NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:477
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Deklarasi 2 - Kemunafikan

Musik megah yang di mainkan dan tepuk tangan kembali memenuhi Aula Kolosal saat Solosa Mercury mundur dari podium.

Dari sisi panggung yang berlawanan, melangkah maju sosok yang elegan dan mengesankan: Count Valerius.

Ia mengenakan jas formal berwarna abu-abu arang yang dirancang sempurna, memancarkan aura Archmage Air yang bersih, terhormat, dan sangat berpengaruh. Lyra bisa melihat betapa pandai Valerius menyembunyikan sisi liciknya di balik topeng kewibawaan.

Valerius berjalan ke podium, tidak terburu-buru, mengambil waktu untuk menyapu pandangannya ke seluruh aula. Matanya berhenti sejenak, tatapannya menyentuh Lyra, dan senyum kecil, hampir tak terlihat, muncul di wajahnya, senyum yang bagi Lyra terasa seperti racun murni.

Lyra mencengkeram lutut Gilga di bawah jubahnya, memberikan peringatan diam-diam. Gilga mengencangkan ototnya, matanya memancarkan amarah yang terkendali.

Valerius memulai pidatonya. Suaranya adalah bariton yang halus dan meyakinkan, berbeda dengan nada tajam Solosa Mercury.

"Selamat pagi, para murid Akademi Elorick,"

sapa Valerius, suaranya dipenuhi karisma.

"Saya berdiri di sini, bukan hanya sebagai seorang Count, tetapi sebagai Archmage yang pernah duduk di kursi yang sama dengan kalian. Saya mengerti antisipasi yang kalian rasakan. Saya mengerti rasa takut akan kegagalan, dan rasa haus akan pengetahuan yang kalian bawa."

Valerius bersandar sedikit di podium, menciptakan kesan intim dengan audiensnya.

"Akademi ini mengajarkan kita tentang Mana, tentang sihir, tentang rune. Tetapi jika saya bisa memberikan satu pelajaran yang lebih berharga daripada semua buku di perpustakaan ini, itu adalah tentang Kesetiaan dan Kepercayaan."

(Lyra merasakan kemarahan yang membara mendengar kata 'Kesetiaan' keluar dari mulut Valerius.)

"Kekuasaan terbesar seorang Archmage bukanlah di Mana yang mereka miliki, tetapi pada aliansi yang mereka bangun. Di dalam Sincorta, di dalam Elemendorf, kita semua terhubung. Kalian akan menemukan teman, sekutu, dan guru. Percayalah pada mereka yang memimpinmu, dan setialah pada mereka yang mengangkatmu."

Valerius berjalan ke tepi podium, tatapannya penuh inspirasi.

"Beberapa dari kalian mungkin tergoda untuk mengambil jalan pintas. Beberapa mungkin tergoda untuk mengkhianati kepercayaan yang diberikan Kerajaan kepada kalian. Jangan lakukan itu. Kerajaan Elemendorf dibangun di atas tatanan. Tatanan adalah kekuatan. Dan pengkhianatan adalah racun yang akan melumpuhkanmu dan menghancurkan semua orang yang kau sayangi."

(Lyra merasa seluruh pidato itu adalah sindiran langsung kepada dirinya. Ancaman yang terselubung di depan ribuan orang.)

Valerius kembali ke tengah podium, senyumnya kini menunjukkan sedikit kesedihan yang dibuat-buat.

"Saya pernah melihat kegagalan. Saya pernah melihat Archmage hebat yang jatuh karena mereka memilih jalur kesombongan dan ketidakpercayaan. Jangan ulangi kesalahan mereka. Ambil setiap pelajaran, hormati setiap peraturan. Jadilah yang terbaik, tetapi jadilah yang terbaik dalam tatanan yang telah kita tetapkan."

Valerius mengakhiri pidatonya dengan nada yang kuat dan berwibawa.

"Jadilah lentera bagi Elemendorf! Bekerjalah untuk mencapai tingkat Archmage, dan jadilah pilar bagi kerajaan. Saya menantikan untuk melihat kesuksesan kalian, dan saya akan selalu berada di sini untuk mengawasi dan membimbing jalan kalian. Selamat datang, dan selamat belajar."

Tepuk tangan keras menyambut berakhirnya pidato itu. Pidato Valerius sangat berwibawa, memancarkan kesetiaan pada Elemendorf dan Akademi. Di mata semua orang, dia adalah Archmage yang sempurna.

Di sisi lain, bagi Lyra, pidato itu adalah deklarasi perang yang terbungkus dalam kata-kata inspiratif. Valerius sudah tahu Lyra ada di sana, dan dia baru saja menunjukkan kekuatannya di panggung politik. Lyra tahu, waktu untuk menemukan Valerius dan Gulungan Sihir Jiwa menjadi sangat mendesak.

Di sekitar Gilga dan Lyra, beberapa murid baru yang duduk di barisan depan mulai merasa gelisah. Mereka tidak tahu alasan pastinya, tetapi mereka merasakan perubahan tekanan udara yang signifikan.

Hal ini disebabkan karena Gilga memancarkan aura kemarahan yang sangat besar.

Meskipun ia berusaha mengendalikannya, Mana Darah yang ia lepaskan saat Lyra pingsan, dan kini amarahnya terhadap sindiran Valerius, membuat Mana-nya bergetar dan memancar secara tak sadar.

Aura merah yang samar dan mengancam menyelimuti Gilga.

Lyra merasakan Mana Gilga. Ia tahu Gilga siap melompat dan membunuh Valerius saat itu juga.

Lyra dengan cepat mengambil tangan Gilga yang terkepal. Ia menggenggamnya, dan kemudian Lyra tersenyum kepada Gilga, senyum yang tenang dan penuh makna, bukan senyum palsu bangsawan.

"Tenang, Gilga,"

bisik Lyra, suaranya mantap.

"Dia sedang berpidato. Kita harus menjadi Archmage yang sabar."

Gilga menghela napas yang panjang dan kasar. Secara perlahan, aura merah di sekelilingnya mereda, kembali ke bawah kendali besarnya. Dia hanya membalas genggaman tangan Lyra, menunjukkan kesetiaannya.

Setelah tepuk tangan mereda, Solosa Mercury kembali ke podium.

"Terima kasih, Count Valerius, atas kata-kata inspirasi Anda,"

kata Solosa.

"Dan sebagai penutup dari Upacara Penyambutan, marilah kita dengarkan kata-kata dari beberapa murid baru yang mewakili faksi dan masa depan kita. Mereka yang, kami yakini, akan mencapai tingkat Archmage dan Sage."

Valerius, yang masih berada di panggung, menyeringai kepada Lyra. Dia tahu menempatkan Lyra dan Gilga di panggung bersama musuh bebuyutan mereka adalah bagian dari intimidasi politiknya.

Lyra, yang sudah tenang, melepaskan tangan Gilga dan bersiap. Dia harus tampil sempurna.

Aen Pendragon, pemuda yang Lyra amati di arena, maju dengan postur yang sempurna dan aura militer. Dia berbicara singkat, tegas, dan tanpa basa-basi.

"Salam hormat kepada Dewan dan para Archmage. Saya Aen Pendragon. Akademi Elorick adalah medan pertempuran pertama kita. Di medan ini, kita mencari kekuatan dan disiplin. Kekuatan sejati bukan hanya tentang Mana, tetapi tentang ketahanan dan kesetiaan pada tugas. Mari kita bertarung dengan hormat, dan mencapai puncak sebagai ksatria sejati Kerajaan Elemendorf."

Nive, seorang pemuda yang tampak lebih tertarik pada angka daripada pedang, maju dengan senyum profesional.

"Saya Nive Micolas. Elorick bukan hanya tentang sihir, tetapi tentang nilai tukar dan efisiensi. Kita adalah aset terbesar Kerajaan. Mari kita gunakan pengetahuan di sini untuk meningkatkan nilai diri kita, dan memastikan bahwa setiap Mana yang kita gunakan menghasilkan keuntungan terbesar bagi Kerajaan dan bagi diri kita sendiri. Mari kita menjadi Archmage yang bijaksana dalam berinvestasi."

Lyra melangkah ke podium. Dia tahu ini adalah kesempatannya untuk mengirim pesan kepada Valerius dan semua musuhnya. Lyra merapal Silent Step untuk menenangkan Mana Ruang-Waktu-nya yang sempat bergejolak.

"Saya Lyra Elara Von Astrea."

Lyra berhenti sejenak, tatapannya menyapu Valerius dan Archmage di tribun. "Di Akademi, kita semua mencari kebenaran. Kebenaran tidak pernah terikat pada batasan atau ekspektasi. Saya di sini untuk membuktikan bahwa tidak peduli seberapa rendah pun level kita saat ini"—Lyra menekankan kata 'level'—"kita dapat mencapai Archmage dalam waktu yang tidak terduga, jika kita memiliki tekad dan keinginan untuk menghancurkan setiap rintangan yang mencoba menjebak kita. Mari kita menjadi yang tercepat dalam belajar, dan yang paling efektif dalam bertindak."

Gilga, dengan Mana-nya yang kini tenang, mengambil giliran. Dia tidak berusaha tampil sopan. Dia berbicara dengan nada yang rendah dan mengancam, ditujukan langsung pada Valerius.

"Gilga Von Rabiot. Saya tidak peduli dengan etiket, dan saya tidak peduli dengan kata-kata manis. Saya di sini untuk satu alasan

Melindungi keluarga. Bagi siapa pun yang berpikir untuk mengancam faksi atau aliansi yang saya hormati, atau siapa pun yang mencoba menyentuh anggota keluarga saya, anda akan berhadapan langsung dengan Archmage Darah. Saya akan memastikan setiap orang dari kalian menghormati batasan, atau Anda akan kehilangan kemampuan Anda untuk bernapas."

Alice, seorang gadis berambut biru dengan Mana Air yang menenangkan, berbicara dengan nada yang lebih harmonis.

"Saya Alice Zerias. Di antara panasnya kompetisi dan ambisi, marilah kita ingat esensi dari sihir. Keseimbangan. Stabilitas. Mari kita gunakan Akademi ini untuk menyempurnakan Mana kita dan membawa ketenangan pada Kerajaan. Kita akan tumbuh kuat bersama, seperti arus sungai yang tidak dapat dihentikan."

Emi Altera, Archmage yang diamati Lyra di arena, melangkah maju. Matanya yang tajam menatap Lyra, dan senyum kecil yang penuh persaingan muncul.

"Saya Emi Altera. Elorick adalah tempat di mana potensi diuji. Kami tidak tertarik pada bakat yang belum terbukti atau klaim yang terlalu berani. Kami tertarik pada hasil yang mutlak. Archmage harus lahir dari kerja keras dan keunggulan yang tidak dapat disangkal. Saya menantang kalian semua buktikan di dalam kelas dan arena bahwa Anda layak menjadi Archmage, atau Anda akan tertinggal di belakang."

Upacara Penyambutan berakhir dengan tepuk tangan yang meriah. Lyra dan Gilga telah mengirimkan pesan yang jelas. Lyra telah menantang batas waktu dan Valerius, sementara Gilga telah mengeluarkan ancaman Darah yang dingin.

Valerius tersenyum di podium, menikmati drama itu. Dia tahu Lyra telah menerima tantangannya. Sekarang, Lyra dan Gilga akan menjadi murid di Akademi Elorick, tempat yang akan segera menjadi medan pertempuran politik dan sihir bagi mereka.

Lyra dan Gilga keluar dari Aula Kolosal. Langkah mereka cepat, tetapi penampilan mereka yang mencolok dan pidato mereka yang kontroversial membuat mereka menjadi pusat perhatian instan.

Tatapan para murid baru tertuju pada Lyra, si Mage misterius dari House Astrea, dan Gilga, si Archmage Darah yang baru saja mengeluarkan ancaman publik.

Mereka berjalan menyusuri koridor marmer yang panjang.

"Kau keterlaluan, Gilga,"

bisik Lyra, menjaga nada suaranya tetap rendah.

"Kau baru saja mengancam separuh Akademi. Dan kau tidak perlu mengatakan 'Archmage Darah' dengan suara yang begitu bangga."

Gilga menyeringai.

"Aku hanya mengklarifikasi posisiku, Cousin. Dan pidato Valerius? Itu adalah deklarasi bahwa dia tahu kau ada di sini dan dia siap menyambutmu. 'Pengkhianatan adalah racun yang akan menghancurkan semua orang yang kau sayangi'—itu bukan nasihat, itu ancaman."

Lyra mengangguk, ekspresinya kembali serius.

"Aku tahu. Dia menggunakan panggung politik untuk mengintimidasiku dan menunjukkan kepada Dewan bahwa dia tidak gentar. Pidatonya adalah jebakan."

"Jebakan?"

tanya Gilga.

"Ya. Dia ingin aku bertindak ceroboh. Dia ingin aku melompat ke sarangnya sendiri dan menyerangnya. Jika aku melakukannya, Nenek Marlina akan mencampakkanku, dan Valerius akan muncul sebagai korban yang setia,"

jelas Lyra, matanya fokus pada strategi.

Lyra berhenti sebentar di dekat jendela yang menghadap ke halaman Akademi.

"Strategi kita harus jelas sekarang, Gilga. Kita tidak bisa langsung menyerang. Kita harus bermain sesuai aturannya, tetapi lebih baik darinya."

Lyra menoleh ke Gilga. "Dengarkan. Aku akan fokus pada Akademi dan Aliansi."

"Aku harus menjadi murid yang sempurna, Lyra. Aku harus membuktikan kepada Solosa Mercury dan dewan pengajar lainnya bahwa aku benar-benar bisa lulus dalam satu tahun. Ini akan membenarkan Nenek Marlina dan membuatku tak tersentuh secara akademik."

"Dan yang lebih penting, aku akan mengumpulkan aliansi,"

lanjut Lyra.

"Aku akan mendekati Aen Pendragon. Aku butuh dukungan militer. Dan aku akan memantau Emi Altera. Jika aku bisa mendapatkan dukungan militer dan menetralkan ancaman akademik darinya, posisiku aman."

Gilga mengangguk, mengerti.

"Lalu tugasku? Aku akan menjadi Anjing Kotor-mu, Lyra."

"Tepat,"

balas Lyra, menatap Gilga dengan pandangan penuh percaya diri.

"Kau harus mencari Gulungan Sihir Jiwa itu. Jangan gunakan Mana Darah-mu. Gunakan jaringan Rabiot-mu. Valerius sudah menguasai ranah politik, tetapi dia belum menguasai Distrik Sona dan Akari sepertimu."

"Jadikan itu petunjuk,"

kata Lyra tegas.

"Cari tahu di mana Valerius menyembunyikan gudang atau tempat rahasianya. Gulungan itu tidak akan disimpan di kastilnya. Cari di Distrik Sona. Di mana pun Mana terasa terdistorsi dan tersembunyi. Kita butuh gulungan itu untuk mengungkap keterlibatannya dengan Penyihir Ruang-Waktu yang membahayakan Papa."

Mereka berdua mencapai persimpangan koridor—satu mengarah ke Divisi Archmage, yang lain ke kelas-kelas dasar.

"Gilga, kelas Divisi Archmage-mu ada di sana. Kelasku di sini. Sampai nanti," kata Lyra.

Gilga menyeringai.

"Tunjukkan pada mereka mengapa Archmage yang menyamar lebih berbahaya daripada yang sebenarnya, Lyra."

Lyra membalas senyumnya, mengambil napas dalam-dalam, dan berjalan ke kelasnya, siap untuk memulai tahun akademiknya yang penuh strategi.

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!