Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Sekretaris Suami
Sejak dulu Belcia memiliki sebuah kegemaran yakni membuat kue, dan hari ini rencananya dia ingin kembali melakukan kegemarannya itu, setelah memandikan Leticia, dia juga ikut berdandan rapih, lalu menemui Lidya untuk meminta izin.
Tok ... Tok ... Tok ...
Lidya yang sedang berada di kamar langsung membuka pintu dan mengernyit saat mendapati Belcia yang tampak ingin pergi.
"Kamu mau pergi ya?" tebak Lidya yang langsung mendapat anggukan dari Belcia.
"Rencananya aku ingin membuat kue, Ma, jadi hari ini aku izin ajak Leticia ke supermarket sebentar untuk membeli bahan-bahan," jelas Belcia.
"Wah kamu bisa buat kue?" tanya Lidya dengan penuh antusias. Sudah lama dia juga tidak membuat camilan untuk orang-orang rumah.
Belcia langsung mengangguk sambil mengulum senyum.
"Kalau begitu Mama ikut, Mama juga mau buat kue buat Papa, dia suka bolu pisang coklat, kalau Jasper—dia biasanya suka donat kentang," ujar Lidya memberitahu kesukaan dua pria yang dia sayangi.
"Ya sudah kita pergi sekarang," balas Belcia, Lidya setuju—dia langsung masuk kembali ke kamar untuk mengambil tas, sementara Belcia menunggu di mobil bersama Leticia yang malah tertidur.
Perjalanan mereka tak begitu menyita waktu—meski jalanan sedikit macet, sesampainya di sana Leticia ditaruh di stroller, dan mereka berkeliling untuk mencari bahan-bahan yang diperlukan.
"Uah ... Mamah ... Uah ...," ujar Leticia yang sudah bangun, sambil menunjuk buah-buahan segar yang menggoda matanya.
Mendengar itu Belcia langsung membungkukkan badan untuk melihat bayi gembulnya.
"Ada apa, Sayang?" tanyanya sambil tersenyum.
"Uhh ...." Telunjuknya yang mungil mengacung lurus.
"Leticia mau buah?"
Bayi cantik itu tak menjawab, tapi jemarinya meremas-remas seperti ingin segera menggapai benda yang dia inginkan. Belcia dan Lidya pun terkekeh melihat tingkah Leticia.
"Biasanya dia suka gigit-gigit apel, Bel. Atau kadang Maureen juga kasih biji mangga buat stimulasi," ujar Lidya dan langsung mendapat anggukan dari Belcia.
"Kalau begitu kita beli buah ya," pungkas Belcia segera mendorong stroller, Lidya di belakang mengikuti.
Saat mereka sedang memilih buah-buahan, di samping Belcia berdiri seorang wanita cantik dengan tubuh semampai. Tiba-tiba dia memegang apel yang sama dengan Belcia dan membuat wanita itu menoleh.
"Maaf, Nyonya, silahkan ambil lebih dulu," ucap wanita itu dengan cepat.
Tak langsung menanggapi Belcia justru menatap wanita itu dengan lekat, seakan tengah memindai.
"Cindy?"
Nama itu terlontar dari mulut Belcia, karena dia ingat bahwa wanita ini adalah sekretaris suaminya di perusahaan. Wanita bernama Cindy itu pun tersenyum lebar.
"Nyonya Belcia, Anda mengingat saya?" balas Cindy dengan tatapan tak percaya.
"Tentu saja, kamu kan sudah cukup lama bekerja dengan suamiku—maksudku mantan suami," ujar Belcia meralat ucapannya. Karena dia sudah tak sudi dengan status itu.
Pupil mata Cindy sedikit melebar, karena terkejut dengan kalimat yang baru saja Belcia lontarkan.
'Jadi mereka sudah cerai?' batinnya, lalu matanya melirik ke arah Leticia, tidak mungkin kan jika bayi ini adalah anak bosnya, karena terakhir kali sebelum Ronan masuk penjara, belum ada kabar tentang Belcia yang melahirkan.
"Ah saya merasa tersanjung karena Nyonya mengingat saya."
"Ngomong-ngomong kamu tidak bekerja?" tanya Belcia, karena mengingat waktu masih menunjukkan jam kerja.
"Saya sedang cuti, Nyonya, karena bosan saya memilih untuk berbelanja. Oh iya sebelumnya saya turut prihatin dengan kejadian hari itu, tapi syukurlah anak Anda baik-baik saja," jawab Cindy. Kalimatnya terdengar sederhana, tapi sejujurnya dia sedang memuaskan rasa penasarannya. Dia ingin mengorek sesuatu.
Belcia tertunduk lemah, tiap ada yang membahas tentang sang anak mimiknya langsung berubah sendu.
"Eum, Bel—mau ambil buah yang mana?" sela Lidya memecah keheningan yang terjadi, karena Belcia tak lekas merespon. Dia tahu pasti berat untuk mengingat-ingat kembali kejadian naas itu.
"Oh iya, sepertinya Leticia lebih suka apel, Ma," balas Belcia segera tersadar, kemudian dia kembali menatap Cindy yang sedari tadi menunggu balasan. "Maaf ya, Cin, kami sedang buru-buru. Lain kali hubungi aku kalau kamu senggang, kita ngopi sambil berbincang." Lanjutnya.
Mau tak mau Cindy pun mengangguk sambil tersenyum. Sementara di benaknya banyak sekali tanda tanya, siapa bayi itu? Dan kenapa Lidya dipanggil Mama? Padahal dia jelas tahu Belcia dari keluarga mana. Lidya bukanlah ibu kandung, maupun mertua Belcia.
"Cin, kami duluan ya," pamit Belcia untuk mencari bahan selanjutnya. Lagi-lagi Cindy mengangguk, sementara Lidya melirik sekilas, ada perasaan aneh yang merayap ke dada wanita paruh baya itu, seakan memiliki firasat kurang baik terhadap Cindy.
"Cih, gara-gara dia aku kehilangan ATM berjalanku. Sekarang aku harus mencari cara lain untuk mendapatkan uang," gumam Cindy setelah Belcia sudah menjauh. Dia melipat kedua tangannya dan ikut pergi, karena sebenarnya dia tidak ingin membeli buah.
*
*
*
Sementara di perusahaan, perusahaan yang Jasper pimpin berhasil menyelesaikan proyek. Pria itu terlihat sangat puas dengan kinerja seluruh timnya, meski kemarin dia sempat sakit, tapi semuanya terbayar lunas.
"Huh, tidak sia-sia aku begadang sampai larut malam. Pada akhirnya aku berhasil menyelesaikan semua ini dengan baik, aku tahu aku hebat," puji Jasper pada dirinya sendiri sambil tertawa terbahak-bahak.
'Dia lupa kalau aku sampai tidak pulang ke rumah.' timpal Arsen di dalam hatinya.
"Untuk merayakan ini semua, aku ingin mentraktir semua orang yang terlibat," lanjut Jasper sambil menyandarkan kepalanya ke kursi.
"Eum, Tuan, proyek ini kan jauh lebih besar dari pada yang kemarin, bagaimana kalau kita adakan family gathering di akhir pekan?" ujar Arsen memberi saran kepada bosnya, sejujurnya dia juga ingin liburan untuk melepas beban.
Kedua alis Jasper langsung bertaut.
"Family gathering?"
"Ya, biar nanti saya yang urus semuanya," ujar Arsen dengan wajah serius untuk meyakinkan Jasper. Dia tak sadar jika dia telah kembali menjerumuskan diri ke dalam kesibukan, karena otomatis acara itu akan menjadi tanggung jawabnya.
"Setuju!" balas Jasper sambil menjentikan jarinya. Kemudian dia bangkit dan menepuk bahu Arsen beberapa kali. "Buat acaranya yang seru!" lanjutnya sambil berlalu meninggalkan ruangan, karena dia ingin makan siang. Sementara Arsen termenung, sepertinya ada yang salah.
istirahat yang cukup...... fighting...💪
Sekali waktu jasper minta di tabok, bisanya cuma teriak2 erotiss. jaga anak sendiri kagak bisa? di bantuin jaga malah tak pernah ada kata terimakasih dan maaf. malah bikin hati panas dingin wae 😏
semoga cepet sehat lagi😊