Kisah dua sahabat bernama Clara Adelin dan Intan Nuraini..
Kisah mereka dimulai dari persahabatan masa SMA namun sebuah konflik membuat persahabatan mereka putus .
Akan kah kisah mereka kembali seperti dulu lagi...
yuk ikuti terus kisah.... 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Cassandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERINGAT
Selamat membaca....
🌺🌺🌺🍂🍂🍂🍂🌺🌺🌺🌺
Mobil Roy pun berlalu menjauh dari kediaman Clara, sebenarnya Clara masih mengintip di celah korden.
Tatapan nya sendu mengingat dulu seseorang yang sempat ia percaya ternyata yang membuat nya memiliki trauma begitu besar.
Pria pertama yang ia cintai jadi sumber ketakutan nya akan cinta .
Clara terdiam meremas korden matanya mengembun, tubuhnya bergetar menahan tangis yang akan pecah.
"Hiks....hiks .." luruh sudah tangisan Clara
Clara menutup bibir nya agar isakan nya tak terdengar kakak' nya yang ada di rumah.
Bohong Clara tak takut dan gelisah tadi , pecahan puzzle yang ia lupakan kembali hadir di otaknya.
"Pergi....hiks.... cukup!" Clara mencoba bangkit dan berlalu ke kamar
Kepalanya pening dan berputar memori itu kembali muncul bagaikan kaset.
Susah payah langkah Clara hingga sampai depan pintu kamarnya namun belum sempat ia membuka pintu suara Kakak nya terdengar memanggil di belakang nya.
"Dek...?" Clara terpaku menahan nafas nya
"Dek...?" panggil Rasya kembali
Clara menoleh perlahan matanya merah dadanya sesak.
"Sakit kak .." nafas Clara tersengal wajah pucat dan Clara jatuh pingsan
"DEK ...!" Teriak Rasya kaget dan reflek berdiri dari kursi roda
Rasya menepuk pelan pipi sang adik namun nihil tidak ada respon.
Rasya yang panik menelfon Divya teman yang bekerja di Rumah Sakit sebagai dokter.
"Divya ...tolong ke rumahku sekarang adiku pingsan , tidak ada siapapun dirumah please Divya." suara panik Rasya
"Tunggu aku kesana sekarang."
"Cepat Divya, wajah adiku pucat."
"Iya....aku secepatnya sampai."
Panggilan berakhir
Divya yang ditelepon segera mengambil peralatan nya dan bergegas keluar ruangan namun sebelum pergi dia berpesan ke dokter lain untuk menghandle pekerjaan nya.
***
Dikediaman Clara ...
Rasya masih menopang Clara di lantai, kepala Clara ia letakkan di pangkuannya.
"Ra... Dek...ada apa dengan mu dek,jangan buat Kaka takut." Rasya semakin panik Clara tetap diam tidak bergerak
Tak berselang lama suara ketukan pintu terdengar dari luar .
"Divya masuk saja , tolong!"
Pintu pun dibuka oleh Divya dan dia kaget posisi Rasya di lantai dan dia tahu Rasya belum sembuh.
"Sya... biar ku angkat adikmu, kakimu bisa sakit."
"Ya.. tolong maaf merepotkan."
"Tidak kok...ini darurat adikmu sangat pucat."
Skip
Clara pun Divya bawa ke kamar nya dan memeriksa nya .
Clara sudah di infus dan Divya membantu Rasya dengan mendorong kursi roda.
"Bagaimana keadaan adiku Divya?"
"Maaf Rasya apa adikmu memiliki trauma?"
"Trauma ... maksud mu?"
"Ada tekanan di darahnya dan dia mengalami Panik attack."
"Rasa trauma seperti dalam dan terbuka kembali secara langsung dan dia seperti nya tak bisa menahan itu."
Rasya terdiam sejenak dia tahu adik nya pernah hampir di lecehkan tapi kejadian itu sudah sangat lama.
"Rasya ..?"
"Maaf apa ini sangat sensitif, maaf tak perlu di ceritakan yang penting saranku bawa adikmu ke psikiater setelah ini agar mental nya kembali membaik."
"Divya dia pernah hampir di lecehkan." ucap Rasya
Divya menutup mulutnya kaget dan menatap ke Rasya.
"Di lecehkan..."
"Iya kejadiannya sudah lama 4 tahun yang lalu dan adikku masih dalam fase remaja puber serta masih suka berpetualang, dia salah mengenal seseorang dan mempercayai nya namun seseorang itulah alasan dia menjadi sosok yang dingin dan datar."
"Bedebah itu hampir saja melecehkan adikku kalau saja aku telat datang saat ini." tangan Rasya terkepal
Divya menatap kearah Clara ikut merasakan apa yang di rasakan Clara sudah menjawab semuanya.
Kondisi Clara yang down sangat ia lihat apalagi dari cerita yang ia dengar.
Perlahan Clara sadar dan merintih pelan merasakan dadanya yang sakit serta pusing.
"Sshhhh ...."
Clara mencoba bangun dan bersandar serta menatap sekeliling.
"Dokter?" suara Clara lemah
"Dek .. syukurlah kamu sadar ."
Rasya mendekat dan Divya kembali mengecek.
"Keadaan nya sudah stabil ...jangan lupa obatnya ya sayang di minum, Rasya aku pamit jaga adikmu mulai dari sekarang."
"Pasti Divya .. terimakasih "
"Sama-sama."
Divya pun pamit dan berlalu ke luar kamar tak sengaja berpapasan dengan orang tua Rasya yang baru saja kembali mengajar.
"Nak Divya...?"
"Siang Tante...siang Om."
"Kamu disini...apa Rangga sakit lagi nak?"
"Eum tidak Tante saya kesini habis periksa Clara."
"Clara ..., putri Tante sakit?"
"Mm Clara sedikit tidak enak badan Tante tadi sempat pingsan."
"Terimakasih nak sudah datang maaf merepotkan."
"Sama-sama Tante saya permisi."
"Hati-hati nak."
****
Sementara di kediaman Chiko Permana dia tampak gelisah entah kenapa rasanya cemas.
Dadanya sakit seperti di pukul merasakan perasaan aneh.
"Ada apa ini...kenapa aku merasa sesuatu yang buruk sedang terjadi sekarang."
"Tapi mom dan dad baik-baik saja di rumah."
Chiko menarik nafas panjang dan mulai menormalkan detak jantungnya.
Rasa gelisah semakin mereda setelah ia meminum segelas air putih.
Skip
Dikediaman Clara,Clara mulai tenang dan keadaan membaik.
Dia berdiri di depan jendela kamarnya membuka sedikit hingga angin malam menerpa tubuhnya.
Dia menatap langit yang cerah dan penuh bintang.
Masa lalu yang dulu sempat indah yang pertama kali ia rasakan seketika menjadi Boomerang untuk nya.
Clara diam teringat semua nya yang pernah ia alami trauma masa lalu kini muncul di hadapannya.
Sekian lama Roy menjauh tiba-tiba kembali mendekat.
Dia satu sekolah tapi terbiasa tak saling sapa ataupun bertemu.
Untuk pertama kalinya Roy menyapa dan membuat nya kembali down.
Mental yang dulu sembuh kini ia rasakan kembali betapa sakit nya ia menekan sakitnya.
"Ka Roy ...aku membencimu... sangat!"
"Tak bisakah aku hidup damai kak tanpa bayangmu, tak puas kah kamu kak membuat ku trauma."
"4 tahun kak 4 tahun aku berdamai dengan semua itu walaupun sulit dan menghindari mu setiap saat."
"Aku takut kak ...aku sungguh takut...."
Clara menatap langit sendu wajah Roy yang tertawa saat dia memohon dulu tercetak.
Isakan dia dulu bahkan Roy abaikan kebejatan nya menutupi nalurinya.
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
IKUTI SELANJUTNYA READERS SEMOGA READERS BERKENAN UNTUK TERUS MENGIKUTI....
.
.
Bersambung