NovelToon NovelToon
Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:900
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.

Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.

Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.

Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Panggilan Sang Utusan Dewi

Di sisi lain dimensi, di dunia Aerthos, Arka tengah bersantai di ruangannya. Ia melamun, pikirannya sibuk mencari cara untuk kembali ke Bumi. Lamunannya buyar saat seseorang mengetuk pintu.

Arka bergegas membuka pintu. Di baliknya, berdiri seorang gadis kecil yang membawa tombak panjang di punggungnya. Gadis itu, Livia, adalah salah satu dari enam Pemburu terkuat di kota itu.

"Hei, sang Utusan Dewi memanggil," kata Livia dengan nada dingin. "Bersiaplah, kita ke istana Voleyr tempat sang Utusan Dewi berada."

Arka terkejut. Ia bertanya-tanya dalam benaknya, siapa gerangan Utusan Dewi ini hingga bisa memerintah seorang Pemburu sekuat Livia. Setelah sejenak melamun, ia menjawab, "Baiklah, aku akan bersiap dulu."

"Aku tunggu di bawah," kata Livia sambil melangkah pergi. "Ganti pakaian yang lebih sopan. Apa orang dari Bumi suka mengenakan celana pendek?" ledeknya, meninggalkan Arka dengan perasaan kesal.

Arka mendengus. Ia tidak menyangka gadis yang terlihat dingin itu punya mulut yang tajam. Ia baru sadar sejak kedatangannya ke Aerthos, ia hanya memakai celana pendek, karena celana panjangnya sudah diberikan pada Amethys yang kini sedang asyik menonton siaran TV.

Tak lama berselang, setelah bersiap dengan baju Trench Coat hitam yang ia temukan di lemari, Arka bergegas menuju bawah ruangannya. Terlihat Livia sudah menunggunya, duduk dengan tenang. Begitu melihat kedatangan Arka, Livia langsung berdiri.

"Ayo," ucapnya singkat, "yang lain sudah menunggu."

Arka dan Amethys berjalan mengikuti Livia. Mereka menuruni gedung melayang itu menggunakan sebuah batu yang berfungsi sebagai lift. Sesampainya di bawah, di jalanan yang padat, lima Pemburu terkuat lainnya sudah menunggu di depan sebuah kendaraan berbentuk tabung besar yang dikelilingi lingkaran sihir.

Melihat Arka datang, Pemburu yang memegang pedang, Elias, menatapnya dengan tajam.

"Utusan Dewi adalah sosok yang dihormati di seluruh Aerthos," kata Elias. "Jadi, di hadapannya, jaga sikap kalian berdua."

Tidak lama setelah itu, Arka, Amethys, dan keenam pemburu terkuat itu masuk ke dalam kendaraan. Arka terkesima oleh teknologinya yang canggih. Kendaraan itu, yang menggunakan sihir, bisa melaju dan melayang di udara dengan stabil, melintasi awan dengan kecepatan tinggi.

Setelah perjalanan seharian penuh, sebuah pemandangan menakjubkan terlihat di atas awan: sebuah pulau melayang. Di atasnya, berdiri sebuah mansion besar berwarna putih dengan tanda pedang cahaya di puncaknya. Itulah Istana Voleyr, kediaman sang Utusan Dewi.

Mereka tiba di mansion dan disambut oleh beberapa pelayan bergaun putih. Tanpa banyak bicara, para pelayan itu langsung mengarahkan mereka ke aula utama, tempat sang Utusan Dewi sudah menunggu.

Arka dan Amethys tiba di depan gerbang aula mansion. Begitu pelayan membukanya, cahaya yang menyilaukan menyambut mereka. Di tengah aula, duduk di atas singgasana yang indah, ada sosok perempuan cantik dan anggun. Itulah sang Utusan Dewi Pedang Cahaya, Aleena.

Arka dan Amethys masuk, mengikuti keenam Pemburu terkuat. Setibanya di hadapan Aleena, keenam Pemburu itu langsung berlutut. "Kami, enam Pemburu terkuat dari kota Agheis, menghadap sang Utusan Dewi," ucap Elias dengan penuh hormat.

Arka dan Amethys hanya berdiri di belakang mereka. Mereka tidak terbiasa dengan ritual seperti ini dan merasa asing dengan situasi yang ada.

Aleena tersenyum lembut. "Terima kasih untuk keenam Pemburu terkuat yang sudah melindungi Agheis selama 100 tahun ini. Sungguh Aerthos beruntung memiliki pahlawan Pemburu seperti kalian."

"Sang Utusan terlalu menyanjung," sahut Elias. "Kami hanya melakukan tugas yang semestinya kami emban."

Aleena tersenyum lagi. "Jadi, kedua orang itu adalah manusia yang keluar dari dalam retakan dimensi?"

Elias menjawab, "Benar."

"Baiklah," ucap Aleena. "Kalian berenam, tolong keluar. Tinggalkan aku dengan kedua orang itu."

Keenam Pemburu itu saling bertukar pandang. "Tapi, Sang Utusan, ini berbahaya," kata Elias, wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Kami belum sepenuhnya percaya kepada mereka."

"Tidak apa-apa, Elias," balas Aleena. "Kalian berenam bisa menunggu di depan pintu, berjaga jika terjadi sesuatu."

"Baik," jawab keenam Pemburu itu serentak, lalu mereka berjalan keluar. Para pelayan yang berjaga menutup pintu aula utama.

Di dalam, hanya tersisa Aleena, Arka, dan Amethys. Aleena dan Arka saling memandang. Tak lama kemudian, Aleena berjalan mendekati Arka dan Amethys. Begitu tiba di depan mereka, Aleena menunduk, berlutut.

"Saya, sebagai Utusan Dewi Pedang Cahaya, menyambut kedua sosok yang agung," ucapnya.

Arka terkejut. Ia menoleh ke arah Amethys, lalu kembali menatap Aleena yang masih berlutut di depannya. Ia tak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Maaf, Sang Utusan," ucap Arka, suaranya dipenuhi keterkejutan. "Kami tidak mengerti apa yang Anda bicarakan. Tolong berdiri, kami tidak terbiasa dengan situasi seperti ini."

Mendengar itu, Aleena berdiri. Senyum lembut menghiasi wajahnya. "Saya mendapat wahyu dari Dewi Pedang Cahaya bahwa ada dua sosok dewa yang datang ke dunia ini melalui retakan dimensi. Dan ternyata itu benar," katanya. "Tidak mungkin saya salah, saya bisa merasakan aura energi yang sama dari kedua sosok agung ini dengan aura Dewi Pedang Cahaya."

Arka menghela napas panjang. Ia tidak ingin ambil pusing dengan situasi yang terlalu formal ini. "Baiklah, baiklah," ucapnya. "Tolong bicara biasa saja. Ada urusan apa sampai Utusan Dewi Pedang Cahaya memanggil kami kemari?"

Aleena tersenyum lembut. "Saya hanya menyambut kedua sosok agung yang telah singgah di dunia kami. Semoga Aerthos diberikan keberkahan oleh kalian."

Mendengar Aleena masih berbicara formal, Arka kembali menghela napas. Namun, ia menyadari ini adalah kesempatan emas untuk mendapatkan informasi. Aleena, sebagai pemimpin dunia, pasti memiliki pengetahuan penting tentang retakan dimensi.

"Saya berasal dari dunia manusia yang bernama Bumi," ucap Arka. "Di dunia saya, retakan dimensi baru terjadi 20 tahun yang lalu, dan kami tidak memiliki informasi apa pun tentang kenapa hal itu terjadi. Saya mendengar dari enam pemburu di luar bahwa di dunia ini retakan dimensi sudah terjadi selama 100 tahun. Apa ada informasi rahasia yang penting mengenai hal itu?"

Aleena terkejut mendengar ucapan Arka. Dalam benaknya, ia bertanya-tanya apakah Bumi adalah tempat tinggal para dewa, dan apakah retakan dimensi juga terjadi di sana. Ia luput menyadari bahwa Arka hanyalah manusia biasa, dan Bumi sama dengan Aerthos.

"Seratus tahun yang lalu, retakan dimensi terjadi di seluruh Aerthos," jawab Aleena. "Hampir setengah dunia kami dikuasai oleh para monster. Namun, di tengah kesengsaraan, muncul para pemburu yang mampu menguasai sihir. Mereka berhasil menekan gelombang monster."

"Seiring berjalannya waktu, banyak dewa dan dewi memberkati para Pemburu, memberi mereka kekuatan sihir yang luar biasa. Kami menyebut mereka Utusan. Namun, tidak hanya manusia yang menjadi Utusan, para monster pun ada yang menjadi Utusan para dewa dan dewi dengan tugas untuk menguasai dunia. Kami tidak hanya bertarung dengan monster, tetapi juga terlibat dalam peperangan mengerikan di mana para Utusan saling bertarung satu sama lain untuk menjadi penguasa dunia. Saya adalah Utusan terakhir yang berhasil memenangkan peperangan itu."

"Namun, kami selalu waspada," lanjut Aleena, "karena Utusan baru bisa saja muncul, baik dari manusia di Aerthos maupun dari monster yang keluar dari retakan dimensi. Kami harus mencegah perang seperti itu terjadi lagi."

1
muhamad andri
Baru baca di noveltoon liat ini penasaran, bagus juga, biasa ada dimashwa korea alus kek gini.
jangan dikasih kendor thor😁🔥
Yusi Yustiani
Baru baca, kebanyakan tema pemburu sama monster dari alam lain itu latar tempatnya dari negara luar. ini keren authornya ngambil dari Indonesia. aplikasi pertarunganya juga enak dibaca, semangat Thor🔥🔥🔥
Yusi Yustiani
Next Thor dipercepat 👌
Nafa Nafila
Keren nih latarnya dari Indonesia.Tentang retakan dimensi sama pemburu monster, nama nama organisasi pemburu nya juga khas banget👏🔥
Nafa Nafila
Ditunggu updatenya Thor 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!