Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan Itu
"Tok," sapa Yudi, berusaha ramah, meskipun ia tahu sambutan pria itu tidak pernah baik.
Tak mendapat respon positif, Yudi bergegas membayar belanjaannya. Ia membeli beberpa biskuit, dan pesan Darmadi jangan membeli yang terbuka, dan ia memilih jajanan pabrik yang lebih aman.
Ia menuju rumah bidan, dan menjemput Emy yang sudah lebih membaik kondisinya. Namun, gadis itu harus kembali seminggu lagi, dan menjalani perobatannya hingga selesai, atau istilahnya penutup obat.
Terlihat Emy sudah menunggu diteras, dan seorang pria tua berambut putih menemaninya.
"Tok," sapa Yudi. Pria itu tersenyum ramah, dan menyambut Yudi dengan kehangatan.
Keduanya berjabat tangan, lalu saling sapa singkat, dan bergegas pulang menuju rumah kos baru mereka.
"Apakah rumah kos yang ini yang ada kamar mandinya, Bang?" tanya Emy, dengan nada lirih. Sepertinya ia masih dalm tahap pemulihan.
"Iya," jawab Yudi dengan datar. Ia tahu, jika pertanyaan itu akan menjadi topik utama para gadis.
"Gimana kondisimu,?" tanya Yudi dengan rasa simpati. Ia merasa sangat kasihan dengan kedua rekannya yang harus terkena racun santau mematikan itu.
"Alhamdulillah, sudah membaik." Emy menjawab dengan tarikan nafas yang berat. Sebab tidak pernah terbayangkan olehnya, jika ia dan Yayuk, harus mengalami kejadian yang tidak mengenakkan.
"Semoga saja pelakunya mendapatkan karma dari apa yang sudah diperbuatnya," ucap Yudi dengan kesal.
Ia merasa sangat benci saat melihat wajah Atok Burhan. Meskipun tidak ada bukti nyata ia mengirimkannya, tetapi semua tuduhan mengarah padanya.
"Apa guna ia menganut ilmu seperti itu? Mencelakai orang yang tidak bersalah. Jika saja terlambat sedikit, mungkin aku sudah pindah alam," sahut Emy. Ia tidak membayangkan, jika saja terlambat penanganannya, maka ia akan segera berakhir hidupnya dengan cara yang mengenaskan.
"Itu tandanya, jika cara kematianmu bukan dengan diracun," jawab Yudi.
Sontak saja hal itu membuat Emy merasa kesal, lalu refleks mencubit pinggang Yudi.
"Aaaaaaargh, sakit tau." ucap Yudi, sembari meringis kesakitan.
"Abisnya, abang nyumpahi aku cepat mati," omel sang gadis, dengan nada kesal. Ia memanyunkan bibirnya.
Yudi terkekeh. "Bukan begitu maksudnya. Kan setiap manusia itu pasti akan meninggal. Cara kematiannya, dan dimana juga sudah dituliskan, dan tidak akan pernah meleset" pemuda itu menjelaskan maksudnya.
Ia tahu jika sang gadis pasti tersinggung. Namun ia mencoba menjelaskan sedikit tentang apa yang dimaksudnya.
"Semisal, ada orang yang dilanggar mobil, dan posisinya itu tidak memungkinkan ia untuk selamat. Tetapi, karena cara kematiannya yang tertulis bukan karena ditabrak mobil, ya dia selamat dari bahaya itu. Karena semuanya sudah tertulis di Lauh Mahfuz, pada sebuah daun yang berasal dari pohon Sidrat Al Muntaha dibawah Arsyi, dan jumlah daun itu, sebanyak jumlah makhluk yang diciptakan-Nya." pemuda itu menjelaskannya kembali.
Emy akhirnya memilih diam. Ia membenarkan apa yang diucapkan oleh pemuda itu. Jika belum ajalnya mati karena racun Santau, ya ia akan selamat, dengan berbagai cara dan pertolongan.
"Heeeem, tak sia-sia abang ambil prodi KI". Jawab Emy. (red: KA-I\= Kependidikan Islam)"
Tak berselang lama, mereka tiba dirumah kos baru. Ia disambut rekan-rekannya. "Kak Emy. Udah sehat-kan?" Andana menyambutnya dengan antusias, begitu juga dengan yang lainnya.
"Dia msih hidup," sahut Yudi, yang melihat para gadis itu tampak khawatir.
"Apaan--sih, Bang. Omongannya kok gitu," omel si Yulia.
Yudi masuk ke dalam rumah kos, sebelum nantinya diserang omelan yang lain.
Ia pergi ke dapur, menyalakan kompor, dan memasak air, lalu membuat kopi.
Setelah selesai, ia membawa kopi dalam teko yang diberi campuran susu kental manis. "Nih, ngemil dulu." ucapnya pada mereka yang masih sibuk menanyai kondisi Emy.
Melihat hal tersebut, mereka bergegas menghampiri pemuda itu, dan berkerumun memakan biskuit serta crakers yang dibelinya.
Fitri yang terlalu jeli, membaca komposisi dalam kopi sachet instan tersebut. "Bang, kalau sesekali, bolehlah. Tapi jangan setiap hari. Sebab ini mengandung pemanis buatan, sayangi ginjal." ucapnya dengan serius.
"Iya, besok kopi hitam saja," sahut Yulia, mencomot sekeping crakers, dan mencelupkannya kedalam kopi.
"Pantas saja aku sering merasa kembung kalau banyak minum kopi instan," sahut Andana.
"Sesekali boleh, dan jangan berlebihan, karena yang terlalu berlebihan itu tidak baik," Yayuk menimpali.
Kiky ikut mengambil crakers tersebut. Sesat ia melirik sang pemuda, tetapi hanya sekilas. Ia tak ingin berharap terlalu banyak. Namun, kebersamaan selama KKN ini, membuat ia tak dapat meredam perasaannya.
Yudi memberikan perhatian yang sama pada gadis lainnya, tanpa perasaan yang mencolok, hanya sebatas teman, dan tidak lebih.
Saat bersamaan, Darmadi masuk dari arah luar, dengan membawa kantong kresek. "Ini ikan belukang. Tadi ada nelayan yang memancing, banyak warga yang beli, dan udah dipesiang juga." ia memberikannya pada Yuli sang juru masak.
Gadis itu mengambilnya, dan meletakkannya pada sebuah baskom. "Bentar lagi, ya--Bang. Ngopi dulu." ucap gadis itu, pada sang ketua Tim.
Darmadi menganggukkan kepalanya. "Sisakan untuk digoreng ya, soalnya Yayuk, dan Emy gak boleh dulu makan pedas, masih dalam masa perobatan," pesannya pada Yuli.
"Aku juga, Bang" sahut Kiky dengan cepat.
"Oh, ita. Kamu kena lambung juga ya," balas Fitri.
Kiky menganggukkan kepalanya. Lalu kembali menyomot biskuit kelapa tersebut.
Darmadi ikut bergabung bersama mereka, lalu menyeruput kopi jatahnya.
"Besok acara MTQ nya dimulai dan kita harus persiapkan semuanya. Dewan juri sudah ditentukan, dan semuanya berasal dari para cendikiawan yang ada didesa ini. Kita hanya membantu keperluan dan mempersiapkan para peserta yang akan ikut lomba. Dari kelompok sebelas dan juga dua belas juga akan mengirimkan pesertanya," Darmadi memberikan informasi, jika rekan mahasiswa dari kelompok lain juga akan ikut bertanding.
"Kita lakukan saja yang terbaik. Semuanya sudah tinggal tampil saja, dan nanti akan kita latih kembali," ujar Yuli.
"Kak Fitri gantikan aku latih vokal, ya. Soalnya suaraku sudah serak," pinta Emy, dengan wajah memelas.
"Aman itu," sahut Fitri cepat.
~Jika satu makhluk telah diputuskan ajalnya, maka umurnya tinggal 40 hari dari yang diputuskan. Maka jatuhlah daun itu kepada Malaikat Izrail, dan ia tahu bahwa diperintahkan untuk mencabut nyawa orang yang tertulis pada daun tersebut, sampai ada daun yang terletak tepat dibawah 'Arsy gugur.
Kemudian akan jatuh dua titisan dari arah 'Arsy pada daun tersebut, titisan hijau atau putih.
Hijau menadakan bakal si mayat mendapatkan kecelakaan, atau kematian tragis(Khusnul Khatimah/Suul Khatimah\=kematian yang merugi/hina) sementara putih akan mendapatkan kematian dengan cara kebahagiaan (Husnul Khatimah).
Untuk mengetahui tempat makhluk mati, Allah telah menciptakan Malaikat Arham yang akan diperintahkan untuk memasuki sperma yang berada dalam rahim ibu dengan debu bumi yang akan diketahui dimana ia akan mati, dan situlah kelak ia pasti akan menemui ajalnya, dan dengan cara yang sudah ditetapkan pula.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...