Di tengah hamparan alam semesta yang tak terbatas, jutaan dunia dan alam berputar dalam siklus abadi. Dari yang paling terang hingga yang paling gelap, dari yang paling ramai hingga yang paling sepi. Namun, di balik semua keindahan dan misteri itu, satu pertanyaan selalu berbisik di benak setiap makhluk: siapa sebenarnya yang berkuasa? Apakah manusia yang fana? Dewa yang dihormati? Atau entitas yang jauh lebih tinggi, yang bahkan para dewa pun tak mampu melihatnya?
Pertanyaan itu memicu hasrat tak terpadamkan. Banyak manusia, di berbagai dunia, memilih jalan kultivasi. Mereka mengorbankan waktu berharga, sumber daya, dan bahkan nyawa untuk satu tujuan: keabadian. Mereka menghabiskan usia demi usia, mengumpulkan energi langit dan bumi, hanya untuk menjadi lebih kuat, untuk hidup selamanya. Jalan menuju keabadian bukanlah jalan yang mudah. Keserakahan, ambisi, dan iri hati menjadi bayangan yang selalu mengikuti, mengubah sahabat menjadi musuh dan mengubah kedamaian menjadi kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Ketenangan di Bawah Sinar Bulan
Angin malam berhembus, menerpa setiap sudut danau. Cahaya bulan dan bintang memantul di permukaan air, membuat danau yang sunyi itu semakin terang. Xue Wei kembali ke tempat berkemah, meninggalkan Zhong Li yang duduk tenang di danau.
Di seberang danau, Yue Li terus memperhatikan Zhong Li. Sikapnya yang tenang sejak awal membuat Yue Li berpikir bahwa Zhong Li bukanlah orang biasa. "Tingkat kultivasinya pasti tidak jauh dari ranah masterku," gumamnya dalam hati. Namun, ia tidak merasakan aura spiritual apa pun dari Zhong Li. "Bagaimana bisa seorang master sepertinya menyembunyikan auranya dengan sempurna?"
Yue Li semakin penasaran. Ia terus menatap Zhong Li yang bermeditasi di bawah sinar bulan. "Dia terlihat menarik dan menawan," bisiknya dalam hati, wajahnya memerah. "Sikapnya yang anggun dan misterius, seolah ada sesuatu yang aneh dalam dirinya."
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Yue Li akhirnya memutuskan untuk bermeditasi juga. Namun, pikirannya tetap tidak bisa lepas dari sosok Zhong Li yang tenang dan agung.
Matahari pagi mulai menyinari, menghangatkan udara dingin di Danau Sunyi. Cahaya danau yang kebiruan perlahan menghilang, kembali menjadi danau biasa. Zhong Li bangun dari meditasinya, beranjak dari batu tempatnya duduk, dan berjalan santai menuju perkemahan. Di seberang danau, Yue Li yang melihat kepergiannya juga bangkit, kembali ke teman-temannya. Wajahnya masih memancarkan keheranan dan rasa kagum. Ia memerintahkan murid-muridnya untuk bersiap dan kembali ke sekte.
"Kita akan kembali," ucap Yue Li dengan nada serius. "Orang itu... dia bukanlah orang biasa. Aku merasa ada kekuatan yang sangat besar dalam dirinya, tapi ia menyembunyikannya dengan sempurna. Aku harus melaporkan ini kepada Tetua Xing."
Tanpa membuang waktu, mereka melayang di udara dengan artefak daun terbang mereka, kembali ke Sekte Bahagia. Di sepanjang perjalanan, pikiran Yue Li dipenuhi oleh sosok Zhong Li yang tenang dan agung, membuatnya semakin penasaran akan identitas dan kekuatan misteriusnya.
Tanpa membuang waktu, Zhong Li dan Xue Wei melanjutkan perjalanan mereka. Setelah berjalan selama dua hari penuh tanpa istirahat, mereka akhirnya tiba di Kota Kuno. Kota itu memiliki area yang sangat luas, dengan bangunan-bangunan megah yang kini hanya tersisa puing-puing. Dinding-dindingnya ditumbuhi lumut dan tanaman liar, dan jalanan yang dulunya ramai kini sepi. Di tengah kota, sebuah menara tinggi berdiri tegak, seolah menjadi saksi bisu dari kejayaan masa lalu. Kota ini memancarkan aura kuno yang misterius, seolah-olah ia menyembunyikan rahasia-rahasia yang tak terhitung.
Tidak lama setelah tiba di Kota Kuno, Zhong Li dan Xue Wei dikejutkan oleh pemandangan di langit. Ribuan kultivator terbang di atas mereka, terbagi menjadi dua kubu yang saling berhadapan. Aura permusuhan begitu kental, menandakan bahwa perang akan segera pecah.
Zhong Li tetap berjalan santai di tengah situasi yang tegang itu. Tiba-tiba, ia berhadapan dengan Yun Fei, gadis dari keluarga kuno yang pernah mereka temui di hutan. Yun Fei dikelilingi oleh sekitar 100 kultivator pengawalnya, dan raut wajahnya terlihat terkejut.
"Kalian?" ucap Yun Fei, menatap Zhong Li dan Xue Wei dengan heran. "Kenapa kalian bisa ada di sini?"
Xue Wei, sang pemandu, menjawab pertanyaan Yun Fei dengan tenang. "Kami hanya lewat, Nona. Tujuan kami adalah Pegunungan Naga." Ia kemudian melihat ke langit, di mana ribuan kultivator dari dua kubu yang berbeda siap berperang. "Omong-omong, Nona," tanyanya, "mengapa ada begitu banyak kultivator di atas sana? Sepertinya mereka akan berperang."
Mendengar pertanyaan itu, Yun Fei mengepalkan tangannya dan memasang wajah sedih. "Mereka adalah kultivator yang direkrut oleh kedua kakakku. Mereka akan berperang untuk memperebutkan posisi kepala keluarga."
Xue Wei sedikit terkejut. "Jadi Nona juga ingin memperebutkan posisi kepala keluarga?" tanyanya dengan nada penasaran. "Apakah itu alasan Nona mengajak saya bergabung?"
Yun Fei menggeleng, matanya berkaca-kaca. "Tidak! Aku di sini untuk melerai peperangan kedua kakakku!"
Mendengar itu, Xue Wei tertawa kecil. "Nona ingin melerai perang ribuan kultivator di atas sana dengan pasukan sebanyak itu?"
Yun Fei terlihat marah. Ia menjelaskan bahwa ia mengumpulkan kultivator untuk membantunya melerai pertarungan kakaknya. Namun, Xue Wei hanya tertawa kecil. Ia tahu, dengan jumlah yang sedikit, Yun Fei tidak akan mampu menghentikan perang yang akan terjadi.
Sementara itu, Zhong Li hanya diam. Matanya menatap ke arah langit, ke arah ribuan kultivator yang siap berperang. Ia merasakan aura yang kuat dari kedua belah pihak, dan ia tahu, pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang sangat besar.
Awan hitam pekat berkumpul di atas langit Kota Kuno, disusul suara gemuruh petir yang memekakkan telinga. Pertempuran pun dimulai. Suara pedang beradu, jurus-jurus mematikan melesat, dan teriakan perang terdengar nyaring. Darah mulai berceceran dari langit, bersatu dengan hujan yang turun, mengubahnya menjadi hujan darah.
Melihat pertempuran telah dimulai, Yun Fei berteriak kepada pasukannya, "Kalian! Cepat pergi ke sana dan hentikan perang! Apa pun yang terjadi, hentikan mereka!"
Namun, pasukan Yun Fei hanya saling memandang. Kapten mereka, Lei Chen, membungkuk hormat. "Maaf, Nona. Kami tidak bisa menghentikan mereka," katanya dengan nada berat. "Saya minta maaf, saya akan bergabung dengan Tuan Muda Pertama."
Yun Fei terkejut. "Kalian? Kalian semua orang-orang kakak pertamaku?" teriaknya, tidak percaya.
Lei Chen mengangguk. "Ya, Nona. Maafkan kami." Setelah itu, semua kultivator yang tadinya bersama Yun Fei terbang menuju medan perang, bergabung dengan kubu Tuan Muda Pertama.
Yun Fei terpaku, menatap lurus ke depan dengan wajah sedih dan kecewa. Air matanya mulai mengalir. "Aku berkeliling ke segala penjuru untuk mengumpulkan kultivator untuk melerai kakakku, tapi ternyata sia-sia," gumamnya, menyeka air mata. Ia mengingat masa kecilnya, saat ia dan kedua kakaknya bermain dengan riang. "Andai saja aku lebih kuat," bisiknya lirih.
Beberapa jam telah berlalu, hujan semakin deras, dan suara petir menggelegar semakin kencang. Perang di langit Kota Kuno memanas, mencapai puncaknya. Di tengah badai, dua kultivator terkuat, kakak pertama dan kakak kedua Yun Fei, saling beradu jurus. Keduanya telah mencapai puncak ranah Jiwa, dan pertarungan mereka merusak seluruh kota.
Perang itu mendekati akhir. Banyak kultivator dari kedua kubu telah gugur, dan jumlah mereka berkurang hingga setengahnya. Kakak pertama dan kedua Yun Fei mengeluarkan jurus terakhir mereka, membuat gelombang ledakan besar dengan artefak keluarga. Keduanya terpental jauh, tetapi hanya kakak pertama yang berhasil berdiri tegak. Kakak kedua Yun Fei terluka parah, dan ia dibunuh oleh kakaknya sendiri.
Melihat kakaknya dibunuh, Yun Fei terkejut. Hujannya berhenti, dan ia menangis tersedu-sedu. Perang saudara itu berakhir, dan kakak pertamanya keluar sebagai pemenang.
dan mampu membangun resto dan penginapan
terimakasih tuan zao li atas kebijakanmu
,semoga xue Wei bisa membantu masalah kecil tadi
tpi memang kamu orang baik shui, tak pandang bulu saat menolong rang lain,
semoga ttep. jadj orang baik