tegur Amanda.
"Ah iya, aku lupa. Aku bahkan terus memperhatikan fotomu yang kemarin kau kirimkan kepada ku. Karena itu aku bisa mengenalimu."
"Dipikir-pikir...kamu hebat juga ya merias wajahmu hingga terlihat begitu berbeda. Aku saja tak mengenalimu jika tak melihat dulu foto darimu," puji Sarah seraya memperhatikan sahabatnya.
Amanda merubah penampilannya dengan mengenakan make-up yang sedikit lebih gelap dari kulitnya. Ia menghias wajah depannya dengan titik-titik seperti bekas jerawat dan tahi lalat besar di ujung pipinya.
Tidak lupa, ia mengenakan kacamata besar dan mengeritingkan rambut lurusnya untuk menambah kesan 'asing' pada dirinya.
"Yah, ini harus aku lakukan agar aku tidak dikenali oleh Nyonya Hilda ataupun Raka."
"Hmm padahal nyonya Hilda juga tidak ada di sini loh, harusnya kamu tidak perlu menyamar begini. Lagipula, kasihan kan Tuan Raka?"
"Dia pasti sudah melupakan aku Sar."
"Ehh tahu darimana kamu?"
"Lima tahun itu bukan waktu singkat. Sudahlah Sar, lebih baik dia tidak mengenaliku dan tidak terlibat hubungan apapun lagi dengan ku."