NovelToon NovelToon
Gadis Tengil Anak Konglomerat

Gadis Tengil Anak Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rosseroo

Seorang gadis remaja yang kini duduk di bangku menengah atas. Ia bernama Rona Rosalie putri bungsu dari Aris Ronaldy seorang presdir di sebuah perusahaan ternama. Rona memiliki seorang kakak lelaki yang kini sedang mengenyam pendidikan S1 nya di Singapore. Dia adalah anak piatu, ibunya bernama Rosalie telah meninggal saat melahirkan dirinya.

Rona terkenal karena kecantikan dan kepintarannya, namun ia juga gadis yang nakal. Karena kenakalan nya, sang ayah sering mendapatkan surat peringatan dari sekolah sang putri. Kenakalan Rona, dikarenakan ia sering merasa kesepian dan kurang figur seorang ibu, hanya ada neneknya yang selalu menemaninya.

Rona hanya memiliki tiga orang teman, dan satu sahabat lelaki somplak bernama Samudra, dan biasa di panggil Sam. Mereka berdua sering bertengkar, namun mudah untuk akur kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosseroo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia si Pikmi

Rona keluar dari gedung kantor ayahnya dengan wajah cemberut. Helaan napasnya berat, jelas sekali masih kesal karena dimarahi ayahnya barusan.

“Kenapa sih Ayah nggak pernah ngerti maunya aku.” gerutunya pelan sambil menatap keluar jendela mobil.

Sopir pribadinya yang duduk di depan melirik lewat kaca spion. “Non, mau langsung pulang?”

“Enggak. Ke mall aja, pak. Aku mau es krim stroberi yang banyak,” jawabnya sambil melipat tangan di dada, masih merajuk.

Tak lama kemudian mobil berhenti di depan mall. Rona turun dengan langkah malas, tetapi matanya langsung berbinar saat melihat counter es krim favoritnya. Ia memesan dua cup besar stroberi, niatnya memang ingin melampiaskan kekesalan dengan dinginnya es manis itu.

Namun langkahnya terhenti ketika seseorang menyapanya.

“Rona?”

Rona menoleh, sedikit terkejut. “Le-Levinson?”

Ya, Levinson—rival Samudra di pertandingan basket sebelumnya—ia berdiri dengan senyum ramah. Dengan mengenakan kaos santai, wajahnya masih menyimpan aura atlet.

“Kebetulan banget ketemu kamu di sini,” ucap Levin sambil ikut melirik es krim stroberi di tangan Rona. “Aku pesan yang sama deh. Stroberi, kan? Kayaknya manis.”

Rona hanya mengangguk singkat. “Hmm.”

Mereka akhirnya duduk di bangku dekat kaca besar. Levin membuka percakapan dengan nada santai, tapi matanya memperhatikan Rona penuh minat.

“Kamu sering ke sini?”

“Kadang-kadang aja,” jawab Rona singkat.

“Samudra nggak bareng kamu? Biasanya kalian berdua bareng.” Levin menyelipkan pertanyaan itu dengan nada seperti bercanda, tapi sorot matanya penuh rasa ingin tahu.

Rona langsung menghentikan sendoknya di udara. Hatinya agak tersentil. “Lagi pengen sendiri aja.”

“Oh, lagi marahan ya?” Levin tersenyum miring, mencoba menebak.

Rona mendengus, lalu bangkit sambil merapikan tasnya. “Aku pulang duluan.”

Levin hanya menatap langkah Rona yang menjauh. Senyumnya makin melebar tipis, seakan ia menemukan celah.

“Jadi benar… hubungan kalian lagi goyah,” gumamnya pelan sambil menyendok es krim stroberinya sendiri.

***

Keesokan harinya, Claudia melangkah dengan wajah manisnya yang dibuat-buat, sok imut dan penuh senyum. Pandangannya langsung mencari sosok Kevin, teman satu tim Samudra. Sebelumnya Claudia sudah berkenalan dengan teman-teman Samudra, hanya Rico dan Kevin yang ia ingat. Rico yang cuek, sedang Kevin yang ramah dan menggoda.

“Kak Kevin!” Claudia melambai kecil, suaranya dibuat semanis mungkin.

Kevin menoleh. “Hai, Claudia. Ada apa?”

Claudia mendekat, memasang wajah penasaran. “Aku boleh tanya nggak soal Kak Samudra sama Rona?"

Kevin terdiam sejenak, lalu terkekeh kecil. “Kamu penasaran juga, ya? Mereka berdua tuh udah kenal sejak kecil. Mungkin kamu nggak tahu, karena kamu dulu di Denmark. Samudra juga nggak suka kalau Rona deket sama cowok lain. Kamu tahu kan, sifat posesifnya?”

Claudia mengerutkan kening, berusaha menyembunyikan rasa kesalnya. “Terus… mereka sampai tunangan, itu?”

Kevin mengangguk santai. “Iya. Awalnya dijodohin sama orang tua, tapi ya… makin lama mereka saling jatuh cinta sepertinya.”

Claudia menunduk, pura-pura tersenyum. Tapi hatinya mendidih. Ia merasa tersaingi, seolah Rona adalah dinding besar yang tak bisa ia lewati.

Hari-hari berikutnya, Claudia semakin sering mencari Kevin. Awalnya hanya sekadar mengorek informasi, lama-lama ia merasa nyaman dengan perhatian Kevin yang ringan tapi penuh canda. Claudia dengan polosnya sering tersenyum manis, sok imut, hingga tanpa sadar ia mulai terjebak dalam permainan Kevin.

Sementara itu, Kevin menyimpan niat lain. Dalam hatinya, ada kekaguman yang tak pernah terucap pada Rona. Namun ia selalu merasa tak pantas, apalagi Samudra selalu menjadi benteng yang tak tergoyahkan di samping gadis itu.

“Steve yang punya kekuasaan aja kalah dan hancur. Gimana aku?” gumam Kevin suatu malam saat sendirian.

Akhirnya, Claudia menjadi pelampiasan rasa minder dan ambisi terpendamnya. Ia memanfaatkan kepolosan Claudia yang haus perhatian.

Setiap akhir pekan, Kevin mengajak Claudia keluar diam-diam ke café, ke taman, bahkan ke bioskop. Claudia yang masih muda dengan mudah berbohong pada orang tuanya.

Semua itu ia lakukan tanpa sepengetahuan Samudra. Claudia merasa senang karena ada yang memperhatikannya, sementara Kevin… tersenyum tipis, sadar bahwa gadis ini hanya ‘mainan’ yang menutupi luka kecil di hatinya karena tak bisa meraih Rona.

***

Di koridor sekolah siang itu, Claudia berjalan sambil memeluk beberapa buku tebal. Sesekali ia melirik kanan-kiri, berharap ada kakak tingkat yang lewat. Saat melihat seorang siswa lelaki di depan, ia sengaja menjatuhkan sedikit tumpukan bukunya.

“Ah… aduh, berat sekali,” keluh Claudia dengan suara dibuat lemah. “Tolong dong,”

Siswa itu buru-buru membantunya, dan Claudia tersenyum manis. Namun, dari kejauhan, tiga siswi satu tingkatnya yang sejak lama muak dengan kelakuan Claudia saling tatap penuh kesal.

“Dasar caper. Tiap hari gitu aja,” bisik salah satunya.

“Ayo, sekarang kita kasih dia pelajaran,” sahut yang lain dengan senyum mengejek.

Mereka pun menghampiri Claudia yang baru saja menerima sebotol jus dari salah seorang kakak tingkat. Dengan pura-pura tak sengaja, salah satu dari mereka menabrak Claudia hingga jus itu tumpah ke seragamnya.

“Ups, sorry,” ujar salah satu siswi dengan nada penuh sindiran.

Siswi lain menambahkan, “Ih, lihat deh… tiap hari pura-pura caper biar ditolongin cowok. Bikin enek!”

“Pikmi banget, ya?” yang ketiga terkekeh, disambut tawa mereka bertiga.

Claudia tercekat, wajahnya merah menahan malu. "A-aku kan murid baru." tangisnya pecah.

"Justru karena murid baru, tau diri. Dasar pikmi!" bentak siswi yang menabrak Claudia tadi.

Suasana koridor tiba-tiba hening. Semua mata terarah pada sosok Rona yang berjalan anggun mendekat, tatapannya tajam membuat para siswi itu sontak bungkam.

“Ada kak Rona, ada kak Rona... ayo kita pergi." bisik bisik ke-tiganya.

Ketiga siswi yang tadi mengejek langsung berubah sikap, menunduk gugup. “Maaf, tadi nggak sengaja menumpahkan jus,” mereka bertiga lalu pergi meninggalkan Claudia.

Rona hanya menatap sekilas, lalu melepas sweater abu-abu dari tangannya dan melemparkan pada Claudia. “Pakai ini. Buat nutupin seragammu yang basah,” ucapnya singkat, lalu berbalik pergi tanpa menoleh lagi.

Claudia menggigit bibir, matanya berkaca-kaca. Ia ingin sekali mendapatkan perhatian lebih dari semua orang disana.

Di kelas lain, Rico menghampiri Samudra yang sedang membereskan peralatan basket.

“Sam, adik sepupumu tuh barusan dibully di koridor. Kayaknya parah deh.”

Samudra mendesah berat, meletakkan bola basket di meja. Meski malas, Samudra tetap melangkah menuju koridor. Namun, ketika ia tiba, yang ia lihat adalah Claudia sedang duduk di bangku dengan wajah sembab, memeluk sweater.

“Itu sweater Rona,” gumam Samudra pelan. Ia bisa mengenali sweater itu.

Sam mendekat "Clau, kau baik-baik saja?"

Claudia menoleh, dan berlari memeluk Sam "Kak Sam, aku takut."

"Sebaiknya kamu izin pulang, bilang saja tidak enak badan." Claudia mengangguk. Sam pergi mengajak Claudia ke kelasnya.

Hatinya sedikit lega. Jika Rona sudah turun tangan, berarti keadaan tak separah yang dikhawatirkan Rico. Samudra akhirnya hanya menghela napas. Dalam hati ia tahu—sekeras apa pun Claudia berusaha menarik perhatian, Rona selalu punya cara untuk tetap jadi sosok yang di takuti semua anak.

1
Wang Lee
Lanjut
Wang Lee
Yang benar
Wang Lee
Di keluar dan bebera hal yang terjadi
Wang Lee
Semangat🌹🌹
Wang Lee
Memenuhi sebuah janji
Wang Lee
Di sebuah meja makan
Nurika Hikmawati
wkwkwk... aku ngakak sih di part ini
Nurika Hikmawati
prikitiw... kiw kiw
Nurika Hikmawati
ya ampun... kamu ditembak sam Ron. panah asmara sdh meluncur 😍
Nurika Hikmawati
knp dicegah sih sam... erina udh keterlaluan. harusnya biarin aja
Nurika Hikmawati
ini udh parah sih. knp harus bawa2 ibunya rona yg almarhum. perlu dibejek mulutnya
Nurika Hikmawati
kalau begini kamu memang mau pgn cari masalah sm rona aja kan?
Drezzlle
ogeb Rona, Dia itu sayang Ama lu
Peka dikit
Drezzlle
Nah bagus Rona hajar aja
Drezzlle
ih mulutnya, dengki banget sih
Dewi Ink
wah parah, dipasang kamera , gila tu bocah steve/Curse/
Dewi Ink
betuul, kan Meraka udah mulai dewasa biar nanti pas waktunya gak kaget 🤣🤣
Dewi Ink
rona anaknya sanguin ya, ga malu ngaku sama neneknya.. yawis atuh sama2 sukaa si😍
mama Al
wah ada Risma

terimakasih sudah di promosikan
mama Al
suiiit suuiit ada yang jadian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!