Tunangannya mengkhianatinya. Bukannya meratapinya, Dheandita atau yang kerap dipanggil Dhea memutuskan untuk membalas rasa sakit hatinya tersebut dengan menjadi ibu dari wanita yang telah merebut sang tunangan.
"Aku akan menggoda ayahmu dan menjadi ibu tiri mu. Lihat saja apa yang aku lakukan nanti padamu, Virya," ucap Dhea
Drake Adiwitama pria matang nan rupawan adalah ayah dari Virya. Dan Dhea akan membuat Drake menjadi suaminya.
Bagaimana cara Dhea menggoda sang pria matang. Akankah Drake tergoda dengan gadis muda yang usianya jauh dibawahnya itu?
Lalu, bagaimana tanggapan Virya dan Jayan melihat kedekatan Dhea dan Drake?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggoda 23
"Oh sial, mau apa lagi dia pagi-pagi udah ke sini?"
Meta baru saja hendak membuka toko namun dirinya dikejutkan dengan sosok orang yang sangat tidak ia suka. Ya Meta terkejut melihat Virya yang sudah berdiri di depan toko mereka.
Meta sangat ingin mengusir wanita itu. Sampai detik ini, ia memiliki rasa kesal dan juga amarah yang luar bisa terhadap wanita yang telah merusak hubungan temannya sehingga gagal menikah.
"Ngapain kamu di sini?" Meta bicara dengan sengit.
"Bukan urusanmu. Aku nggak ada urusan sama kamu, jadi kerjain aja kerjaan mu itu," balas Virya tak kalah sengitnya.
Cih!
Meta berdecih, dia lalu membuka toko dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan Virya, dia tetap berdiri di luar toko untuk menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Dhea yang ditunggunya.
Sejak dari rumah tadi, Virya begitu semangat untuk menemui Dhea. Dan disepanjang jalan, Virya terus tersenyum menatap cincin yang melingkar di jarinya.
Untuk tujuan apa wanita itu menemui Dhea? Jawabannya adalah untuk memamerkan tentang rencana pernikahannya. Untuk memberitahu Dhea bahwa dia adalah pemenangnya. Untuk memperlihatkan Dhea bahwa Jayan akan jadi miliknya seutuhnya.
Ya itulah yang sekarang ada di pikiran Virya. Gadis itu bahkan sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Dhea.
Sebuah seringai terbit di bibir Virya ketika melihat Dhea keluar dari rumah dan berjalan ke arahnya. Atau lebih tepatnya berjalan ke arah toko. Virya tak sabar sekali untuk membuka mulutnya.
Sedangkan Dhea dia hanya membuang nafasnya kasar ketika melihat keberadaan Virya. Rasanya enggan setiap bertemu dengan Virya maupun Jayan. Tapi mau tidak mau, suka tidak suka Dhea harus menghadapinya karena mungkin mereka akan sering bertemu di masa depan.
"Dhea, tunggu," suara Virya terdengar begitu manis, tapi di telinga Dhea tidak demikian. Nada suara milik wanita itu terkesan meremehkan. Agaknya akan ada hal yang dilakukan Virya untuk mengganggunya atau semacamnya.
"Ada apa kamu inginkan pagi-pagi datang kemari, hmmm? Nggak mungkin kan mau pesen kue,"sahut Dhea tak acuh. Dia sungguh tidak ada mood untuk menanggapi Virya di pagi hari begini.
"Taraaa lihat," Virya menunjukkan cincin yang ada di jari manisnya. Ekspresi wajahnya terlihat begitu puas. Tapi reaksi Dhea hanya datar saja.
"Terus?"
"Aku bentar lagi mau nikah. Dan mungkin kamu bakalan sadar kalau kamu udah beneran kalah dari aku." Virya sangat puas sekali dengan berkata demikian. Ia mengangkat dagunya menunjukkan sebuah kemenangan mutlak.
"Oh, gitu,"sahut Dhea, dia tidak menunjukkan minat sama sekali terhadap apa yang Virya katakan. Hal tersebut membuat Virya mengerutkan alisnya.
"Cih, sok-sok an nggak peduli. Aku bakalan nikah sama Jayan. Semalem dia ngelamar aku. Ini artinya kamu nggak akan lagi punya kesempatan buat balik sama Jayan." Virya bicara dengan sedikit penekanan kali ini. Ya dia menekankan bahwa Dhea sudah kalah sepenuhnya.
Bukannya kesal, lagi pula memang tidak ada hal yang perlu dikesalkan, Dhea tersenyum lebar ketika mendengarkan ucapan Virya yang baru saja.
"Bagus, selamat ya,"ucapnya dengan begitu ringan.
Ya?
Wajah Virya seperti orang yang bingung. Bagaimana bisa Dhea tenang begitu. Seharunya Dhea marah melihat dirinya yang akan menikah degan Jayan. Seperti itulah isi kepala Virya. Ketenangan yang ditunjukkan oleh Dhea membuat dirinya merasa heran.
Tak ingin dianggap angin lalu, Virya terus berusaha memprovokasi Dhea.
"Jangan sok nggak peduli, aku yakin hatimu sekarang sakit kan? Kamu pasti marah kan tahu aku dan Jayan bakalan nikah?" Mata Virya memicing mencoba mencari tahu isi hati Dhea yang sebenarnya.
"Nggak tuh, aku beneran ngucapin selamat dengan tulus kok. Lagian, kenapa aku harus marah, dan kenapa juga harus sakit? Nggak ada ya begitu. Dan nggak usah ngomong banyak-banyak. Pokoknya selamat ya atas pernikahan kalian. Aku ikutan seneng. Nah sekarang pulang gih, aku mau buka toko. Dan tolong minggir ya, jangan berdiri di depan pintu, takut pelanggan pada nggak jadi masuk." Dhea sangat tenang sekali. Wajahnya juga tidak ada rasa kesal atau marah.
Bagi Dhea Jayan adalah masa lalu, apapun yang dilakukan pria itu kini, dia sama sekali tidak peduli.
Akan tetapi, reaksi Dhea yang seperti ini membuat Virya tidak terima karena tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Ya, Virya ingin Dhea terlihat marah dan kesal mengetahui kabar pernikahannya.
"Jangan sok kuat, aku tahu kamu pasti marah banget kan sekarang karena Jayan bakalan nikah sama aku,"ucap Virya. Dia sungguh tidak mau berhenti.
Huuuft
Dhea membuang nafasnya kasar. Dia yang hendak masuk ke dalam toko akhirnya tidak jadi. Dhea kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan mendekat ke tempat dimana Virya berdiri.
"Vir, aku katakan sekali lagi dan untuk yang terakhir kalinya ya, aku beneran nggak peduli kalian mau nikah atau mau selamanya kumpul kebo, aku beneran nggak mau tahu. Ambil Vir, ambilah dia. Buat aku yang namanya mantan itu harus dibuang. Nggak ada dalam kamusku mantan aku pungut lagi, nggak ada. Jadi ambil aja dia, aku udah nggak butuh dan nggak sudi balik sama cowok modelan Jayan. Lagian aku udah punya pria yang lebih segalanya dari dia. Jadi, selamat berbahagia. Aku ucapkan selamat untuk pernikahan kalian berdua."
Sriing
Dhea mengatakan itu dengan senyum yang begitu lebar. Senyum dan ucapan selamat yang tulus. Lalu, Dhea masuk ke dalam toko, meninggalkan Virya yang terpaku di sana, menatap Dhea yang sudah masuk ke dalam toko dengan tatapan nanar.
"Dia beneran ngomong kayak gitu? Apa dia beneran udah nggak peduli lagi sama Jayan? Apa dia beneran udah nggak ngarep Jayan buat balik sama dia? Terus udah punya pria lain? Siapa itu? Apa mungkin yang dimaksud cewek itu adalah Papa? Apa hubungan mereka sungguh berkembang ke arah sana?"
Virya bermonolog. Banyak sekali pertanyaan yang muncul dari dalam kepalanya itu.
Melihat reaksi Dhea yang tenang membuat Virya merasa bahwa apa yang dikatakan Dhea benar adanya, bahwa gadis itu sama sekali tidak lagi memikirkan tentang Jayan. Bahwa gadis itu tak lagi punya rasa cinta kepada Jayan.
Namun bukannya tenang, Virya malah semakin gelisah.
"Kalau dia udah nggak cinta lagi sama Jayan, berarti bagus. Aku bisa menjalan hidup pernikahan dengan bahagia bersama Jayan. Tapi kok rasanya masih ada yang ngeganjel ya. Aku ngerasa ada sesuatu yang nggak ngenakin."
Virya berpikir demikian sambil melenggang pergi meninggalkan toko kue milik Dhea. Dia merasa tidak senang sepenuhnya terhadap reaksi Dhea yang begitu santi dan tenang itu terhadap kabar pernikahannya.
TBC
Harusnya kamu malu lho Vir, ternyata selama ini kamu tinggal sama Drake yang bukan siapa2 kamu.
Makanya gak usah sombong gitu
untk jayan bingunglan kamu berharap tidak keluar dari rumah itu,,
dan sekarang kamu harus tau jika virya bukan anak kandung drake