NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Anak Kembar / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.

Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.

Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.

Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.

Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.

Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.

📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.

Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27.Seseorang dari masa lalu

Untuk pertama kalinya, pagi itu Kayla dan Leo pergi ke kantor dengan mobil yang sama.

Tak ada sapaan. Tak ada musik. Hanya keheningan yang menggantung di antara keduanya, pekat seperti kabut pagi yang menelan seluruh udara di dalam mobil—dingin, menyesakkan, dan membuat jarak di kursi depan terasa lebih jauh dari sekadar sandaran tengah.

Kayla bersandar miring, pipinya hampir menempel pada jendela. Matanya kosong, menatap bayangannya sendiri yang buram di kaca. Jemarinya mengetuk pelan lengan kursi, irama tak beraturan yang menandakan pikirannya sedang melayang entah ke mana. Di sudut bibirnya, ada garis tipis yang menolak mencair—pertahanan agar dirinya tak memandang pria yang duduk hanya beberapa jengkal darinya.

Leo memegang kemudi dengan satu tangan, tangan lainnya santai di pangkuan. Tatapannya fokus pada jalan, tapi sesekali melirik ke arah Kayla dari sudut mata. Napasnya teratur, namun ada sedikit tarikan di ujung bibirnya—sebuah senyum tipis yang seperti menyimpan rencana.

Akhirnya ia bicara, suaranya datar namun cukup untuk memecah sunyi yang kaku.

“Jam kerjamu nggak perlu dua kali lipat. Cukup seperti karyawan lain. Kalau kau memang serius di tempat ini…” Ia mengangkat sedikit dagunya, “aku bisa jadikan kau karyawan tetap. Bahkan jadi sekretarisku. Tertarik?”

Kayla menoleh pelan, gerakannya lambat seperti sedang mempertimbangkan apakah ia mau repot merespons. Matanya menyipit, lalu sebuah senyum sarkastis terbit di bibirnya.

“Gue lebih tertarik ngejalanin hidup damai… tanpa lo.”

Leo tak tersentak, tak tersinggung. Justru sudut bibirnya terangkat lebih tinggi. Ia mengeluarkan dompet, jemarinya bergerak santai seperti sedang bermain kartu di meja judi. Dari dalamnya, ia menarik sebuah black card—mengilap, hitam pekat, dan terasa berat hanya dengan melihatnya. Tanpa berkata apa-apa, ia meletakkannya di pangkuan Kayla.

“Kau bisa hidup semau kau,” ucapnya pelan. “Pakai ini. Habiskan uangku sesukamu. Aku tak akan marah.”

Kayla melirik kartu itu, lalu mengangkat pandangan ke wajah Leo. Tatapannya waspada, seperti kucing liar yang baru saja dilempar sepotong daging—menggoda, tapi mencurigakan. Jemarinya ragu, namun akhirnya mengambil kartu itu, membalik-baliknya di antara jari.

“Lo serius?” suaranya rendah, tapi tajam seperti ujung pisau.

Leo menoleh, wajahnya tenang. Namun mata itu… terlalu teduh untuk benar-benar dipercaya, seolah ada permainan lain di baliknya.

“Serius. Tapi setiap kali kau gesek kartu itu… ada yang harus kau bayar. Bukan uang.”

“Maksud lo?” Kayla mengernyit, keningnya berlipat curiga.

“Mungkin… dengan nemenin aku seharian penuh.” Leo mendekat sedikit, bahunya hampir menyentuh bahu Kayla. Suaranya turun satu oktaf, hangat tapi berbahaya. “Atau… melanjutkan malam kita yang sempat tertunda.”

Kayla sontak melempar kembali kartu itu ke pangkuan Leo, wajahnya mengeras.

“Kalau itu tujuan lo, mending lo ambil lagi aja. Nggak usah sok baik!”

Leo mengangkat kartu itu perlahan, tanpa kemarahan. Malah seulas senyum tipis kembali menghiasi bibirnya.

“Sesuatu yang sudah kau ambil… nggak bisa dikembalikan begitu saja. Aturan bisnis, Kayla.”

Kayla terkekeh pendek, namun matanya menyala dingin. “Lo nyamain gue sama bisnis?”

“Aturan itu akan berguna untukmu suatu saat nanti.”

Kayla menyandarkan punggung, menyilangkan tangan di dada. “Perlu hati-hati buat ngambil sesuatu,” gumamnya. “Apalagi kalau lo nggak siap nanggung risikonya.”

Leo menatapnya, mata teduh itu tak bergeming.

“Seperti keputusanmu ngambil gue sebagai jaminan hutang?”

Kayla mendengus pelan. “Lo takut sama keputusan lo sendiri?”

Leo tak langsung menjawab. Ia menatapnya lebih lama, tatapannya tajam namun anehnya mengandung ketulusan.

“Tidak. Justru karena aku percaya padamu.”

Kayla sempat terpaku. Ada sesuatu di nada suaranya yang terasa terlalu jujur, terlalu dekat. Ia memalingkan wajah, tapi tak cukup cepat untuk menghindari kata berikutnya.

“Bahkan sekarang… aku mulai mencintaimu.”

Suaranya tenang, nyaris seperti pengakuan yang sudah lama dipendam.

Kayla menoleh cepat, matanya membulat.

“Gue nggak.” ujarnya tegas. “Gue nggak cinta sama lo. Dan nggak akan pernah.”

Leo terdiam sejenak, tapi senyum itu tetap menggantung di wajahnya.

Keheningan kembali turun di antara mereka—lebih berat, lebih sarat, seperti udara yang tak lagi bisa dihirup dengan bebas.

____

Seorang gadis cantik dengan rambut coklat bergelombang rapi, blazer crop ketat khas sekretaris, dan rok span yang membentuk siluet tubuhnya, berjalan anggun melewati lobi kantor. Tumit stiletto-nya mengetuk lantai marmer putih mengilap, menghasilkan irama mantap yang memantul di dinding kaca—irama yang memancarkan kepercayaan diri.

Wangi parfum floral yang lembut namun tajam mengikutinya, membuat beberapa kepala menoleh sekilas. Senyum tipis menghiasi bibirnya, seperti ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian.

Namun langkah itu tiba-tiba terhenti. Kedua matanya—coklat hangat namun tajam—membeku saat menangkap pemandangan yang sama sekali tak ia duga.

Keira. Bersama Leo.

Keduanya baru saja melewati pintu putar kaca, berjalan berdampingan. Leo dengan setelan rapi khasnya, Keira dengan penampilan sederhana namun tatapan mata yang jauh dari canggung.

Tatapan sang gadis langsung mengunci pada Keira. Pandangan mereka bertemu—sekilas, hanya sepersekian detik—namun cukup bagi hatinya untuk merasakan sesuatu yang aneh.

Tak ada senyum pengakuan. Tak ada sedikit pun tanda bahwa Keira mengenalnya. Yang ada hanya tatapan kosong, lalu langkah ringan yang membawa Keira terus maju di sisi Leo, seolah gadis itu hanyalah bagian dari keramaian tak berarti.

Tangan sang gadis yang semula hendak terangkat untuk melambai, perlahan turun kembali. Jemarinya yang berbalut kuteks nude menggenggam tali tasnya lebih erat. Senyum di wajahnya memudar, tergantikan garis tipis di bibir yang nyaris tak bergerak.

Alisnya sedikit berkerut. Napasnya tersendat sepersekian detik sebelum kembali teratur.

"Dia nggak kenal gue… atau pura-pura nggak kenal? "gumamnya dalam hati, bibirnya bergerak pelan tanpa suara.

Ia masih berdiri di depan meja resepsionis, matanya mengikuti Keira dan Leo sampai keduanya menghilang di ujung lorong lift. Hanya suara ding lift yang menandakan mereka telah naik.

Menarik napas dalam, ia memaksa senyum ramah kembali ke wajahnya sebelum menoleh ke resepsionis. “Ruang yang harus saya tuju… lantai berapa, ya?” tanyanya, suaranya ringan tapi menyisakan nada teredam yang hanya bisa dimengerti jika tahu isi pikirannya.

$$$$$

Tok… tok… tok…

Tiga ketukan singkat, tegas, terdengar dari balik pintu kantor Leo. Kayla yang sedang merapikan tumpukan berkas di meja menoleh sekilas, lalu kembali fokus menyeka permukaan meja dengan kain micro fiber. Gerakannya telaten, memastikan tak ada debu yang tersisa.

Pintu terbuka perlahan, diiringi aroma parfum floral yang lembut namun menusuk indera. Gadis cantik yang tadi di lobi—Vina—melangkah masuk. Rambut coklatnya bersanggul rapi, blazer crop ketat membentuk postur tegaknya yang penuh percaya diri. Tumit sepatunya beradu pelan dengan lantai, menambah kesan terukur di setiap langkah.

Senyum profesional terpasang di wajahnya. Ia menunduk hormat, lalu menatap Leo dengan mata yang tak berkedip.

“Selamat pagi, Pak. Saya Vina. Sekretaris baru yang ditugaskan oleh Pak Arga untuk membantu Bapak di kantor ini.”

Leo hanya melirik singkat, seolah menimbang dari ujung kepala hingga kaki. Tatapannya datar, nyaris tanpa emosi. Ia menoleh pada Arga yang berdiri satu langkah di belakang Vina.

“Kau sudah memastikan dia cukup kompeten?” suaranya rendah, tapi tajam seperti bilah tipis.

Arga mengangguk mantap. “Sudah, Pak. Dia kandidat terbaik yang kami temukan.”

Leo menggeser kursinya sedikit, tubuhnya condong ke depan. Pandangannya kembali pada Vina, kali ini lebih menekan.

“Pastikan kau tidak mengecewakan. Aku tidak menyukai orang yang membuat kesalahan,” ucapnya sambil mengetuk pelan permukaan meja dengan ujung jarinya—ritme yang jelas-jelas menguji kesabaran lawan bicara.

Vina mengangguk patuh, senyumnya tetap terjaga meski ada sedikit ketegangan di rahangnya. “Tentu, Pak. Saya mengerti.”

Namun saat ia menurunkan pandangan, matanya menangkap sesuatu di sudut ruangan. Di sana, Keira masih sibuk membersihkan meja Leo. Lengannya bergerak luwes, kain di tangannya meluncur lembut di atas permukaan kayu mengilap. Raut wajahnya serius, sama sekali tidak menoleh pada tamu yang baru masuk.

Pandangan Vina tajam, pupilnya sedikit menyempit.

''Perempuan itu… benar-benar tidak mengenaliku? gumamnya dalam hati."

Ada sensasi aneh yang menjalar—campuran geli dan heran.

"Bahkan sekarang pun dia tetap tidak sadar siapa aku…"

Matanya menyapu Keira dari ujung rambut hingga sepatu.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan Keira? Kenapa dia berdiri di sini… seperti OB… di kantor suaminya sendiri?"

Senyum tipis tersungging di bibir Vina, tapi bukan senyum ramah—lebih seperti kilasan ide yang mulai tumbuh. Ia tak mengatakan apa-apa, hanya berdiri sedikit lebih tegak, membiarkan tatapannya berbicara lebih banyak daripada kata-kata.

Karena bagi seseorang seperti Vina, setiap keanehan punya sebab. Dan setiap sebab… selalu layak diselidiki.

Jika benar dia bekerja di sini, ini akan jadi permainan yang menarik, pikirnya sambil melirik Kayla untuk terakhir kalinya sebelum fokus kembali pada Leo.

.

.

.

.

Bersambung

Vina Ayunda (Si licik bermuka dua)

1
Dedet Pratama
luar biasa
Alyanceyoumee
mantap euy si Revan
Kutipan Halu: hahah abis di kasih tutor soalnya kak 😄😄
total 1 replies
Bulanbintang
Iri? bilang boss/Joyful/
Kutipan Halu: kasih paham kakak😄😄
total 1 replies
CumaHalu
Suami setan begini malah awet sih biasanya 😤
Kutipan Halu: awett benerrr malahan kak😄
total 1 replies
iqueena
Kasar bngt si Leo
iqueena: sharelok sharelok
Kutipan Halu: kasih tendangan maut ajaa kak, pukulin ajaa kayla ikhlas kok🤣
total 2 replies
Pandandut
kay kamu mantan anak marketing ya kok pinter banget negonga
Kutipan Halu: kaylanya sering belanja di pasar senin kak🤣
total 1 replies
Dewi Ink
laahh, pinter nego si Kayla 😅
Kutipan Halu: biasa kakk valon emak2 pinter nego cabe di pasar😄😄
total 1 replies
Alyanceyoumee
nah gini baru perempuan tangguh. 😠
Kutipan Halu: iyaa kak greget jugaa kalau lemah muluuu, org kek leo emng hrs di kasih paham😄😄
total 1 replies
Yoona
😫😫
CumaHalu
Kapok!!
Makanya jadi suami yang normal-normal aja😂
Kutipan Halu: diaa memilih abnormal kak☺☺
total 1 replies
Pandandut
mending ngaku aja sih
Kutipan Halu: emng bisaa ya kak, kan udh terlanjut bohong gituu org2 udah juga pada percaya, klu aku jadi keira sih juga pasti ngambil jln dia juga😭😭
total 1 replies
Pandandut
pinter juga si revan/Slight/
iqueena
pintar juga Revan
Dewi Ink
mending ngaku duluan si dari pada ketahuan
Yoona
leo juga harus ngerasain
Alyanceyoumee
mantap...👍
CumaHalu
Wah, hati-hati Kayla.😬
Kutipan Halu: waspada selalu kak☺
total 1 replies
CumaHalu
Astaga😂😂😂
Bulanbintang
dua kali lebih lama, 😩😒
Bulanbintang
kompak bener😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!