Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian kecil.
Setelah selesai menyapu apartemennya, Erina pun minum susunya yang sudah dingin. Sedangkan Rasyad nonton TV dengan santai. Erina ingin izin kepada suaminya untuk membeli perlengkapan bahan makanan yang sudah habis karena kemarin Bunda dan mertuanya masak.
"Mas, persediaan bahan makanan habis. Aku mau masak untuk sarapan."
"Ayo kita beli."
"Berdua?"
"Tentu saja."
"Cuma dekat ini kok."
"Nggak pa-pa hitung-hitung lari pagi."
"Ya sudah. Tunggu, aku ganti baju dulu."
Rasyad mengangguk.
"Pasti lama." Batin Rasyad.
Erina berganti baju kaos lengan panjang dan memakai kulot berbahan jeans. Jilbabnya ia pakai jilbab instan tanpa ped.
"Yuk, mas."
Di luar dugaan. Tidak sampai lima menit istrinya sudah siap. Meski tanpa make-up dan berpakaian sederhana, Erina terlihat cantik dan menarik.
"Mas, ih kok bengong."
"Ah iya, ayo."
Rasyad mengambil dompetnya. Kemudian mereka keluar dari apartemen dengan berjalan berdampingan. Mereka berjalan menuju kios penjual sayur dan sembako. Erina memilih beberapa sayur seperti wortel, kentang,brokoli, sawi, dan selada. Ia juga membeli beras merah dan beras putih. Tidak lupa juga ia membeli udang, mujair, ayam, dan telur. Beberapa bumbu pun ia beli.Karena sudah tidak tinggal sendiri lagi, sekarang ia harus lebih banyak nyetok bahan makanan. Ia juga harus lebih banyak belajar memasak menu makanan. Apa lagi suaminya punya alergi. Jadi ia harus lebih berhati-hati dalam memilih makanan.
Setelah semua belanjaan diambil, Erina hendak membayarnya. Namun, Rasyad lebih dahulu menyodorkan uang kepada penjaga kios.
"Jangan, biar aku!"
"Nyonya Rasyad, ingatlah! Sekarang kamu sudah bersuami. Dan suamimu ini masih sehat dan mampu memberi nafkah." Bisik Rasyad.
Erina langsung terdiam. Rasyad memang benar. Sudah seharusnya ia menerima nafkah dari suaminya.
"Tapi kalau aku menerima nafkah lahir, jadi aku juga harus menerima nafkah batin?" Batin Erina sambil menekan salivanya sendiri.
"Ini masih nafkah lahir, nafkah batinnya tunggu sampai kita sama-sama siap." Batin Rasyad.
"Hei, malah bengong. Ayo kita pulang."
"Eh, iya."
Rasyad mengambil alih semua belanjaan dari tangan istrinya. Mereka berjalan kaki kembali ke apartemen.
Sesampainya di apartemen, Erina berganti baju kembali karena ia ingin memasak. Ia mencari ide untuk masak menu sarapan mereka. Dan setelah menemukan ide, ia pun langsung pergi je dapur. Tak lupa ia memakai celemek.
Sementara itu, Rasyad duduk di sofa sambil menyelesaikan pekerjaannya karena hari ini juga ia akan menuntaskan kontraknya.
Erina memotong wortel dan brokoli. Ia ingin membuat capcay. Selanjutnya, ia mengupas dan memotong bawang merah.
"Aduh... hah perih."
Mata Erina berair. Matanya memang sangat sensitif dengan bawang merah. makanya selama ini ia lebih memilih memakai bumbu jadi.
Mendengar suara istrinya yang mengkhawatirkan, Rasyad pun menarik pekerjaannya lalu mendekatinya.
"Kamu kenapa?"
"Huh panas."
"Eh jangan dikucek matanya.Cuci dulu tangannya!"
Rasyad pecicilan yang Erina, kemudian ia meniup mata Erina yang sudah berair. Hembusan nafas Rasyad membuat membuat darah Erina mengalir dengan deras. Jantungnya pun berdetak lebih kencang. Perhatian
"Biar aku saja yang melanjutkan. Kamu potong yang lain."
"Tapi..."
"Jangan banyak protes!"
"Hem, baiklah."
Perhatian kecil dari suaminya membuat Erina tanpa sadar senyum-senyum sendiri.
Mereka pun berbagi tugas. Erina tampak salut melihat suaminya yang mahir dalam memotong dan menghaluskan bumbu. Ia tidak tahu jika selama ini suaminya hidup berkelana dan sudah terbiasa mengurus dirinya sendiri.Meskipun kadang sifat manjanya muncul saat bersama sang Mama.
"Kenapa diliatin terus?"
"Ah tidak, itu.... kamu kok pintar sekali?"
"Aku sudah biasa melakukan ini. Sebenarnya jamu mau masak apa?"
"Capcay salma perkedel."
"Oh... nah ini sudah semua bumbunya, tinggal ditumis."
"Makasih, mas. Biar aku yang lanjutkan. Kamu lanjutkan lagi pekerjaanmu."
"Hem."
Rasyad pun kembali duduk di sofa.
Beberapa saat kemudian, sarapan mereka sudah siap. Erina menyiapkan masakannya di atas meja lalu memanggil suaminya untuk sarapan. Erina menyendokkan nasi ke piring suaminya.
"Sudah cukup, dek."
Baru pertama kali Erina mendengar panggilan itu dari suaminya. Terdengar berbeda saat orang tua dan saudaranya memanggil.
"Maaf, cuma capcay sama perkedel."
"Ini sudah cukup memenuhi gizi kok."
Mereka pun makan dengan santai.
Ternyata memiliki pasangan tidak seribet yang mereka pikirkan. Justru hari-hari mereka semakin berwarna dan mereka tidak kesepian.
Hari ini Erina berangkat kerja agak siang karena ia harus bertemu klien di luar. Rasyad berangkat ke kantor pusat bareng dengan istrinya. Mereka memutuskan untuk naik bus. Namun Rasyad harus oper lagi nanti. Sebenarnya Rasyad sudah mengajak istrinya naik taksi. Namun Erina kekeh ingin naik bus saja. Mereka berdua berjalan kaki dari apartemen ke halte. Lima menit kemudian mereka sampai. Dan tidak butuh waktu lama untuk menunggu bus datang. Mereka pun naik dan masuk ke dalam bus. Nampak bus sudah penuh. Jadi mereka terpaksa harus berdiri. Saat ada seorang laki-laki yang juga berdiri di samping istrinya, Rasyad dengan sigap merangkul istrinya sehingga tubuh mereka berdempetan. Ia tidak ingin istrinya mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, karena maraknya pelecehan yang terjadi di angkutan umum saat ini. Erina dapat mencium wangi tubuh suaminya saat wajahnya nempel ke dada Rasyad. Erina mendongak melihat wajah suaminya.
"Kenapa, hem?"
"Tidak, tiadak apa-pa he..... "
"Ini yang aku takutkan, makanya aku ajak naik taksi." Bisik Rasyad.
Beberapa saat kemudian, ada beberapa orang yang turun. Jadi mereka bisa duduk menggantikan.
Akhirnya mereka sampai di depan sebuah restoran. Rasyad justru tidak pergi.
"Mas, kamu kok nggak pergi?"
"Aku ingin menemanimu."
"Huh... nggak mungkin."
"Mungki dong. Ayo masuk. Pasti klienmu sudah menunggu."
Rasyad menggandeng Erina masuk ke dalam restoran tersebut.
"Mas, katanya kamu mau ke kantor pusat?"
"Gampang, waktuku masih panjang."
Mereka sudah berada di dalam restoran. Ternyata saat masuk ke dalam, benar yang Rasyad duga. Klien yang mau bertemu dengan Erina tak lain adalah sahabatnya, yaitu Roy.
"Roy... "
"Hehe.... iya, bro."
"Oh ya ampun."
"Mas, kamu kenal?"
"Dek, ini temanku yang kemarin ketemuan sama aku."
"Ayo duduk dulu. Bro, aku sudah membuat janji dengan Nona Erina."
"Ck, kamu pasti sengaja menyelidiki istriku. Dasar, kurang kerjaan. Ayo sayang, kita pergi saja."
"Dia panggil aku sayang? Apa karena di depan temannya?" Batin Erina.
"Eits... mau ke mana sih? Sabar dulu. Bro, ini pekerjaan istrimu, lho."
"Nggak peduli, habis ini juga dia mah resign."
"Haha... ya ya. Nona Erina ternyata suamimu ini tidak profesional."
"Mas, jangan gitu."
Erina merangkul lengan suaminya dengan lembut. Rasyad langsung luluh lantah. Melihat itu, Roy tersenyum sinis.
"Sepertinya kali ini sahabatku ini benar-benar menemukan pawangnya." Batinnya.
"Tenang saja bro, aku tidak tertarik dengan istri sahabatku. Ya, meskipun aku akui, kali ini pilihanmu luar biasa. " Bisiknya pada Rada Rasyad.
Bukan hanya ingin bertemu dengan istri sahabatnya itu. Ternyata Roy ingin membuat parfum aroma therapist untuk diberikan kepada Rasyad sebagai souvenir pernikahannya nanti.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ya Alloh bang Rasyad yg cool ternyata sikapnya sweet dan gentle terhadap istrinya, bukan hanya sigap melindungi sang isteri, tapi bisa jugaa romantis, gak kalah sama anak muda yg lagi pacaran 😅😅😅
Bisa juga dia panggil sayang sang isteri didepan sahabat laknatnya 🤩🤩🤩
Gapapa lah emang wajib kok panggil sayang ke pasangan biar makin romantis