"Selain sering berbicara kaku seperti Google translate, kamu juga tidak peka, Peony. Mengertilah, Aku menyukaimu sejak awal!!" — Van Jeffdan Admaja.
"Maaf, Saya hanya berusaha bersikap profesional, Tuan.” — Peony Thamyta Sedjatie.
***
Peony adalah tuan putri manja yang segala sesuatunya selalu di siapkan oleh para pelayan.
Makan dari sendok emas. Kehidupan layaknya tuan putri yang keinginannya selalu di turuti sang raja. Itulah Peony Thamyta.
Hidupnya serba mewah, apa yang dia inginkan hanya perlu dia katakan dan beberapa menit setelahnya akan menjadi kenyataan.
Setidaknya, hal itu terus berlanjut sebelum Ayahnya —Darius Sedjatie, tiba-tiba menjodohkan Peony dengan anak teman bisnisnya.
Peony yang merasa belum siap menikah pun menolak! Berharap keinginannya kali ini akan terkabulkan, tapi sayangnya kali ini keberuntungan Peony seolah hilang. Darius tak mau menurutinya lagi, sehingga lelaki paruh baya itu menawarkan sebuah perjanjian gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bos aneh
Peony dan Tani. Kini kedua gadis itu tengah sarapan berdua. Katanya, ada sesuatu yang ingin Tani katakan pada Peony, mengenai Ayahnya itu. Darius Maximilian Sedjatie.
“Kenapa sih, Kak, kamu kelihatan panik.” Peony berucap di sela-sela aktivitas sarapan mereka.
Tani mendengus, dia sedikit bingung bagaimana cara menjelaskannya pada Adik sepupunya. “Kamu, haishh! Ini sudah dua minggu lewat kamu bekerja. Bagaimana? Apa kamu merasa tidak nyaman, maksudku, apakah Bos mu itu memberikan mu pekerjaan berat?” Tanyanya sedikit gundah.
Peony yang mendengarnya hanya menggeleng santai, lalu tiba-tiba dia teringat sesuatu. Ah, iya malam itu Jeffdan pernah membebani pikiran Peony atas ajakan bekerja sama.
Tapi itu sudah sekitar lima hari atau satu Minggu lalu.
Jadi sekarang sudah tidak lagi, lagian Jeffdan juga sudah kembali seperti sedia kala. Menjadi Van Jeffdan yang dingin, datar, berwibawa dan garang. Bukan Jeffdan yang manja lagi.
Gadis itu pikir, mungkin saat itu Jeffdan tengah mabuk. Jadi dia berbicara dan bertingkah laku sedikit nyeleneh, bahkan hampir saja laki-laki tampan itu merenggut ciuman pertama nya!
Hampir!
Masih belum. Eh, masih? Belum? Ah, tidak, maksudnya tidak akan!
“Ya! Jangan melamun. Aku bertanya dan cepat jawablah. Aku juga harus kembali bekerja,” Tani menyenggol lengan Peony —nona muda manja yang kini berubah menjadi nona muda pekerja keras. Yang beberapa hari ini lebih banyak diam dan melamun.
Membuat Tani curiga saja, curiga jika Jeffdan memperlakukan Peony seenaknya. Seperti menjadikan adik sepupunya itu pembantu berlebihan, misalnya.
“Tidak kok, Kak. Cuman ada rasa aneh di saat-saat tertentu!” Jawabnya.
“Rasa aneh seperti apa? Ayo jelaskan, jangan mengulur waktu lama, ini sudah hampir masuk jam kerja.” Ucap Tani tak sabaran.
“Ya sudah sana bekerja saja, kita bicara lain kali. Aku tidak mau jika mengganggu waktumu yang berharga itu, teruslah bekerja agar mendapat gaji, lalu berikan aku makanan enak yang belum pernah ku coba.” Katanya seenak jidat. Bisa-bisanya Tani mempunyai adik sepupu, seperti Peony Thamyta.
Mendengus kesal, lantas perempuan itu segera berdiri. “Nanti malam aku akan menemui mu, dan kamu, cepat hubungi Angkel, atau Onti, mereka ingin berbicara.” Perintah Tani sebelum melenggang pergi.
Wajah Peony langsung berubah, seperti menahan kejengkelan. Gadis itu membawa wadah- wadah bekas mereka makan untuk di buang ke tempat sampah yang sesuai. Tak lupa, ia juga segera membayar makanan nya dengan kartu milik Tani yang sengaja di tinggalkan tadi.
Tani itu sebenarnya baik, baik sekali malahan, hanya saja dia selalu berperilaku menjengkelkan ataupun garang. Itu yang membuatnya kelihatan seperti seorang yang jutek dan jahat.
Walaupun dengan wajah manisnya!
*
*
“Kak, kamu mau ini? Atau yang ini? Apa yang ini? Oh, ini juga kelihatan enak kan kak?”
“YAK!! Diam lah Lucas! Aku tidak bisa fokus bekerja!” Jane berteriak. Dia sungguh kesal melihat kelakuanku Yuka yang amat mengganggu.
Bisa- bisa Jane mati muda karena stres melihat Yuka yang terus menempeli nya.
Iya, jadi sedari tadi lelaki itu terus berusaha mencari perhatian dan mengganggu waktu Jane yang masih berusaha keras menyelesaikan pekerjaannya.
Bukannya Bekerja, anak satu itu malah sibuk merecoki Jane. Padahal Yuka meminta izin pada Jeffdan karena ada urusan, nyatanya orang itu malah sibuk mengganggu waktu orang lain.
Iya, orang lain! Karena Jane bukan siapa-siapa lelaki itu, begitupula sebaliknya!
“Baiklah, aku diam. Tapi~”
“Tapi apa!?” Ketus Jane.
Yuka itu memang tidak pernah bosan dan kapok walaupun sering di abaikan oleh si cantik Jane! Sampai Jane keheranan sendiri. Bagaimana bisa, ada manusia sekuat Yuka?
*Kuat dalam menahan gejolak amarah, wkwk.
Dan berakhir lah dengan Jane yang berusaha menghindar. Jika kalian mengira Jane dan Yuka dekat, maka kalian salah. Kalian ingat saat di kantin waktu itu?
Iya, waktu itu Jane juga ikut menyapa Yuka saat laki-laki tinggi itu menyapanya. Namun semua itu hanya sekedar formalitas di depan karyawan banyak saja. Di belakang itu semua, mereka seperti air dan minyak, Susah di satukan.
“Kak jane, aku, bisakah kamu melihatku sekali saja? Setidaknya, sampai aku benar-benar tidak bisa melihat mu lagi, a— “
“Pergilah, sudah aku bilang. Pergilah sejauh yang kamu mau, aku tidak akan pernah berbalik untuk melihat mu!” Tegasnya dengan wajah datar.
Yuka tersenyum manis, laki-laki tampan itu kini berbalik dan berjalan menjauh dari tempat Jane bekerja dengan bahu yang seolah ketiban beban berat.
Lagi-lagi dia di tolak.
Untung saja disana sepi karena yang lainya tengah makan siang di kantin. Jadi tidak perlu khawatir akan ada yang mendengar perkataan mereka berdua.
Tadinya Yuka memang ingin mengajak Jane makan siang berdua, tapi katanya Jane sibuk jadi lelaki itu berinisiatif ingin membelikan makanan untuknya. Tapi malah berakhir dirinya yang mengganggu dan di usir.
Ngenes!
*
*
“Tuan, sudah waktunya makan siang. Anda ingin makan apa? Bisa saya pesankan.” Tanya Peony.
“Memakan mu—” celetuk Jeffdan asal. Mata dan tangan yang sibuk mengetikan sesuatu di layar komputer nya.
“Hah!?” Peony melongo keheranan. Memang dasar Van Jeffdan yang aneh atau Peony yang kurang peka?
Entahlah! Kalian pikir sendiri.
“Tidak! Samakan saja dengan pesanan mu. Aku akan memakannya! Memakan mu juga, bila perlu!!” Jawabnya dengan nada melemah di akhir.
“Baiklah, saya pesankan sekarang.” Ucap Peony tak mau ambil pusing, segera melenggang pergi ke kantin kantor.
Dari pada delivery, Peony lebih memilih memesan makanan di kantin saja, lebih cepat dan bisa terjamin, karena dia bisa melihat sendiri cara penyajiannya.
“Ckck, manusia batu yang tak peka! Bagaimana dia pura-pura tidak mengerti apa yang aku katakan! Ah, lelahnya. Pantat ku panas sekali rasanya!!” Monolog Jeffdan setelah Peony melenggang dari ruangan nya.
Dia kesal, tapi tidak tau dengan siapa.
*
*
Peony berjalan santai menuju ruangan Jeffdan, dengan me nyangking plastik besar yang berisi makanan untuk Bos dan dirinya. Tenang saja, itu semua di bayar oleh Jeffdan. Jadi Peony hanya memesan dan ikut makan.
*Enak sekali hidup Peony, mau makan aja udah ada petugas yang bayarin, hha, Jangan pada iri loe pada>.<.
Peony sedikit memekik saat tiba-tiba dari arah belakang Yuka mengejutkannya. Sedangkan sang pelaku hanya bisa menyengir lebar saat di tatap garang oleh Peony.
“Maaf~~” kata Yuka, Peony mengangguk sebagi jawabannya.
“Mau kemana?” Yuka menoleh, di lihatnya Peony yang kini berjalan di samping tubuh besarnya. Sangat kecil, jika dilihat dari sudut pandang Yuka. Lelaki itu jadi penasaran, apa saja yang biasa di konsumsi Peony sampai mempunyai proporsi tubuh kecil dan juga ramping.
Bagiamana jika Yuka yang mempunyai tubuh seperti itu? Pasti akan terlihat —menjijikan mungkin. Uh, memikirkan nya saja sudah membuat Yuka mual sendiri.
Bagaimana tidak!? Pasti sangat tidak cocok jika dirinya seperti Peony. Bisa-bisa semua orang akan melihatnya dengan tatapan aneh, seperti melihat hantu di siang bolong lebih tepatnya. Hha.
“Malah melamun!” Peony berdecak,
“Peony, hhe. Maaf, lagi gak fokus. Kamu sih suka banget keliaran di pikiran ku, hha. Kamu mau ngga?” Katanya, bertanya dengan intonasi yang lebih ceria dari sebelumnya.
Peony menoleh dan sedikit mendongak, karena Yuka yang tingginya keterlaluan bagi Gadis itu. “Mau apa?” Tanyanya.
“Jadi kekasih ku~” cengirnya sembari menggandeng bahu kecil Peony. Namun segera di tepis oleh Jeffdan yang entah sedari kapan sudah berdiri di hadapan mereka berdua.
“Kak Jeff~ hhe, bercanda deh, jangan masukin ginjal. Masukin hati aja.” Ucapnya lalu segera berbalik dan berlari meninggalkan Peony dan Jeffdan berdua di depan ruangan lelaki itu sendiri.
“Jangan terlalu dekat dengan Yuka! Dia itu orang aneh!” Ketusnya, meninggalkan Peony yang masih kebingungan.
‘dia kenapa sih! Ngga sia-sia juga ya aku manggil dia ‘Bos aneh’, emang aneh beneran!’ ucap Peony dalam batinnya.