NovelToon NovelToon
Aku Masuk Ke Tubuh Wanita Jahat

Aku Masuk Ke Tubuh Wanita Jahat

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Time Travel / Fantasi Wanita / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Arjunasatria

Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.

Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.

Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.

Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.

Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Dalam buku itu tertulis dengan jelas.

Pertemuan pertama Shen Liang dengan tokoh utama wanita terjadi di taman belakang, siang hari.

Yan Ruyin datang lebih awal dari undangan, tidak diharapkan, dan hanya menjadi batu loncatan sebelum cerita bergerak menuju takdir aslinya.

Yue Lan tidak bodoh. Ia tahu satu pertemuan tidak serta-merta mengubah seluruh alur. Namun sebagai analis data, ia paham satu prinsip sederhana, jika variabel waktu digeser, maka hasilnya tidak pernah benar-benar sama.

Itulah alasannya ia datang pagi-pagi. Bukan untuk merebut peran. Bukan untuk menjadi tokoh utama wanita. Melainkan untuk menggagalkan titik awal.

Jika pertemuan pertama tidak terjadi seperti yang tertulis, maka cerita selanjutnya akan kehilangan pijakan.

Taman belakang pagi itu terlalu sunyi. Kabut menggantung rendah, menahan warna dunia agar tetap pucat. Daun-daun basah berkilau, menyimpan sisa dingin malam. Bangku batu di bawah pohon pinus berdiri sendiri tempat yang dalam buku digambarkan sebagai awal segalanya.

Yue Lan berdiri mematung sejenak.

“Jadi di sinilah,” katanya pelan.

“Tempat tokoh utama seharusnya bertemu.”

Xiaohe mengusap lengannya sendiri. “Udara di sini dingin, Nyonya. Biasanya orang tidak ke taman sepagi ini.”

“Justru itu,” jawab Yue Lan singkat.

Ia melangkah maju dan duduk di bangku batu tersebut. Tidak ada keanggunan yang dibuat-buat. Tidak ada sikap genit yang dulu melekat pada Yan Ruyin. Hanya seorang wanita yang duduk tenang, punggung tegak, mata jernih.

Xiaohe berdiri di sampingnya, ragu. “Apakah Nyonya menunggu seseorang?”

Yue Lan menggeleng pelan. “Aku hanya memastikan sesuatu.”

“Memastikan apa?”

“Bahwa pagi ini masih kosong.”

Xiaohe tidak mengerti, tapi ia diam. Ia belajar satu hal sejak nyonyanya berubah lebih baik mendengar daripada bertanya terlalu banyak.

Angin bergerak pelan. Kabut mulai menipis. Suara langkah samar terdengar dari kejauhan.

Xiaohe menegang. “Nyonya… ada orang datang.”

Yue Lan mengangkat pandangannya, tidak terkejut. “Aku tahu.”

Sosok itu muncul di antara pepohonan. Jubah sederhana, warna gelap. Langkahnya terukur, tidak tergesa. Shen Liang.

Ia berhenti beberapa langkah dari bangku batu. Tatapannya jatuh pada Yue Lan jelas, langsung, tanpa penghindaran seperti biasanya.

Ada jeda. Hening yang tipis, namun terasa.

“Kau datang lebih awal,” kata Shen Liang akhirnya.

“Ya,” jawab Yue Lan. “Udara pagi lebih bagus untuk paru-paru.”

Shen Liang menoleh sekilas ke kabut yang mulai memudar. “Jarang ada orang yang berpikir seperti itu.”

Yue Lan tidak tersenyum. “Aku juga jarang melakukan hal yang tertulis di sebuah buku.”

Kalimat itu membuat Shen Liang menatapnya lebih lama. Bukan curiga, melainkan menilai.

“Apa maksudmu?”

“Tidak ada,” jawab Yue Lan tenang. “Hanya membaca kutipan di sebuah buku.”

Xiaohe menahan napas. Ia merasa sedang berada di antara dua arus yang tenang namun dalam.

Shen Liang mendekat satu langkah. “Aku meminta Anda datang siang nanti.”

“Aku tahu.”

“Lalu kenapa datang sekarang?”

“Untuk menemani suamiku menghirup udara segar.” jawab Yue Lan.

Shen Liang tidak langsung menjawab.

Ia memandang Yue Lan sejenak, lalu kembali menatap taman. Kabut sudah menipis, tapi udara masih menyisakan dingin yang menggigit ringan. Daun pinus bergoyang pelan, menimbulkan suara gesekan halus yang mengisi keheningan di antara mereka.

“Menemani suami,” ulang Shen Liang pelan, seolah menguji kata itu di lidahnya.

Yue Lan tidak menoleh. “Bukankah itu terdengar wajar?”

“Tidak,” jawab Shen Liang jujur. “Tidak untuk kita.”

Sudut bibir Yue Lan bergerak tipis. “Aku juga berpikir begitu sebelumnya.”

“Lalu sekarang?”

“Sekarang aku belajar,” kata Yue Lan. “Tidak semua hal harus sesuai kebiasaan lama.”

Shen Liang menatapnya lagi. Kali ini lebih lama. Tidak dingin, tidak tajam. Lebih seperti seseorang yang sedang mencoba memahami sesuatu yang baru saja bergeser dari tempatnya.

“Kau datang pagi-pagi hanya untuk mengatakan itu?” tanyanya.

“Tidak sepenuhnya.”

“Lalu untuk apa?”

Yue Lan menarik napas pelan. “Untuk memastikan satu hal.”

“Apa?”

“Bahwa pagi ini… tidak ada siapa-siapa selain kita.”

Shen Liang mengerutkan kening. “Kau takut aku bertemu seseorang?”

“Bukan takut,” jawab Yue Lan tenang. “Aku hanya tidak ingin pertemuan yang salah terjadi.”

“Pertemuan yang salah?”

“Ya,” katanya singkat. “Karena tidak semua pertemuan membawa kebaikan.”

Shen Liang terdiam. Ada sesuatu dalam cara bicara Yue Lan yang membuatnya sulit memotong. Seolah setiap kalimat sudah dipikirkan matang, tidak lahir dari emosi sesaat.

“Kau tahu,” katanya akhirnya, “aku mengundangmu ke sini siang nanti karena ingin membicarakan sesuatu.”

“Jika Tuan Muda ingin membicarakannya,” jawab Yue Lan, “kau akan melakukannya meski aku tidak bertanya.”

Shen Liang terdiam lagi. Lalu ia tertawa kecil sangat singkat, nyaris tak terdengar.

“Kau memang berubah,” katanya. “Dan perubahanmu… merepotkan.”

“Merepotkan atau mengganggu?” tanya Yue Lan balik.

Shen Liang memikirkannya. “Mengganggu.”

“Bagus,” kata Yue Lan ringan. “Berarti aku akan hidup lebih lama untuk mengganggumu.”

Xiaohe yang berdiri beberapa langkah di belakang nyaris menahan napas.

Shen Liang melangkah mendekat ke bangku batu. Ia tidak duduk, hanya berdiri di sampingnya.

“Jika aku tidak datang pagi ini,” katanya perlahan, “apa yang akan kau lakukan?”

Yue Lan menatap bangku itu. “Aku tetap akan duduk di sini. Menunggu sampai waktunya berubah.”

“Berubah bagaimana?”

“Entah,” jawab Yue Lan jujur. “Yang penting tidak sama seperti yang seharusnya.”

Shen Liang menoleh cepat. “Seharusnya menurut siapa?”

Yue Lan akhirnya menatapnya. Tatapannya tenang, tapi dalam. “Menurut cerita yang tidak pernah menanyakan pendapatku.”

Angin berhembus lebih kuat sesaat. Kabut benar-benar menghilang.

Shen Liang menatap taman yang kini jelas terlihat. “Kau berbicara seperti seseorang yang menantang takdir.”

“Mungkin,” jawab Yue Lan. “Atau mungkin aku hanya menolak menjadi bayangan.”

Hening kembali turun, kali ini tidak canggung. Lebih seperti jeda yang dibutuhkan dua orang untuk menerima bahwa sesuatu telah berubah dan tidak bisa ditarik kembali.

“Aku akan tetap mengadakan pertemuan siang nanti,” kata Shen Liang akhirnya.

Yue Lan mengangguk. Lalu, Ia melangkah mundur setengah langkah, memberi jarak yang sopan.

“Terima kasih sudah menghirup udara pagi bersamaku,” katanya pelan.

Shen Liang menatapnya. “Yan Ruyin.”

Yue Lan berhenti. “Ya?”

“Jika suatu hari aku bertanya… siapa dirimu sebenarnya,” ucap Shen Liang perlahan, “apa kau akan menjawab?”

Yue Lan terdiam sejenak. Lalu ia tersenyum tipis.

“Jika hari itu tiba,” katanya, “aku harap Tuan Muda sudah siap mendengar jawabannya.”

Ia berbalik dan berjalan pergi bersama Xiaohe, langkahnya tenang, tidak tergesa.

Shen Liang tetap berdiri di tempatnya.

Bangku batu itu kosong.

Namun pagi itu, taman belakang tidak lagi terasa sama.

1
Jas Merah
Benci banget imtrik wanita begini ngk ada greget" nya, saya skip yh thor
sahabat pena
hadeuh bangga kau bgt jadi pebinor shen wei🤣🤣🤣🤣
sahabat pena
klo memang mereka sdh mulai tumbuh benih2 cinta lbh baik mengikhlaskan dan pergi memulai hidup baru, berpetualang keliling dunia, atau membangun bisnis kerajaan. kan waktu di dunia modern MC nya ada wanita karier, mandiri, dan pekerja keras.
Dessy C: iya kak 😁 kalo kita pasti udah begitu ya... tapi berhubung ini cerita jadi di bikin rumit kalo aku buat yue lan seperti yang kita mau nanti ceritanya selesai kak 🙈
total 1 replies
Novishane
ceritanya menarik buat yg baca ikut terbawa suasana dengan rasa yg campur aduk di setiap episodenya...
semangat thor jangan lupa ngopi☕️
Novishane
berasa nonton drama jantungan gaaes..campur aduk..lanjut thor...😍
Dessy C: makasih kaka komentar nya ... 🥰
total 1 replies
lin
bacanya menegangkan dan bikin penasaran, kira2 akan ada drama pelakor atau drama cinta segitiga 🤭
Dessy C: terus lanjut bacanya ya kak... jangan di tinggalkan 🥰
total 1 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Dessy C: siap kak 🙏
total 1 replies
sahabat pena
kecewa nih... MC nya lemah. kan bisa tendang itu..
sahabat pena
kenapa lemah bgt MC nya? ga bisa ngelawan.. aduh netizen 😥
sahabat pena
Luar biasa
sahabat pena
mudah - mudahan ada sistem atau ruang dimensi... biar bisa merubah nasib
kriwil
berpindah jiwa kalau tidak punya kekuatan juga meyo young🙄
kriwil
udah bekas batu perhatian 🙄
kriwil
selingkuh mungkin karna lakinya lebih peduli sam si merongrong sama bini nya sok angkuh cuek 🙄
Dessy C: Makasih kaka udah mampir membaca ceritaku 🙏
total 1 replies
kriwil
mungkin suami mu jg selingkuh sama kakak ipar 🤣
Urwatun Nafisa
ceritanya bagus,di tunggu karnya nya muncul tiap saat,terimakasih othor kesayangan
Dessy C: siap kak💪
total 1 replies
Urwatun Nafisa
menunggu kelanjutannya thor,terimakasih buat karya barunya
Dessy C: makasih kaka udah baca 🫰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!